❝bagaikan burung merpati, walau kau suruh aku untuk pergi, aku akan tetap kembali❞
=====
Disaat pertama kali kakinya menginjak tanah Nusantara, Sakamoto Katsuro dibuat jatuh hati dengan gadis pribumi bernama Rinjani.
Namun tidak semua keinginan akan...
“tak mengapa jikalau harus pergi sekejap. Janji, esok hari, ku akan datang kembali”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~•~
Duduk anggun didepan teras rumah, Rinjani sang gadis cantik jelita tampak tengah sibuk dengan jarum sulamnya.
Bergerak lihai jari-jari lentik mengikuti pola gambar. Ditemani siulan burung yang hinggap didahan pohon, sehelai rambut tak tersanggul itu tampak bergoyang halus.
Tertunduk fokus, Rinjani dikejutkan dengan setangkai bunga mawar merah muda yang tiada angin tiada hujan, tiba-tiba menjulur didepan pandangannya.
Diangkat kepala itu, netra hitam legam si gadis Jawa membulat lebar.
Tersenyum dengan menampakan rentetan gigi putih nan rapih, pemuda Jepang merasa tak melakukan dosa karena telah datang tiba-tiba.
Hendak menjelaskan, si gadis dibuat tercekat karena dari arah belakang tampak sosok bapak yang sedang berbicang ria dengan salah satu tetangga.
"Kenapa kau kemari?" Rinjani bertanya dengan mengerutkan wajah, belum sempat Katsuro menjawab, Rinjani menyeret pemuda berdarah Jepang untuk pergi bersembunyi dibalik salah satu pohon mangga besar.
"Ada apa?" Kali ini Katsuro yang brtanya, dengan tak sabar Rinjani menjawab "diamlah disini!"
"Sri!" Rinjani menoleh tatkala sebuah lengan menepuk pundaknya, Rinjani terkejut hampir ingin mati dibuat bapak yang datang tanpa memberi tanda.
Rinjani berusaha bersikap seperti biasa, ia tersenyum lembut kepada bapak, bapak melihat gelagat aneh dari Rinjani, mata tuanya memincing curiga "apa yang kau lakukan disini?" Pertanyaan Sutaryo sukses membuat Rinjani semakin linglung, Rinjani memainkan jari kuku dibalik tubuhnya, otak kecil Rinjani berfikir keras untuk mencari alasan yang masuk akal.
"Rin.."
Kembali menengok, posisi Rinjani menjadi berdiri ditengah antara dua orang lelaki. Jikalau boleh pingsan, Rinjani ingin sekali pingsan sekarang juga.
Katsuro menepuk pundaknya, Katsuro kembali menampakan diri.
Melirik ekspresi yang dikeluarkan bapak, dugaan Rinjani 100% benar. Ekspresi Bapaknya langsung berubah drastis, alis yang sedikit memutih tampak menukik tajam dengan kening yang berkerut jelas.
Lain halnya dengan Katsuro, pemuda Sakamoto tampak menatap Sutaryo dengan ramah dan mengembangkan senyuman.
Membungkuk hormat, dalam dialog Jepang Katsuro menyapa "Selamat siang pak"