Alibaba Saluja menganga saat ia berhenti di depan sebuah pintu gerbang berornamen khas Negeri Tirai Bambu. Dua pintu itu berwarna merah dan diapit hiasan berupa dua patung singa. Matanya melirik kaligrafi mandarin yang tertulis di atasnya.
"Ha-hakuryuu, inikah alasanmu memintaku men-google tentang Courtyard House?"
Lelaki berambut hitam kebiruan mengangguk. "Ya. Para tetua sialan di keluargaku memang kolot. Rumah kami di Cina juga seperti ini meskipun ada masalah populasi di sana."
Hakuryuu Ren membukakan pintu gerbang itu seperti seorang tuan rumah yang santun. Lelaki pirang masuk duluan.
"Jadi, rumahmu di Cina lebih besar dari ini?"
Mata keemasan memandangi Courtyard House yang ia pikir tak terlalu kuno. Rumah ini bisa dibilang tradisional, namun Alibaba masih dapat melihat sentuhan kontemporer dengan desain yang lebih minimalis. Gerbangnya saja yang menipu. Ia sempat mengira rumah ini akan terlihat seperti sesuatu di dalam drama-drama romansa sejarah Asia Timur kesukaan ibunya.
"Begitulah." Pemuda itu menghela nafas.
"Kadang aku berpikir bahwa kau ini sebenarnya anak presiden."
"Bukankah ayahmu juga kaya raya?" Hakuryuu menyeringai.
"Hush. Jangan bahas itu."
Hakuryuu mengantarkannya menuju rumah sayap timur. Rumah ini memiliki tiga kamar—katanya bekas tiga bersaudara yang kini tinggal di rumah utama setelah kematian ayah dan dua kakak laki-laki Hakuryuu. Hierarki keluarga besar yang terdengar rumit.
Alibaba memandangi kamar sementaranya yang ia pikir cukup indah meskipun polos. Tempat tidur kanopi yang terbuat dari kayu ukir antik menarik perhatiannya.
"Kupikir aku akan menetap di rumah selatan." Ia menaruh tas dan ransel di samping kasur.
"Kau bukan pembantu—walaupun di sini untuk bekerja." Lelaki dengan luka bakar di wajahnya berdiri di samping pintu sambil melipat tangan.
"Jadi? Apa pekerjaanku di sini?"
"Sebelum itu, bisakah aku menyiapkan teh untukmu? Hanya untuk sekedar basa-basi. Lagipula kau memang tamuku."
"Tentu saja."
***
Hakuryuu menawarkan beberapa jenis teh yang sama sekali tak ia ketahui. Alibaba memilih teh goji yang ternyata adalah semacam buah beri yang rasanya manis. Pemuda itu juga menyiapkan beberapa kue bulan berisi pasta kacang hitam buatannya sendiri.
"Siapapun yang menikahimu pasti beruntung, Hakuryuu." Alibaba sibuk mengunyah kue bulan itu sambil berceloteh.
Hakuryuu berhenti meniup tehnya. "Apa maksudmu?"
"Kau bisa memasak, tampan, dan pintar. Pasti beken."
"Kalau soal memasak, aku hanya tak bisa membiarkan kakak perempuanku melakukannya. Masakannya parah. Aku hampir pingsan setelah mencoba nasi goreng daging hangus buatannya." Tangannya mengambil kue bulan di atas piring.
"Dimana kakak perempuanmu sekarang?"
"Di Cina. Pamanku sakit. Kak Hakuei dan salah satu sepupuku yang tinggal di sini diminta mengurus sesuatu. Mungkin bisnis keluarga. Entahlah." Bahunya mengedik.
Alibaba tak merespon dan hanya menyeruput tehnya dalam diam.
Hakuryuu melanjutkan, "Tak hanya mereka, tapi para pembantu yang bekerja di sini juga pulang kampung. Oleh karena itu kami memintamu ke sini, Alibaba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Color Me Red (BxB)
Fanfiction[HIATUS] Kouen x Alibaba (Enali) | BxB Lelaki bersurai merah darah itu entah kenapa terlihat sangat familiar. . Disc : Alur cepat, short chap (1,5k+ words/ch), no plot(?, slow burn Warning : klise, ooc, typo, EYD yg tdk sesuai, hint of homophobia Ma...