SA : 11

218 44 6
                                    

Jennie menatap tajam sebuah foto yang ada di hadapannya. Sorot mata yang menggambarkan rasa marah, kecewa, dan sedih melebur menjadi satu. Ia benar-benar tidak menyangka jika Woozi bisa berbuat kejam seperti ini.

Woozi adalah pria baik. Ia selalu membantu Jennie jika sedang mengalami kesulitan. Tak peduli seberapa sulit masalah yang Jennie hadapi, Woozi pasti menemukan jalan keluarnya. Ia adalah sosok pria yang cerdas dan bijaksana. Itulah sosok Woozi di mata Jennie, dulu.

Jennie menyeka air matanya. Bohong jika ia mengatakan tidak sedih atas kepergian Woozi. Tapi, emosinya sedang tidak stabil. Lagipula, tidak ada gunanya menangisi sosok pembunuh keji sepertinya.

Jennie hanya ingin tahu satu hal. Apa alasan Woozi melakukan ini?

Jika dikaitkan dengan masalah ekonomi, rasanya mustahil. Sebab, Woozi dan keluarganya adalah orang-orang berada, orang-orang dari kalangan atas.

Jennie segera berbalik saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Tubuhnya membeku, ia tak tahu harus pergi atau terus berdiam diri. Jennie hanya menatap sosok pria yang beberapa hari ini menghantui pikirannya dengan pandangan yang sulit diartikan, entah itu marah atau kecewa.

Tak lama, pria itu kembali membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Jennie.

Jennie mendecih, bisa-bisanya ia menaruh hati pada pria seperti itu. Mungkin, memang sudah seharusnya jika mereka berpisah. Dan sekarang, Jennie merasa lebih aman.

Saat Jennie mengunjungi apartemen Wonwoo, setelah ia menerima telepon dari nomor asing di ponsel pria itu, ia sempat kembali dan mengecek suhu tubuh Wonwoo, karena khawatir pria itu terkena demam. Tapi, tiba-tiba Jennie melihat ada luka kemerahan di bagian lehernya.

Dan saat Jennie hendak mencoba membenarkan posisi tidur Wonwoo, entah kenapa sesuatu yang familiar nampak jelas di matanya. Ia pun teringat tentang satu paragraf pada berkas milik Rowoon yang tak sengaja ia baca beberapa hari sebelumnya.

'Secret Agent' mempunyai tato khas di bagian tubuhnya, yang menandakan bahwa mereka adalah bagian dari anggota perusahaan tersebut. Tato itu berbentuk logo perusahaan, yaitu Infinity atau Tak Hingga (∞).

Lalu, apa hubungannya dengan Wonwoo?

Jeon Wonwoo, pria itu memiliki tato yang sama dengan anggota agen rahasia lain di belakang lehernya.






°°°°°





Jennie menghela nafas saat melihat bangunan megah berdiri di hadapannya. Bangunan tempat orang sering mengadu tentang tindak kriminal itu selalu terpikirkan olehnya akhir-akhir ini.

Ia merogoh saku celananya. Namun belum juga ia membuka ponsel, seseorang tiba-tiba saja menepuk bahunya. Dengan segera, ia membalikkan tubuhnya.

"Mau ngapain?"

Jennie menggelengkan kepala, "Cuma lewat aja."

"Bukan mau ketemu sama Wonwoo?" tanya sang lawan bicara sembari menaik turunkan alisnya.

Jennie lantas memutar bola matanya malas.  Ia pun mulai mengambil langkah, namun pria itu malah mengikutinya. "Gue mau balik."

"Makan siang dulu kuy. Laper banget nih."

"Makan aja sendiri."

Changkyun mengabaikan ucapan Jennie. Pria itu langsung menarik lengan Jennie dan membawanya menuju taman yang tak jauh dari kantor polisi. Ia pun membuka kantong plastik berwarna putih yang dibawanya.

Changkyun mengeluarkan air mineral, minuman bersoda, dan beberapa roti. Ia membuka kemasan roti tersebut kemudian langsung memberikannya pada Jennie.

Jennie langsung menyantap roti itu tanpa berucap satu patah kata pun. Pikirannya benar-benar kacau.

Changkyun tersenyum kecil. Ia pun ikut memakan roti lainnya. Changkyun dengan sigap memberikan air mineral saat melihat gadis itu sudah menghabiskan rotinya.

"Makasih."

"Sama-sama." balas Changkyun santai. Pria itu tiba-tiba menatap sekeliling, kemudian beralih pada Jennie, "Gue mau minta maaf."

"Buat?"

"Semuanya."

Jennie semakin kebingungan. Lantas, ia pun sedikit bergeser ke arah Changkyun, "Emangnya, lo habis ngelakuin apa?"

"Gue mau minta maaf karena ga bisa bantu lo waktu itu."

"Jangan bilang, lo orang yang laporin Woozi?" tanya Jennie saat baru menyadari maksud dari perkataan Changkyun.

Changkyun mengangguk tanpa ragu, "Gue ngga sengaja lewat jalan itu, terus gue liat lo lagi dikejar-kejar sama Woozi. Karena gue liat Woozi bawa senjata, jadi gue mutusin buat telepon Wonwoo."

Jennie terdiam, sambil mencerna satu persatu perkataan Changkyun di kepalanya. Sebenarnya, apa yang terjadi?

Jika dipikirkan kembali, rasanya tidak masuk akal jika Wonwoo tega membunuh Woozi padahal keduanya adalah agen rahasia.

Jika Wonwoo bukan salah satu dari agen rahasia, lalu mengapa ia memiliki tato itu?




°°°°°




"Lo dimana, anjir?"

"Lagi di jalan."

"Jalan mana?"

"Jalan raya."

Terdengar decak kesal di seberang sana, sang lawan bicara kembali bertanya, "Udah lewat gerobak mang Ujang belom?"

"Belom."

"Nitip mie ayam baso satu ya. Request banyakin ayamnya."

"Tai lu." Jennie melirik arloji di tangan kanannya, pukul sepuluh malam. "Udah tutup."

"Kata siapa? Eh, anj—,"

Jennie langsung memutus sambungan telepon dari Daniel. Ia sudah malas menanggapi ocehan pria itu. Ia sebenarnya tahu jika Daniel hanya iseng menelponnya karena merasa khawatir. Namun, ia tidak peduli dan kembali melanjutkan langkahnya menuju apartemen.

Saat memasuki sebuah gang yang cukup sepi, Jennie kembali merasa tidak tenang, seolah ada seseorang yang sedang mengikutinya. Ia tiba-tiba teringat kejadian di malam itu. Jennie merasa takut bukan tanpa sebab. Ia menyadari jika sedari tadi ada bayangan yang dipantulkan oleh seseorang di belakangnya.

Saat Jennie hendak berlari, orang itu langsung menarik lengannya dan membekap mulut Jennie dengan sebuah kain. Setelah itu, Jennie kehilangan kesadarannya.




Jennie merintih pelan. Perlahan, ia membuka matanya, ia mengedipkan mata berulang kali untuk memfokuskan pandangannya. Tangannya terasa sakit, seolah sebuah tali mengikatnya dengan sangat kencang. Jennie pun mulai memberontak untuk melepaskan ikatan pada kedua tangannya.

Begitu penglihatannya sudah jelas, Jennie terlonjak saat melihat tumpukan tubuh manusia di hadapannya. Ia langsung merinding ketakutan. Tubuhnya terasa semakin tak bertenaga. Empat jasad manusia dengan luka dilehernya ditumpuk dengan kepala menghadap ke arah Jennie. Yang lebih parahnya lagi, keempat jasad tersebut adalah teman-teman Jennie— yaitu, Doyoung, Hoshi, Yerin, dan Sejeong.

Jennie mengalihkan pandangannya, mencoba untuk mencari jalan keluar dari gudang tersebut. Ia melihat punggung kekar seorang pria yang sedang menginjak wajah Changkyun yang sudah tergeletak di lantai. Jennie dapat melihat jelas tato yang tak asing karena pria itu tidak memakai pakaiannya.

Jennie menahan nafas tak kala pria itu berbalik dan beralih menatapnya. Mulutnya tertutup rapat, ia ingin mengucapkan banyak hal namun entah kenapa rasanya sangat sulit. Ia mulai menangis, Jennie merasa marah dan kecewa kepada pria yang ada di hadapannya saat ini.

Karena, pria yang telah membunuh Changkyun dengan keji adalah Rowoon— sahabatnya sendiri.

[✓] Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang