#ii. semanis gula jawa

230 105 155
                                    

"Kau memang tak sempurna seperti cangkir kosong, maka dari itu aku datang sebagai air yang akan mengisi kekosongan mu"

"Kau memang tak sempurna seperti cangkir kosong, maka dari itu aku datang sebagai air yang akan mengisi kekosongan mu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~

Rinjani masih mengingat betul kejadian dimana sang ayah melarang keras anggota keluarganya untuk dekat dengan para bangsa asing.

Sutaryo, ayah dari Rinjani pernah berkata: "cukup anak sulungku yang mendahuluiku untuk pergi dari dunia!"

Menurut Sutaryo, Jepang akan menjadi penjajah baru yang menggantikan para 'bangsa berkulit putih' itu. Memang betul, anak lelaki tertuanya, si sulung dari keluarga Sutaryo terpaksa meregang nyawa karena ditembak mati oleh para serdadu Belanda, alasannya tidak jelas, yang Sutaryo ketahui adalah putranya yang sudah tergeletak bersimbah darah dengan segerombol lalat yang mengelilingi jasad tak bernyawa.

Menyimpulkan, dengan sekali fikir, Sutaryo menyimpulkan bahwa semua yang terjadi adalah karena sang putra yang harus berurusan dengan wanita Belanda. Ya, anak sulungnya itu jatuh hati dengan seorang Noni Belanda, dan Sutaryo mengetahui itu.

Pasca kejadian miris tersebut, Sutaryo benar-benar tak memberi toleran pada anak-anaknya untuk mengenal orang-orang asing. Lelaki tua itu hanya tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya. Karena itu sangat menyakitkan!! Sangat menyakitkan!!!

Ucapan Sutaryo selaku kepala keluarga adalah yang terbujur lalu, yang terlintang patah.

(*' yang terbujur lalu, yang terlintang patah' Sebuah pribahasa yang
berarti: sesuatu yang
harus dituruti)

Berdiri di ambang pintu, Rinjani menatap punggung tegap orang asing yang telah menginjakkan kakinya setelah kekasih Belanda kakak sulungnya.

Pemuda Katsuro menengok kebelakang, ia berbalik lalu tersenyum. Setelah memikirkan kembali wanti-wanti sang ayah, Rinjani tampak ragu untuk sekedar membalas senyuman warga negara Jepang itu.

Katsuro kembali berjalan hingga punggung tegap itu kian menjauh dan betul-betul hilang. Dalam batin Rinjani bernafas lega, untung seribu untung! Pemuda itu datang disaat bapak Rinjani sedang tidak dirumah.

Sepanjang kakinya melangkah, dibalik wajah dingin miliknya, hati Katsuro sedang dipenuhi oleh bungah-bunga yang bermekaran. Aneh, padahal Katsuro bahkan belum bisa merebut pasti hati sang gadis pribumi, namun Katsuro merasa bahagia hendak pingsan hanya karena seukir senyuman manis bak gula jawa.

Sebuah senyuman tipis tiba-tiba Katsuro lakukan, padahal tiada angin tiada hujan, mungkin orang-orang akan berkata ia gila, namun Katsuro tak akan pundung, karena ia juga merasa sama halnya, ia memang sudah gila karena tergila-gila oleh Sridewi Rinjani.

RABUSUTORI | 1942Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang