"Gue duluan ya Ra, atau lo mau bareng gue aja?"
Pertanyaan itu di lontarkan Agnez saat jemputan gadis itu telah menunggunya diparkiran sekolah. Terlihat dari koridor tempat dirinya dan Arabella berjalan beriringan. bel pulang baru saja berbunyi beberapa menit lalu.
Arabella menoleh tersenyum dengan gelengan pelan."nggak usah nez, ayah juga udah mau jemput. "
"Ck padahal lo bisa bareng gue aja kan rumah kita searah Ra," Agnez berdecak masih berusaha membujuk sahabat batunya ini.
Arabella berhenti. "Sana lo duluan, kasian supir lo nunggu noh. "
Terlihat dari arah tunjuk Arabella, seorang berpakaian sopir melambai ke arah mereka.
Agnez mendegus jengkel, tidak habis pikir dirinya sejak dulu telah berteman dengan Arabella tapi masih sulit untuk pulang bersama dengan gadis itu. Pernah saat masih SMP ia juga satu sekolah dengan Arabella, bahkan komplek perumahan mereka sama. Namun, tetap saja Arabella tidak ingin menumpang dengannya dengan berbagai alasan. Hingga dirinya pindah komplek perumahan lain yang sedikit lebih jauh dari rumah Arabella. Agnez masih bingung apa alasan sahabatnya itu terus menolak dengan tegas.
"Yaudin, gue duluan. "
"Yaudah bukan yaudin, " Tegur Arabella takut salah satu berandalan sekolah mereka yang bernama udin itu lewat.
Agnez malah cengengesan. "ehhe, iye iye gue duluan deh ya. Tiati lo, entar di gondol setan tau rasa. "
Belum sempat Arabella membalas ucapan tidak berfaedah Sahabatnya itu. Agnez sudah lebih dulu berlari ke arah sopirnya sambil sesekali menoleh, memeletkan lidahnya. Arabella yang melihat itu hanya menggeleng pelan. Lucu juga satu sahabatnya itu.
"Woi adek manis ngapain bengong di sini?"
Celetukan itu mengagetkan Arabella refleks menoleh ke asal suara, seketika matanya membulat sempurna ketika melihat TH boys telah berdiri di hadapan nya, gadis itu gelagapan. Duh ni kok gue gak sadar mereka udah ada di belakang gue.
"Em anu kak, itu oh lagi nungguin Ayah jemput iya itu hehe, " Ujarnya salah tingkah.
Merutuki dirinya yang terlalu lemot dan tak berdaya ketika berhadapan dengan sang pujaan hati, siapa lagi kalau bukan Alfian.
"Hahah lo kenapa sih mukanya merah gitu, sakit lo?" Denis tertawa sambil menoleh ke arah sahabatnya yang lain.
Arabella yang masih mengatur detak jantungnya dengan rasa semakin malu. duh harus cepat cepat pergi dari sini gw ck, batinnya panik.
"Yaudah kak, Arabella duluan ya kak. bye kak."
Tanpa menunggu lama dirinya segera lari menjauhi TH boys tanpa menoleh, rasanya sangat malu. Entahlah padahal dirinya tak melakukan salah apapun. Sekali lagi, gadis itu merutuki sifat panik tak beralasannya itu.
Pergerakan gadis itu tak luput dari sepasang mata emerald yang menetap tajam ke arah punggung kecilnya yang hilang di balik gerbang sekolah. Ada riak tak terbaca di sana hingga tanpa sadar bergumam lirih namun masih terdengar oleh TH boys.
"Lucu."
Denis menoleh syok mendengar satu kalimat Alfian barusan. Apalagi Daniel, yang sudah lebay heboh nya.
"Omagaa, aw babang Alfian ngomong apa tadi coba ulang? Mau Eike pidioin cepet! " Dengan suara yang di imut-imutkan tai kucing. Daniel merogo saku celananya mengambil ponsel.
"Iya betul, ayok niel gue bantu." Denis ikut-ikutan.
Berdiri di samping Daniel yang sudah siap Memotret cover depan Alfian yang hanya memutar bola mata jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HACKER BOYS (On Going)
Action"Tak terlihat, bukan berarti tak terjamah." Alfian Alfian, Exam, Alfa, Daniel, dan Denis. Adalah 5 anak Genius, di kumpulkan dengan tujuan tersembunyi dari seorang Master. Yang telah bergelud dalam bidang hacker dan programer, selama 30 tahun. Menga...