Oedipus

12 4 0
                                    

Beberapa hari berlalu semenjak makan malam itu. Alibaba merasa lebih sering menghabiskan waktu di kafe Sphintus daripada di rumah Kouen. Sesekali ia ke rumah utama untuk bersih-bersih dan mencuci piring—sambil terkadang membantu Kouha atau Kougyoku memasak. Segala urusan mengenai Kouen Ren—membereskan kamar dan pakaian, membuat teh atau makanan ringan, semuanya sudah ditangani oleh Hakuei Ren.

Jujur saja sekarang ia merasa hampa. Apa gunanya ia masih tinggal di rumah itu?

"Kalau begitu kau menetap saja di tempatku. Walaupun agak sempit, sih." Sphintus Carmen menghembuskan asap rokok ke udara malam.

"Tak perlu. Aku tak ingin merepotkanmu lagi." Alibaba meneguk bir kalengannya. "Keluargamu sudah terlalu baik mengizinkanku kerja di kafe."

"Hei, santai saja. Lagipula kami memang butuh tenaga kerja."

"Jadi, kau belum pulang sama sekali ke rumah Hakuryuu semenjak makan malam itu, Alibaba?" Remaja berambut biru berjalan menuju balkon apartemen kecil dimana dua lelaki sedang minum bir dan merokok. Tangannya memegang sebuah kotak jus jeruk.

"Aku masih tinggal di sana sambil sesekali membereskan rumah utama. Tapi untuk malam ini aku memutuskan untuk menginap." Alibaba melirik ke arah sumber suara. "Hei Aladdin, bukannya kau juga sekolah besok?"

"Apartemen Sphintus lebih dekat ke sekolah." Aladdin mengangkat bahunya. Tangannya menancapkan sedotan ke dalam kotak jus.

Sphintus mematikan rokoknya. "Kadang dia menginap di sini sambil nongkrong di kafe internet di sebelah minimarket."

Alibaba memutar mata. "Waktu luangmu banyak juga."

"Ngomong-ngomong Hakuryuu bilang apa saat kau memutuskan untuk menjauh dari rumahnya?" Aladdin duduk bersila di sebelahnya.

"Huh? Tak bilang apa-apa. Dia juga keseringan nongkrong di luar rumah, kok."

"Sebenarnya aku masih tak mengerti kenapa kau tiba-tiba datang dan ikut bekerja di kafe kemarin. Kau sudah merasa tak diperlukan lagi di rumah itu gara-gara sepupu Kouen?" Sphintus meneguk birnya.

Alibaba mendesis. "Rasanya ngilu juga jika dijabarkan seperti itu—tapi, mungkin memang benar. Aku jadi merasa...kecil?"

"Hmm...mungkin kau merasa insignifikan? Ada beberapa kemungkinan kau merasa seperti itu." Aladdin mengangkat jari telunjuknya. "Pertama, kau tersinggung karena spotlight-mu diambil. Kedua, kau tersinggung karena tugas pentingmu diambil."

"Hmm..." Alibaba meneguk bir. Matanya yang menyipit bergulir ke samping.

Aladdin terlihat ragu menaikkan jari manisnya. "Ketiga, kau... cemburu dengan Hakuei Ren."

Lelaki pirang tersedak. "C-cemburu?!"

Sphintus tertawa.

"T-tunggu dulu... cemburu di konteks ini bukan berarti cemburu secara romantis!"

Alibaba menghela nafas. "Oke. Kemungkinan pertama rasanya tidak mungkin. Aku bukan seseorang yang peduli spotlight atau ingin menjadi pusat perhatian."

Aladdin mengangguk. "Aku pun berpikir begitu."

"Yang kedua sepertinya masuk akal. Pekerjaan yang pada dasarnya merupakan alasan aku tinggal di sana sudah diserahkan kepada orang lain. Dan mungkin dari situlah mengapa aku mulai merasa insignifikan."

"Atau mungkin kombinasi dari tiga kemungkinan itu. Maksudku, kau akhir-akhir ini lumayan dekat dengan Kouen, kan? Bisa jadi kau agak cemburu melihat perhatian Kouen yang sekarang hanya untuk Hakuei."

Sphintus memajukan kepalanya dan bertanya, "Maksudmu, seperti anak yang cemburu melihat saudaranya lebih diperhatikan atau dianggap lebih kompeten oleh orang tua?"

Color Me Red (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang