SA : 05

380 54 4
                                    


Wonwoo melemparkan kertas itu ke atas meja di hadapan Jennie. Berkali-kali, ia menghela nafas berat sembari menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut sang kekasih.

"Gue udah bilang, jangan ikut campur." katanya dengan tegas.

Jennie hanya menundukkan kepalanya, sesekali melirik foto yang ada di atas meja. Itu adalah foto dirinya yang sedang pergi ke Twins Caffe sendirian di tengah malam hanya untuk mencari tahu tentang pembunuh Joy.

"Gue cuma mau bantu cari pelakunya." balas Jennie setelah keduanya benar-benar diam.

"Ini tugas gue, ini tugas polisi."

"Gue cuma mau cari orang yang udah bunuh sahabat gue!" balas Jennie dengan nafas yang memburu. Ia bangkit dan mendekatkan tubuhnya pada Wonwoo, "Lo tau? Mayat yang lo temuin di dalam karung itu punya luka di lehernya. Luka yang cuma bisa dilakuin sama orang yang kidal."

Jennie meraih tangan kanan Wonwoo untuk mencekik lehernya, "Hasilnya jelas bakal beda. Lo udah punya banyak kasus tentang pencekikan yang pelakunya ngegunain tangan kanan. Harusnya lo ngerasa heran, kenapa bekas luka kali ini beda? Karena, pelakunya kidal."

Wonwoo kembali menarik tangannya, ia terus menatap manik Jennie, "Lo masuk ke ruangan itu?"

Tanpa merasa takut sedikitpun, Jennie menganggukkan kepalanya. Ruangan yang Wonwoo maksud adalah ruangan di apartemennya yang selalu ia kunci. Karena, di dalam sana banyak sekali berkas penting tentang para korban, bahkan sampai petunjuk tentang sang pelaku.

"Gimana lo bisa masuk ke sana? Lo—," Wonwoo menggantung perkataannya. Ia kembali mengingat kejadian tiga hari lalu.

Saat itu, ia dan Rowoon sedang mendatangi sebuah mall karena kasus pencurian. Namun, di tengah-tengah penyelidikan, Wonwoo tiba-tiba menyadari bahwa kunci ruangannya hilang. Wonwoo mencoba mengingat dimana ia menaruhnya, namun ia yakin sekali jika kunci itu memang ada di dalam sakunya.

Semua ruangan yang ada di apartemen Wonwoo menggunakan kunci pin, atau hanya dengan memasukkan password saja. Kecuali, satu ruangan itu. Ia selalu mengunci satu ruangan ini dengan kunci gembok.

Lebih anehnya lagi, setelah Wonwoo kembali, petugas apartemen mengatakan jika ada seseorang yang menitipkan kunci itu padanya. Dengan segera, Wonwoo masuk ke dalam ruangan itu dan dan untungnya tak ada barang yang hilang. Wonwoo juga memeriksa kamera CCTV dan sedang mencari tahu wajah dari pelaku pencuri kuncinya itu hingga saat ini.

Karena saat menitipkan kunci tersebut, sang pelaku memakai pakaian tertutup dan serba hitam, membuat Wonwoo sulit mengenalinya.

Namun tak disangka, pelaku tersebut ternyata adalah kekasihnya sendiri.




°°°°°





"Kenapa lo tiba-tiba nyelidikin kasus 2 tahun lalu?"

Rowoon memberikan berkas yang diminta Wonwoo. Ia kemudian melihat berkas-berkas lain yang berserakan di atas meja Wonwoo.

"Mungkin, kasus ini ada kaitannya sama kasus Twins Caffe." balas Wonwoo yang sedang membuka berkas dari Rowoon.

"Lo yakin?" Rowoon menarik kursi dan ikut menyelidiki berkas-berkas itu dengan Wonwoo, "Ahli forensik bilang, Joy juga punya bekas luka di lehernya. Walaupun dia gantung diri, tapi luka itu ngga mungkin disebabkan karena tali. Kemungkinan pelakunya mencekik leher Joy sampai dia ngga bisa nafas. Baru habis itu, Joy digantung."

Wonwoo menganggukkan kepalanya, lalu menyimpulkan, "Kemungkinan besar, pelakunya sama."

"Tapi, lo tau? Ada yang aneh sama bekas lukanya. Pelakunya—,"

"Kidal."

Rowoon mengerutkan kening. Dengan hati-hati, ia bertanya, "Lo tau darimana?"

"Jennie."

"Oh, dia udah ngasih tau?"

Wonwoo menghentikan pergerakannya. Ia menaruh berkas di tangannya ke atas meja, kemudian menatap tajam ke arah Rowoon, "Jangan bilang, lo yang bantu dia?"

Rowoon perlahan mendorong kursinya ke belakang, lalu mengangguk dan tersenyum canggung.

"Anjing lo."

"Dia maksa, anjir. Dia neror gue berhari-hari, bahkan ngancem bakal bunuh gue. Gue harus gimana coba? Ya walaupun gue tau itu ga mungkin, tapi gue cape denger ocehannya." balas Rowoon dengan kesal.

Wonwoo menghela nafas panjang. Ia kembali mengalihkan perhatiannya pada berkas di atas mejanya.

Rowoon bangkit dari kursinya, ia menatap bahu Wonwoo dan berkata, "Gue serius. Jennie tau banyak hal tentang kasus ini. Lo harus jaga dia."




°°°°°




"Apa?!"

Jennie memasang muka kesal saat mengetahui Wonwoo yang sedari tadi membunyikan bel apartemennya.

Alih-alih membalas pertanyaan Jennie, Wonwoo malah menerobos masuk ke dalam apartemen gadis itu.

"Emang anjing lo." umpat Jennie kemudian menutup pintu apartemen. Ia kembali berjalan masuk mengikuti pergerakan Wonwoo. Gadis itu menyilangkan tangan di dada, "Mau ngapain?"

Wonwoo berbalik, membuat tubuhnya berhadapan dengan Jennie, "Maaf tentang tadi pagi." katanya pelan.

Mendengar hal itu, lantas Jennie tersenyum miring.

"Tapi, bukan berarti perbuatan lo itu bener. Lo tetep salah. Gue juga salah karena udah marahin lo, gue minta maaf." lanjut Wonwoo yang kembali membuat senyuman Jennie hilang begitu saja.

"Yaudah, gue juga minta maaf."

"Yang bener minta maafnya."

Jennie memutar bola matanya malas. Dengan berat hati, ia berkata, "Iya, maaf."

Wonwoo tersenyum kecil. Ia segera menarik Jennie ke dalam dekapannya. Ia membelai rambut gadis itu dengan lembut. "Maaf ya. Nanti malem, gue jemput."

"Lo bakal dateng ke pesta itu?"

"Iya."

"Kalo lo lagi sibuk gapapa kok, jangan maksain. Lagian, pesta itu cuma buat seneng-seneng aja." ucap Jennie merasa tak enak. Ia tidak ingin Wonwoo merasa terpaksa datang ke pesta itu hanya karena mereka baru saja berbaikan. Karena Jennie tahu pasti jika kekasihnya adalah orang yang sangat sibuk.

"Gue pengen pergi sama lo." balas Wonwoo sembari mempererat dekapannya, "Habis dari pesta, kita cari angin sebentar ya?"

Jennie tersenyum senang, gadis itu menganggukkan kepalanya dengan antusias.

"Tentang kasus Joy, lo jangan khawatir. Gue bakal terus cari tahu sampe pelakunya ketemu." ucap Wonwoo mencoba memberitahu Jennie.

"Lo yakin?"

Wonwoo hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian, ia memejamkan mata dan membiarkan aroma rambut Jennie masuk tanpa izin ke lubang hidungnya. Ia sangat merindukan aroma ini.

"Makasih banyak, Wonu."

"Ini tugas gue."

Jennie tersenyum senang, ia tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya pada pria bernama Wonwoo itu. Kekasihnya itu selalu berhasil membuat Jennie bangga.

"Selama lo percaya dan selalu ada di sisi gue, gue bisa lakuin apapun buat lo, Jennie."

[✓] Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang