An Ideal Type

9 3 0
                                    

Hari Minggu, Alibaba terus melamun. Duduk santai bersama Hakuryuu di pagi hari, dia melamun. Bersih-bersih di rumah utama, dia melamun. Kerja shift sore di kafe, dia melamun. Apa yang dia lamunkan? Gadis manis bersurai magenta yang mengajaknya ke bioskop.

Alibaba bertemu Morgiana saat ia masih tinggal di rumah ayahnya. Gadis itu kuat, atletis, cerdas—dan segala kualitas lain yang Alibaba inginkan. Seperti adik kecil yang lebih unggul dan membanggakan. Ia tahu Morgiana selalu mengikutinya, namun tak ia sangka gadis itu mengajaknya berkencan—Alibaba bahkan tak yakin jika itu bisa dibilang sebuah ajakan kencan. Kepercayaan dirinya sebagai lelaki tidak setinggi itu. Ia tak ingin dicap kegeeran lagi.

Yang jadi masalah bukan di bagian berkencan, tapi hubungannya dengan Hakuryuu Ren. Jika bukan karena Judal, ia mungkin tak akan pernah mengetahui perasaan teman serumahnya itu yang ternyata menyukai Morgiana. Ia merasa terjebak di antara mereka berdua.

Lelaki itu menghela nafas. Mungkin benar apa kata Kougyoku. Alasan ia tak akan pernah bisa populer di kalangan wanita adalah karena sifatnya yang tak peka terhadap isi hati orang lain. Apakah ini semacam karma? Drama cinta segitiga macam apa ini?

"...libaba."

Matanya menatap kosong ke arah tembok bercat putih.

"Alibaba!"

Sadar dari lamunan, yang dipanggil langsung menoleh ke arah suara. "A-ada apa? Maaf, aku melamun."

Kouen Ren yang sedang duduk di meja kantornya menatap Alibaba dengan alis yang sedikit mengerut. "Teh ini terlalu manis."

"M-maaf. Haruskah aku membuat ulang?"

Pria bersurai merah itu menghela nafas. "Tak perlu. Aku tak ingin kau bolak-balik naik tangga seperti saat pertama kali kau membereskan kamarku."

Alibaba melongo. "Ah, itukah alasanmu menyediakan penyedot debu di ruang tengah?"

Kouen mengangguk. "Duduklah. Kau terlihat seperti hantu dari tadi. Wajahmu juga pucat."

Langsung menuruti perkataan sang tuan rumah, Alibaba duduk di atas sofa kecil di sebelah meja Kouen. Tubuhnya bergerak-gerak merasakan empuknya sofa itu. "Kursi di rumah ini sangat berbeda jika dibanding rumah sayap. Kursi-kursi kayu itu benar-benar membuat punggung dan bokongku sakit."

"Furnitur di beberapa ruangan di rumah ini memang kuno. Tapi tak kusangka jika seburuk itu di rumah sayap. Akan kuganti nanti." Kouen menaruh asal berkas-berkas laporan di atas meja. Tangannya kembali menuangkan teh yang katanya terlalu manis itu ke dalam cangkir.

Alibaba menatap pria itu cukup lama, lalu mendengus. "Sekarang aku mengerti kenapa Kougyoku dan Kouha sangat mengagumimu. Walaupun tak begitu ekspresif tapi anda sangat perhatian."

"Kau juga akan melakukan hal yang sama saat menjadi kepala keluarga." Kouen menyeruput tehnya.

"Belum tentu. Lagipula aku anak bungsu, aku tak tahu apa-apa soal menjadi kepala keluarga." Alibaba mengalihkan pandangan.

"Kau akan menjadi kepala keluarga suatu hari nanti setelah menikah dan punya anak."

"Entahlah. Membayangkannya saja rasanya aneh." Alibaba memeluk badannya sendiri walaupun penghangat ruangan menyala.

Kouen bersidekap. Senyum miring khasnya terlihat lagi. "Ah, aku lupa. Kau ini masih perjaka."

Lelaki pirang itu merengut dan memutar matanya. "Aku tahu kau akan terus-terusan meledekku soal ini."

"Sudah kubilang, kau yang mudah dicemooh."

Alibaba mengerucutkan bibir. "Lalu bagaimana dengan anda? Kupikir usiamu sudah matang. Tak ada niat untuk menikah? Pasti banyak wanita di luar sana yang menginginkanmu, meskipun anda..."

Color Me Red (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang