"Hati manusia itu terbuat dari daging, bukan dari batu"~•~
Sebuah mahkota terbuat dari beberapa ranting pohon tampak telah tertata rapih menghiasi pucuk kepala gadis bernama Rinjani.
Pemuda yang merupakan kekasihnya itu tampak tersenyum dan mencubit hidung mungil sang gadis dengan manja. Katsuro menggerakkan lengannya seraya hendak berkata "kau sangat cantik" dan Rinjani pun tertunduk malu dengan wajah merah padam dibuatnya.
Latar langit merah jambu memeluk dua insan manusia yang tengah dimabuk asmara. Sinar matahari yang perlahan meluncur jatuh di ufuk timur pun ikut tersenyum memancarkan cahayanya.
Sejauh mata memandang, hanya didapatkan sebuah keindahan hasil mahakarya Tuhan Yang Maha Sempurna.
Duduk diatas batu kali cukup besar, mungkin kini tempat ini akan menjadi favorit bagi Rinjani dan Katsuro.
Aliran air jernih nan sejuk terasa menyapa kaki ke-duanya tatkala mereka sengaja memasukkan telapak kakinya kedalam sana.
Suara hembusan angin dan aliran air megalun syahdu memanjakan telinga. Burung-burung yang liar terbang di awan pun ikut mengeluarkan suara dan bernyanyi bersama.
Untuk beberapa detik sepasang pemuda pemudi itu hanya menatap satu sama lain, mencoba menyelami pikiran masing-masing.
Lengan kekar Katsuro menyambut halus jemari lentik milik Rinjani. Katsuro mengukir senyuman sebagai cara menyatakan cintanya.
Sorot mata yang tadinya berkilau mulai menyendu. Rinjani menarik lengan dia, Rinjani pula ingin memberitahu kekasihnya itu, bahwa "kemarin.. Ayahku telah mengetahui rahasia kita.."
Tak ada ekspresi berlebihan dari Katsuro, pemuda itu lantas bertanya "bagaimana bisa?"
Bibir gadis itu maju beberapa centi. Halis tipis milih Rinjani pula tampak bertaut dengan kening yang berkerut "saudara lelakiku tak sengaja memberitahu ayah, aku sungguh marah padanya, dia sangat tidak dapat menjaga rahasia!"
Tersenyum tipis, pemuda Sakamoto beralih mengusap pucuk kepala gadis pribumi itu. Katsuro kembali mencubit hidung mungil yang tampak selalu menggoda dimata Katsuro.
"Ini salahku.. aku sudah tahu jikalau seperti apapun itu, yang namanya bangkai pasti tercium baunya. Walau sudah tahu begitu, aku sangat keras kepala sampai-sampai melanggarnya"
(*'Yang namanya bangkai pasti
akan tercium baunya' sebuah pribahasayang berati: sebaik apapun
kebohongan ditutupi, pasti akan
terbongkar suatu saat nanti)Rinjani menggeleng "aku pun bersalah disini, bukan hanya kau saja". Tanpa aba-aba Katsuro langsung saja memeluk kekasih kecilnya itu, sehingga tubuh mungil Rinjani tampak terlendam dibalik pelukan sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
RABUSUTORI | 1942
Historical Fiction❝bagaikan burung merpati, walau kau suruh aku untuk pergi, aku akan tetap kembali❞ ===== Disaat pertama kali kakinya menginjak tanah Nusantara, Sakamoto Katsuro dibuat jatuh hati dengan gadis pribumi bernama Rinjani. Namun tidak semua keinginan akan...