#ix. anak muda nan baik hatinya

123 55 249
                                    

“Anak kambing tak akan menjadi anak harimau”

“Anak kambing tak akan menjadi anak harimau”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~

"Sampaikan salam paman kanggo ibumu, semoga ibumu lekas sembuh, maaf paman tak bisa menjenguk" pesan Sutaryo sebelum melepas Aaron untuk kembali ke Barat.

Aaron tersenyum seraya mengangguk, pemuda itu berpamit terlebih dahulu sebelum menaiki kapal "Baik paman, akan Aaron sampaikan, terimakasih paman, Aaron pamit pulang dahulu"

"Iyo, ati-ati" begitulah jawab Sutaryo.

Tak lama dari Aaron menaiki kapal, terdengar suara keras sebagai tanda kapal hendak berlayar. Setelah bayangan kapal benar-benar hilang mengairi laut lepas, Sutaryo berbalik badan memutuskan untuk kembali pulang ke rumahnya.

Keponakan Sutaryo yang bernama Aaron itu harus kembali, karena sudah terhitung cukup lama ia menginap. Tak tahu diri namanya jikalau meminta lebih.

Jujur, Sutaryo merasa tak enak hati. Karena selama Aaron menginap, ia merasa belum bisa menjamu dengan baik. Untung saja pemuda itu pengertian.

3 hari yang lalu, Aaron pula mendapatkan surat dari rumahnya di Belanda. Surat itu ternyata bukanlah dari sang ibu, melainkan dari perawat pribadi ibunya, dia punya nama Sofia.

Sofia menulis jikalau Madam Noor sedang sakit keras hingga mogok makan, tubuh Madam Noor pun telah kurus dengan bobot yang kian hari kian menyusut. Madam Noor ingin segera bertemu dengan putra semata wayangnya.

Setelah tahu jikalau sang ibu sakit, Aaron tentu harus kembali untuk mengurus ibunya, juga memegang kuasa sementara atas usaha yang ditinggalkan sang ayah di Netherland.

Ingin menuju rumah itu Sutaryo harus menyusuri jalanan arteri, saat menyusuri jalan tersebut Sutaryo melihat ada banyak anak-anak dilapangan yang berada dipinggir jalan. Namun, ada yang berbeda kali ini. Anak-anak disana tak terlihat sedang bermain, melainkan duduk bersama sembari tertawa ria tatkala mendengarkan dongeng dari sosok seorang pemuda yang tengah duduk ditengah-tengah mereka semua.

Ntah apa yang di dongengi olehnya, tapi yang pasti, anak-anak terlihat senang dan menikmati.

Sutaryo tak dapat dengar apa percakapan mereka, karena selisih jarak yang cukup jauh.

Sutaryo menghentikan langkahnya sejenak. Diantara 7 orang anak disana, ternyata salah satu diantara mereka ada putra bungsunya yang bernama Sutisno. Walau penglihatannya tak setajam waktu muda dulu, namun Sutaryo tetaplah mengenali anaknya meski dengan pandangan yang memburam.

Dengan sendirinya senyum Sutaryo mengembang. Hati Sutaryo merasa menghangat saat melihat Sutisno dapat tertawa lepas seperti itu. Disana Si bungsu tak ada henti-hentinya tersenyum sembari memamerkan gigi susu yang telah tumbuh sempurna. Sutisno tampak begitu bahagia.

RABUSUTORI | 1942Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang