Tamu Tak Diundang

83 5 1
                                    

Keesokan harinya Juan dibangunkan oleh suara bel apartemennya. Siapa pula yang bertamu di hari Minggu yang tenang? Saat menuju pintu Juan agak kaget saat melihat sekarang sudah jam 9 dan ia ada janji jogging bareng Maria. Ia mengecek HPnya dan banyak panggilan tak terjawab dari Maria. Juan merutuki dirinya sendiri yang tidur lelap di samping Yeri, jujur ia sudah lama tidak merasakan tidur senyenyak semalam. Juan membuka pintu, lebih kaget lagi melihat siapa yang berdiri di sana. Yudis menatap heran, ia memeriksa nomor apartemen tempatnya berkunjung untuk memastikan tidak salah alamat. Tapi kenapa presensi pemuda ini yang dilihatnya, bukan Yeri tunangannya.

"Pak Yudis."

"Sorry ganggu, saya niatnya mau ke tempat tunangan saya. Tapi kayanya salah unit, tapi seingat saya benar ini unitnya. Kamu tahu penghuni unit sebelah? Maksudnya kamu tau Yeri tinggal di unit sebelah mana?"

"Anu, pak Yudis, emm--"

"Siapa Wan?" Yeri menghampiri Juan dengan penampilan khas bangun tidurnya, baju tidur tipis dan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Sayang?" / "Yudis?"

"Sebentar, ini maksudnya apa?"

Yeri berjalan cepat ke arah Yudis, melihat kanan dan kiri lorong, sepi. Ia menarik Yudis masuk dan menutup pintu.

"Kamu ngapain ke sini pagi banget?"

"Ini udah jam 9, aku ke sini bawain kamu sarapan."

"Juan, kamu bisa ke kamar kamu."

"Ngga, kamu tetep di sini. Saya butuh penjelasan."

"Aku akan jelasin semuanya, jangan libatin dia."

Juan masih berdiri di tempatnya semula, tidak bergerak ataupun berani menatap pasangan di depannya. Ia sedikit menyesal bangun kesiangan, harusnya sekarang ia bersama Maria dan tidak bertemu Yudis.

"Kenapa kamu ada di apartemen tunangan saya? Atau salah? Kenapa tunangan saya ada di apartemen kamu? JAWAB!"

Yeri maupun Juan tersentak mendengar suara Yudis yang sudah dipastikan sangat marah.

"Kamu ga berhak marah sama Juan, aku udah bilang kamu jangan datang ke apartemen."

"Kenapa aku ga boleh dateng? Biar kamu bebas sama bocah ingusan ini? Ini alasan kamu ga mau cepet resmiin hubungan kita? Aku harus apa lagi Yer?" Yudis putus asa, ia tidak menyangka posisinya yang dulu nomor satu ternyata tergeser oleh bocah ingusan. Bahkan dulu Yudis harus puas dengan titel sahabat yang selalu Yeri sematkan untuknya.

"Aku sama Juan ga ngapa-ngapain. Stop berspekulasi yang ngga-ngga. Aku bisa jelasin semuanya, tapi tanpa Juan. Kamu ke kamar Wan, Yudis aku yang urus."

Juan serba salah, ia melihat Yudis kini duduk di single sofa dengan tangan yang menutupi wajahnya. Bahunya sedikit bergetar.

"Yer, aku---"

"Masuk, Wan."

Juan tidak sempat melanjutkan kalimatnya, kata-kata yang di ujung lidah ia telan mentah-mentah. Perkataan Yeri adalah perintah yang tak boleh dibantah. Juan berjalan masuk ke kamarnya, jika begini situasinya ia tidak mungkin pergi meninggalkan Yeri bersama Yudis.

"Yudis, lihat aku."

"Aku ga paham kenapa kamu ngelakuin ini. Aku mau kamu putus sama dia. Aku akan bilang sama orangtua kita untuk mempercepat pernikahan." Yudis mengangkat kepalanya, menatap Yeri dengan mata basah.

"Aku ga pacaran sama Juan, hubungan kami ngga seperti yang kamu pikirkan. Dan kamu ga bisa seenaknya ngambil keputusan soal pernikahan kita."

"Emangnya apa yang aku pikirkan? Kalian bahkan tinggal bareng. Orangtua kamu tahu? Jodi juga tahu soal ini?"

Pemilik Jiwa - Junghwan X YeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang