A Spinning Bottle

12 4 0
                                    

Lelaki itu berjalan dengan sedikit tergesa-gesa di dalam koridor apartemennya. Rambut panjang hitam yang selalu dikepang sempurna bergerak-gerak mengikuti irama langkah cepat namun teratur.

Arloji di tangan menunjukkan pukul 18:42. Ia memasuki rumah. Sial, tubuhnya terasa lengket sekali. Selama berhari-hari ia harus mengerjakan proyek seninya di kampus dan selalu pulang malam hari karenanya. Setelah ini, ia benar-benar akan memanjakan diri dan merayakan hari ulang tahunnya yang sudah terlewa—

Konfeti berwarna-warni ditembakkan ke arah wajahnya tepat setelah ia menyalakan lampu ruang tengah.

"SELAMAT ULANG TAHUN, JUDAL!" Diucapkan oleh tiga orang bersamaan.

"Telat dua hari, bodoh." Tangannya berusaha menyingkirkan sisa kertas-kertas mengkilap di wajah dan rambutnya.

Saat mata merah itu terbuka sepenuhnya, ia dapat melihat tiga biang keladi keributan malam itu. Lelaki tampan dengan luka bakar di wajahnya, si pirang tanduk dengan wajah bodoh, dan... hm?

Matanya melebar menatap remaja berambut biru yang sedang tersenyum ramah.

"Yo! Lama tak bertemu, bocah cebol!" Seringaian khas muncul di wajahnya.

***

"Alibaba, kau bahkan tak menghubungiku setelah pindah." Remaja berambut biru sibuk mengunyah bolu sponge.

"Maaf, maaf. Lagipula bukannya kau juga sibuk sekolah? Tak terasa kau sudah SMA."

Remaja bernama Aladdin itu mengangguk. "Aku memutuskan untuk pindah ke sini karena lebih dekat dengan sekolahku."

Hakuryuu menaruh piring di atas meja. "Aku baru tahu kau tinggal di apartemen yang sama dengan Judal."

"Oi cebol, coba kau bandingkan tinggimu dengan Alibaba. Aku ingin melihat wajah horornya." Judal terlihat sibuk membuka kotak kado.

"Boleh saja." Aladdin berdiri dengan santai.

Alibaba panik. "T-tunggu... sialan!"

Hakuryuu repot-repot membawa pita pengukur dari kamar Judal. "Aku juga penasaran. Setelah bertemu lagi kau jadi tiba-tiba setara dengan Alibaba. Pertumbuhan anak memang menyeramkan."

Judal merengut jijik melihat boneka berbentuk buah persik yang dipegangnya. "Oi, hadiah macam apa ini?"

Alibaba berusaha tak bergerak saat Hakuryuu mengukur tinggi badannya. "Dariku dan Morgiana. Oh, sabun mandi aroma persik itu juga dari Morgiana. Katanya dia tak suka baumu."

"Apa!?"

Pundak Hakuryuu bergetar menahan tawa. "Alibaba, 170 cm." Ia beralih ke bocah lima belas tahun yang menunggu gilirannya.

"Mor mengatakan itu? Oh, aku baru ingat, dia punya indra penciuman aneh." Aladdin berdiri tegak saat Hakuryuu mulai mengukurnya.

"Mungkin semacam insting hewani? Dia juga pernah bilang kalau bauku seperti tanaman." Hakuryuu melirik sebentar ke arah Judal.

"Kalau tidak salah dia bilang bauku seperti hari hangat yang cerah dan susu domba."

"Hah??? Deskripsi macam apa itu?" Judal kembali sibuk dengan kado keduanya.

Aladdin nyengir. Ia menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal. "Aku dulu sering minum susu langsung dari sumber hewannya."

"Ternyata kau lebih tolol dari yang kukira."

Hakuryuu kembali melipat pita pengukur itu. "Aladdin, 167 cm."

Tangan yang mengepal meninju udara. "Aku masih lebih tinggi!!!"

Color Me Red (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang