// ada adegan 21+ //
Juan merebahkan badannya, suasana terasa asing dan sepi. Walaupun akhir-akhir ini Juan kembali terbiasa sendirian, ia merasa harus menyesuaikan diri dengan suasana baru. Juan bergegas mandi, ia harus menemui Maria. Juan yakin Maria marah, terbukti pesannya tidak ada balasan, telfonnya juga tidak diangkat.
Setelah 50 menit perjalanan, Juan kini berada di depan gerbang rumah Maria.
"Nyari siapa den?" Itu satpam yang berjaga, menatapnya curiga karena Juan sejak tadi hanya berdiri dan menatap ke arah rumah majikannya.
"Maaf pak, saya nyari Maria. Ada di rumah ga ya? Soalnya saya coba hubungin ga bisa."
"Oh si non tadi abis pulang jogging belum keluar lagi sih den, sebentar saya telfon ke dalam." Satpam tersebut melakukan panggilan telfon di posnya, terdengar satpam tersebut menyebutkan ada teman majikannya yang berrambut gondrong. Juan sedikit meringis, ia tidak yakin akan diijinkan masuk.
"Boleh masuk katanya den, sebentar ya gerbangnya saya buka."
Juan melajukan motornya dan masuk ke halaman rumah yang cukup luas. Ia memarkirkan motornya di sebelah mobil si tuan rumah. Juan diantar masuk oleh satpam, dan disambut oleh seorang ART dan diantar ke lantai 2. Sepertinya ia akan diantar ke kamar Maria.
"Non, ini temannya sudah datang." Art tersebut mengetuk pintu kamar pelan.
"Suruh masuk aja bi."
"Baik non. Masuk aja den, bibi permisi."
"Makasih bi."
"Maar, aku masuk ya."
"Hemm, pintunya kunci."
Juan menurut, setelah ia masuk dan menutup pintu, ia juga menguncinya. Juan masih berdiri dekat pintu, ia tidak berani bersuara maupun menghampiri Maria yang duduk di tengah kasur menatapnya dengan cemberut.
"Kamu ngapain ke sini? Sekarang udah siang, mau jogging juga udah panas."
"Aku minta maaf, aku bangun kesiangan. Tadi juga ada sesuatu terjadi, jadi aku ga bisa langsung ke sini. Maaf aku ga nepatin janji dan bikin kamu marah."
"Terus sekarang masalahnya udah beres?"
"Hah? Iya udah, makanya aku langsung ke sini."
"Yaudah kamunya sini, ngapain berdiri deket pintu?"
"Aku takut kamu masih marah." Juan menunduk
"Aku emang masih marah, tapi bakal lebih marah kalo kamu ga nyamperin aku."
Juan buru-buru menghampiri Maria, ia duduk di pinggir kasur, mencuri tatap ke arah Maria yang kini tidak secemberut tadi.
"Kamu udah maafin aku belum?"
"Udah, karena kamu udah ke sini. Tapi aku tetep marah."
"Maaf."
"Aku ga marah lagi kalo dipeluk."
Juan meraih tubuh Maria, mendekapnya erat. Ia bersyukur Maria masih mau menerimanya.
"Makasih Mar."
"Heem, jangan kaya gitu lagi. Tadi aku akhirnya pergi sendiri."
"Maaf."
"Jangan minta maaf terus atau aku marah lagi."
"Oke." Juan melepaskan pelukannya, dilihatnya wajah Maria yang tanpa riasan dengan celana pendek dan sweater crop top yang membuat Maria terlihat menggemaskan.
"Kenapa ngeliatin aku kaya gitu?"
"Ga apa-apa, aku suka aja liatin kamu."
Wajah Maria sontak memerah, ia tiba-tiba salting mendengar pernyataan Juan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilik Jiwa - Junghwan X Yeri
Fanfictionbxg | face claim idol tapi tidak ada sangkut paut dengan kehidupan idol itu sendiri | hanya imajinasi penulis Juanda atau akrab disapa Juan, pemuda berusia 21 tahun, Mahasiswa Teknik Kimia semester 5 di salah satu universitas terbaik di Indonesia. T...