40

6.4K 248 7
                                    

Pertumpahan darah tidak bisa dihindari sama sekali. Aku sebagai pewaris dilarang keras ikut serta akan rencana mengerikan Catra, namun aku tidak peduli sama sekali akan larangan tersebut. Aku mempercepat pernikahanku dan kekasihku yaitu kemarin malam aku melangsungkan pernikahan di kua terdekat.

Hanya pernikahan sederhana saja karena memang itu tujuanku. Masalah resepsi akan berlangsung setelah aku dan istriku lulus sekolah. Memang menikah saat sekolah pasti akan dilarang oleh pihak sekolah kami berdua.

Sebenarnya sekarang aku berada di ruang bawah ditahan oleh Oliver ayahku sendiri. Dia tahu jalan pikiranku jadi malah mengurungku di ruangan gelap ini.

"Membantai seorang pengkhianat adalah hal yang kusukai," ujarku.

"Kau jangan gegabah Ello. Kau baru saja resmi menjadi kepala keluarga kemarin malam," ujar Rin.

"Istriku?" tanyaku.

"Di tempat aman," sahut Rin.

"Kakak tidak melepaskan diriku?" tanyaku.

Setelah acara pernikahanku selesai Oliver menarik tubuhku ke ruangan bawah. Ayahku khawatir aku akan terlibat akan aksi gila Catra membantai Satria di rumahnya. Tubuhku diikat sangat kuat oleh Oliver bisa saja diriku menendang Oliver saat malam, namun aku menghormati dirinya.

"Disini saja hingga semuanya selesai," ujar Rin.

"Kakak tidak berniat menikah?" tanyaku.

"Mungkin nanti. Ayah berkata diriku bebas memilih jalan hidupku sendiri. Lagipula keluarga telah mendapatkan pewaris tetap," ujar Rin.

"Aku benci menjadi pewaris," ucapku.

"Setiap orang menjalani takdir yang sulit. Aku baru tahu bagian keluarga ini setelah ditemukan ayah," ujar Rin.

"Aku penasaran bagaimana kakak dan ayah bertemu," ujarku kepo.

Sejak kedatangan Rin aku tidak tahu mengenai awal bertemunya ayahku dan Rin terjadi. Aku terlalu senang memiliki sosok kakak yang akan mendengarkan keluh kesahku dan berbagai hal lain berbagi bersama dengannya.

"Sedikit lucu menurutku," ujar Rin diakhiri kekehan kecilnya.

"Ayolah, kak aku penasaran!" pekikku.

"Kau seperti adek saja kalau menginginkan sesuatu," ujar Rin dengan senyuman meledek.

Aku berdecih karena ucapan Rin barusan. Wajar aku memiliki inner child karena sejak kecil banyak tuntutan untukku. Bahkan aku belum puas bermain harus belajar sedikit mengenai saham dan sebagainya.

"Aku dan ayah tidak sengaja bertemu saat aku bekerja di cafe. Waktu itu aku menabrak ayah hingga kopi panas yang kubawa tumpah ke kemeja putihnya. Saat aku akan minta maaf ayah malah terdiam menatapku selama beberapa detik setelah itu malah pergi begitu saja," ujar Rin.

"Lantas kalian pernah bertemu lagi setelah kejadian itu?" tanyaku.

"Bertemu kembali ketika ayah bilang bahwa aku anaknya. Awalnya aku tidak percaya tentang itu semua dan ayah mengeluarkan kertas berisi bahwa dna aku dan ayah 99,9% cocok," ujar Rin.

"Ayah pernah bercerita pernah bertemu remaja seusiaku yang mirip sepertiku. Tapi saat di tes dna ternyata tidak cocok, padahal waktu itu kelihatan sekali ayah dan bunda bahagia sekali nyatanya tidak sesuai ekspestasi," ujarku.

"Kenapa musuh keluarga berniat menyingkirkan kita berdua dan juga Aditya?" tanya Rin.

"Mereka berencana membuat keluarga Oliver tidak memiliki pewaris. Keturunan Oliver kebanyakan perempuan itu seperti sebuah hal yang terjadi sejak dulu. Bahkan sebelum kelahiran papi tadinya tante Rina yang akan menggantikan posisi opa buyut Bima. Alasannya yah tidak ada pewaris pria saat itu. Namun sejak kelahiran papi dan daddy semua hak pewaris jatuh ke tangan papa karena anak laki-laki tertua di keluarga," ujarku.

Transmigrasi Ello (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang