#iv. bagai bersumur ditepi rawa

190 93 163
                                    

“Kali ini tidak bisa langsung bertemu, namun lain waktu akan aku pastikan untuk benar-benar berjumpa”

“Kali ini tidak bisa langsung bertemu, namun lain waktu akan aku pastikan untuk benar-benar berjumpa”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~

Kacau balau. Semuanya tak sesuai dengan rencana.

Niat hati ingin berduaan dengan sang pujaan hati malah berakhir dengan memakan hati.

Sakamoto Katsuro. Pemuda Jepang yang kini tengah menatap nyalang kepada dua insan dihadapannya.

Sebenarnya yang disini ingin berkencan itu siapa?

Itulah yang Katsuro pikirkan.

Lihat kedepan. Sepasang pemuda pemudi terlihat sangat dekat nan mesra.

Disana berdiri Rinjani dan Aaron.

Aaron Pranoto. Pemuda blasteran itu bukanlah Belanda totok. Perawakan dia tinggi, hanya selisih 5 centi dengan Katsuro (Katsuro unggul). Kulit dia putih sebagaimana orang Eropa. Mata dia biru. Rambut dia pirang bergelombang.

Bapak Aaron itu kakak kandung Ibu Rinjani. Bapak Aaron punya istri dari orang Nederland asli.

Aaron tak fasih bercakap bahasa Melayu ataupun Indonesia. Dia hanya pandai bicara bahasa ibunya (bahasa Belanda) dan juga bahasa New England.

Sejak kecil Rinjani sangat dekat dengan Aaron. Mereka itu diibaratkan bagai perangko dengan surat, tak dapat dipisahkan. Hanya saja, pada saat bapak Aaron meninggal, ibu Aaron pun ajak anak semata wayangnya itu untuk balik ke Eropa.

10 tahun tak berjumpa, mereka kembali menyapa disaat telah menginjak remaja.

Rinjani tumbuh sebagai gadis cantik nan ayu. Dan, Aaron telah besar me jadi pemuda tampan nan cerdas.

Omong-omong Aaron kembali kesini tak bersama ibunya. Aaron kembali kesini hanya ingin berziarah kubur ke makam mendiang sang bapak, yang kebetulan di kuburkan di pemakaman umum kampung Caringin.

Cukup sudah untuk memperkenalkan tokoh Aaron. Kini kita balik lagi membicarakan nasib kedepannya dari hubungan Katsuro dengan si gadis pribumi.

Berjalan dibelakang keduanya. Katsuro merasa jika kehadirannya disini tidaklah dianggap ada. Sedari tadi, dari awal hingga kini, Rinjani tampak lebih asyik berbincang dengan saudaranya.

Katsuro menyumpah serapahi Aaron dalam hatinya. Katsuro mengepalkan tangan akibat kesal karna momen kencan pertama ia kudu kandas sebelum kembang.

Dengan malas Katsuro menggusur kakinya untuk tetap mengikuti kedua insan dihadapannya.

"Kemarin, saat aku pertama kali kembali injak tanah ini, aku merasakan lapar, lalu aku pergi makan ke salah satu warung nasi dekat persimpangan. Apakah kamu pernah makan disana? Makasakan disana begitu nikmat walaupun tak senikmat makananmu!" Aaron menggerakkan lengannya sebagai bahasa isyarat. Tentu saja Aaron telah bisa sejak lama, karena ia belajar bahasa ini khusus agar ia bisa komunikasi dengan Rinjani.

RABUSUTORI | 1942Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang