Yudis cukup senang Yeri mau jalan dan makan dengannya, walaupun sikapnya yang masih terkesan cuek.
"Abis makan kamu bisa langsung pulang, aku ada perlu mau ke suatu tempat."
"Aku anter, kan tadi kamu pergi sama aku."
"Ga perlu repot-repot. To the point deh, mau kamu apa?"
"Aku mau hubungan kita kaya dulu, kenapa sekarang rasanya kamu asing banget Yer." Yudis meletakkan tangannya di atas tangan Yeri yang berada di depannya.
"Semua cuma masa lalu. Sekarang kita udah sama-sama dewasa."
"Justru karena kita udah dewasa, aku datang buat kamu, Yer. Aku udah bilang sama Daddy buat ngatur perjodohan kita, Mommy seneng banget denger ide ini. Kalau semalam kita ga pulang duluan pasti berita ini udah sampai ke telinga kamu tadi malam."
Yeri menatap Yudis tak percaya, setelah bertahun-tahun tanpa kabar, Yudis seenaknya minta dijodohkan dengannya. Yeri menarik tangannya paksa.
"Kamu seneng kan denger berita ini, aku ga sabar kita cepet nikah."
"Kamu ga bisa seenaknya kaya gini, yang ada aku makin benci sama kamu."
"No. Kamu sayang sama aku, begitupun sebaliknya. Cuma aku yang bisa ngelepasin kamu dari semua beban di pundak kamu, Yer. Percaya sama aku. Aku beneran nepatin janjiku." Yudis kembali menggembang tangan Yeri, kini lebih erat. Meyakinkan wanita di depannya bahwa ia serius dengan kata-katanya.
"Aku sayang sama kamu, yes. Tapi itu dulu sebelum kamu hilang tanpa kabar. Aku nungguin kamu bertahun-tahun tapi kamu ga balik, Yud." Suara Yeri melemah, ia sejujurnya tidak ingin mengungkit kenangan lama.
"Aku akan tetap perjuangin kamu, dan kamu ga akan bisa nolak."
"Please, jangan kaya gini. Kamu jangan ikut-ikutan jadi tukang maksa kaya Papi."
"Aku ga maksa, aku cuma nepatin janji sama kamu. Kamu yang dulu minta aku buat bawa kamu pergi, sekarang saatnya."
"Aku ga bisa. Kamu telat, Yudis. Lebih baik aku pergi, sorry ga bis nemenin kamu makan sampai selesai."
Yeri berdiri, berniat meninggalkan Yudis sendirian. Di kepalanya sekarang hanya ingin bertemu Juan.
Yudis menahan tangan Yeri, dengan waja memelas Yudis memohon untuk Yeri tinggal."Oke, kita bahas ini nanti. Kamu makan dulu, aku janji kita cuma makan sampai selesai. Pleasee."
Yeri luluh, ia kembali duduk dan makan dengan pikirannya yang tidak di tempat. Ia sungguh berharap Juan ada di sini, memeluknya dan menenangkannya.
Saat keduanya telah selesai makan, Yudis bersikeras mengantar Yeri. Dan Yudis benar-benar mengantar Yeri sampai depan pintu apartemennya.
"Besok aku antar ke kantor."
"Ga perlu, asistenku yang antar jemput."
"Aku ga terima penolakan. Atau sengganya aku diajak mampir apart kamu untuk teh?"
"Aku capek, kamu pulang aja." Yeri bersikeras menyuruh Yudis pulang, ia tidak mungkin mempersilakan Yudis masuk dengan kondisi Juan ada di apartemennya juga.
"Oke, kalo gitu kamu istirahat aja. Aku pulang ya, besok pagi aku jemput."
Yudis berpamitan dengan kecepatan kilat mencuri satu kecupan di pipi kiri Yeri. Tersenyum lebar dan melambai tangannya, pergi dengan berjalan mundur sampai Yeri mask ke unit apartemennya.
Saat Yeri masuk, ia kaget ada Juan yang beridiri di depan pintu.
"Kamu ngapain?" / "Mau kemana?"
"Mau ke minimarket. Mau nitip?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilik Jiwa - Junghwan X Yeri
Fanfictionbxg | face claim idol tapi tidak ada sangkut paut dengan kehidupan idol itu sendiri | hanya imajinasi penulis Juanda atau akrab disapa Juan, pemuda berusia 21 tahun, Mahasiswa Teknik Kimia semester 5 di salah satu universitas terbaik di Indonesia. T...