Demam

104 5 2
                                    

- Rumah Maria, Sore Hari -

Juan terbangun karena suara dering HPnya. Ia tidak tahu berapa lama ia tidur, yang pasti tidurnya lumayan nyenyak padahal Juan tipe yang jarang tidur siang.

"Hallo." / "Kamu dimana, Wan?"

"Kenapa mas?" / "Bos katanya demam. Kamu bisa pulang sekarang?"

"Bisa mas, tapi mungkin baru nyampe 1 jam. Ngga, aku pake motor jadi bisa ngebut 30-45menit aku sampe." / "Oke, hati-hati ya, Wan. Kalo ada apa-apa, telfon saya."

"Oke, mas." / *Jodi menutup telfon*

"Siapa, Ju?"

"Hah? Bukan siapa-siapa. Sorry aku tidur lama banget ya?"

"Lumayan sih, ga apa-apa kamu bisa mandi dulu. Nanti kita makan malam bareng."

"Mar, sorry aku kayanya ga bisa makan bareng kamu. Aku harus pulang."

"Kenapa?"

Juan diam, ia bingung harus menjawab apa. Ia tidak ingin berbohong pada Maria, tapi ia tidak mungkin mengatakan alasan yang sebenarnya.

"Kalo kamu ga bisa bilang ga apa-apa, kamu mandi dulu aja." Maria tersenyum ke arah Juan.

Juan tersenyum, ia menerima handuk dari Maria dan bergegas ke kamar mandi yang ada di sana. Maria menghela nafas, sepertinya kisah cintanya dengan Juan tidak semulus itu.

"Mar, baju aku?"

"Oh sebentar, tadi aku beresin. Ini."

Maria menyerahkan baju Juan yang sebenarnya tadi berserakan di lantai kamarnya. Juan keluar kamar mandi dengan penampilan yang sama seperti ia datang, hanya kini aroma tubuhnya serupa Maria karena menggunakan sabun yang sama.

"Ayo aku anter ke bawah." Maria menggandeng lengan Juan, ia sebisa mungkin bersikap ceria. Ia tidak mau hubungannya yang baru menginjak dua hari mengalami pertengkaran yang tidak penting, walaupun tadi pagi ia sempat ngambek pada Juan.

"Aku pulang ya." Juan kembali berpamitan, mengusap kepala Maria dan memberi kecupan di pelipisnya. Persis yang sering Yeri lakukan padanya kala berpamitan. Juan sedikit menggeleng untuk mengenyahkan pikiran itu.

"Kamu kenapa? Pusing? Mau aku anter aja pake mobil? Motnya ga apa tinggal di sini."

"Ga apa-apa, aku baik-baik aja kok."

"Ju, semester ini kan jadwalku lagi padat, kemungkinan kita bakal jarang ketemu dan paling kita bisa ketemu weekend."

"Aku bisa nyempetin buat jemput kamu pulang kuliah, gimana? Tapi aku ga janji ya, soalnya aku juga semester ini lumayan sibuk."

"Iya, ga apa-apa. kamu hati-hati ya bawa motornya, kabarin kalo udah sampe." Maria memberi pesan.

"Oke, aku jalan dulu ya. Dadah Maria."

"Dadah Juan."

Keduanya saling melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. Juan melajukan motornya dengan kecepatan sedang dan mulai mengebut saat jalanan lenggang.

Tepat 40 menit Juan sampai ke apartemen, ditambah ia juga membawa bubur dan obat untuk Yeri. Saat Juan hendak memasukkan password, ia ingat mungkin Yudis masih di dalam jadi ia mengurungkan niat dan memencet bel.

"Mau ngapain?"

"Anu, saya disuruh mas Jodi ke sini bawa bubur sama obat."

"Ck, masuk. Yeri di kamar lagi tidur."

Juan mengekor Yudis yang berjalan ke arah kamar Yeri.

"Yeri ga mau makan, cuma sarapan yang kamu buat tadi pagi."

Pemilik Jiwa - Junghwan X YeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang