Coral

13 3 0
                                    

Lelaki itu terlihat gusar mengecek ponselnya setiap lima menit. Waktu menunjukkan pukul 10:06. Ia duduk di kursi tunggu sambil menggerak-gerakkan kaki. Bahasa tubuhnya neurotis. Inikah yang dinamakan anxiety?

Seorang gadis bersurai kemerahan membuka pintu kaca besar area bioskop tanpa kesulitan. Gaun biru muda selutut, ditambah riasan wajah tipis merona membuat beberapa lelaki mencuri pandang ke arahnya. Iris merah muda tajam mencari-cari sosok kepala pirang yang menjadi teman hangout-nya hari ini.

"Morgiana!" Alibaba Saluja berseru saat ia menemukan sang gadis. Tangan kanan melambai-lambai.

Morgiana tersenyum tipis dan berlari kecil menghampirinya. "Maaf, aku telat."

"Tak apa-apa. Aku juga baru sampai." Bohong. "Hei, apa kau ingin popcorn? Aku yang traktir."

"Ah, tak perlu," Gadis itu mencari-cari sesuatu di dalam tas selendangnya dan mengambil dua kupon kecil berwarna putih. "Aku ada kupon diskon 25%. Dapat dari koran harian pamanku."

Gagal berlagak keren, Alibaba hanya nyengir. "O-oh, begitu."

Mereka berdua berjalan menuju ruang sinema. Cahaya yang remang-remang memang membuatnya sulit melihat, namun Alibaba dapat menyadari sedikit perbedaan dari penampilan gadis di sebelahnya.

Morgiana menatap balik. "Alibaba, ada yang aneh?"

"Uh? Tidak. Rambutmu dikucir kuda hari ini. Cocok untukmu."

Memasuki lorong gelap, sang gadis bersyukur wajahnya yang memerah jadi tak terlihat. "Terimakasih."

Layar raksasa memutar sebuah trailer film animasi saat mereka sampai. Dua kursi yang dipesan Morgiana ada di barisan keempat dari depan.

"Morgiana, kenapa kau memilih film ini?" Matanya tak lepas dari layar bioskop.

"Film ini sedang ramai dibicarakan. Aku penasaran. Lagipula ini film sejarah, kan? Kukira mahasiswa sejarah sepertimu akan menyukainya."

Alibaba menyadari tingginya antusiasme orang-orang setelah melirik sekitar. Jumlah kursi kosong yang ia lihat tak seberapa meskipun ini bukan akhir minggu.

"Begitu. Yah, aku juga penasaran, sih."

Film berlangsung selama lebih dari tiga jam. Setelah popcorn-nya habis, si mahasiswa sejarah tertidur di satu jam terakhir sampai akhirnya terbangun merasakan tepukan-tepukan di bahunya.

Wajah datar gadis yang menggembungkan pipinya adalah pemandangan pertama yang ia lihat saat matanya terbuka.

"Eh? Sudah selesai?" Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri dan menemukan beberapa penonton yang sibuk berjalan ke luar bioskop.

Morgiana menghela nafas. "Ayo, bangun. Yang lain sudah keluar."

***

"Alibaba, kau ketinggalan bagian akhirnya."

"Maaf, maaf." Tangannya menggaruk kepala yang tidak gatal. Jujur ia merasa bersalah. "Dulu aku sempat depresi dan selalu menghabiskan uangku ke bioskop hanya untuk tidur di kursi VIP. Kebiasaan buruk."

Morgiana menatapnya dalam diam. Ia hendak mengatakan sesuatu, namun pertanyaan Alibaba mengurungkan niatnya.

"Ah, kau belum makan siang, kan? Aku tahu tempat bagus di mall ini." Lelaki itu tersenyum.

Mereka berdua mengunjungi restoran Jepang bernama Wanwangohan. Morgiana berkomentar soal nama restoran yang unik. Saat omurice-nya datang dengan tiga tanda yang berbentuk jejak kaki anjing, nama restoran itu terdengar lucu.

Color Me Red (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang