SA : 08

244 44 2
                                    

"Lo yakin orang itu Kun?"

"Gue serius. Pas gue buka maskernya, dia emang Kun."

Daniel menghela nafas panjang. Pria itu nampak memikirkan sesuatu dan terdiam sesaat. Kemudian, ia kembali bersuara, "Tapi, gimana caranya dia bisa ada di dua tempat sekaligus?"

"Itu yang jadi pertanyaan gue juga." sahut Jennie. Keduanya kini dilanda kebingungan.

"Lo punya rekaman kejadian kemarin?"

Jennie menggeleng, "Chungha bilang, CCTV di villa itu rusak sejak minggu lalu."

Jennie kembali fokus memperhatikan pergerakan Kun di layar laptop milik Daniel. Saat ini, keduanya sedang di apartemen Jennie sembari menonton video rekaman CCTV saat Kun sedang nongkrong bersama Doyoung dan Hoshi.

Jennie menarik nafas. Jika memang pria yang kemarin ia temui adalah Kun, lalu bagaimana mungkin rekaman itu asli? Maksudnya, bagaimana mungkin ini masuk akal?

Jika Kun berbohong, bisa saja ia meminta pemilik kafe untuk menghapus rekaman CCTV di hari itu, bukan? Tetapi, ia tidak melakukannya. Dan jika memang Kun adalah pelakunya, bukankah tidak seharusnya Kun ada di dalam rekaman tersebut?

"Kalo kata gue, 3 orang yang kemaren nongkrong ini ga mungkin pelakunya." 

Jennie lantas mengalihkan pandangannya pada Daniel. Ia mengerutkan kening, seolah bertanya apa maksud dari perkataan pria itu.

"Gini..." Daniel bergeser mendekati Jennie, ia sedikit menurunkan volume suaranya, "Terlepas dari apa yang lo liat waktu itu, bakal lebih masuk akal kalo kita curiga sama orang-orang selain mereka bertiga."




°°°°°




Saat ini, Jennie, Chungha, Sejeong, Jeongyeon dan Yerin sedang berkumpul di rumah Sejeong untuk mendiskusikan sesuatu. Sementara itu, Sana tidak dapat ikut karena suatu alasan.

Karena sudah jam makan siang, keempatnya memutuskan untuk memasak saja di rumah. Dan kebetulan sekali, Sejeong memiliki banyak bahan makanan di rumahnya.

Chungha yang sedang memasak menu makan siang itu tiba-tiba buka suara, "Tapi, kalau misalnya kita ngga berusaha buat cari tau pelakunya, emang ada kemungkinan semuanya bakal balik normal lagi?"

"Seharusnya sih iya." sahut Sejeong yang sedang membersihkan sayuran.

Jeongyeon mengedikkan bahunya, "Gue ga yakin."

"Kalo ternyata pelakunya masih ngincer salah satu dari kita, gimana?" tanya Yerin yang membuat seluruh atensi beralih padanya.

"Gue rasa ga mungkin deh. Soalnya, gue ga pernah ngerasa punya musuh." balas Sejeong sembari memberikan sayuran pada Yerin.

"Sama!" sahut Jeongyeon sembari mengacungkan ibu jarinya pada Sejeong.

Melihat hal itu, lantas Yerin pun hanya memutar bola matanya malas. Ia mulai memotong sayuran yang diberikan oleh Sejeong tadi.

"Rin, lo kidal?"

Pergerakan Yerin pun langsung terhenti. Gadis itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menoleh ke arah Jennie, "Lo baru sadar?"



°°°°°




"Terima kasih. Silakan datang kembali."

Jennie hanya tersenyum untuk membalas ucapan kasir itu. Dengan segera, ia keluar dan berjalan menjauh dari minimarket tersebut.

Sesekali, ia membuka ponselnya, berharap ada pesan masuk dari sang kekasih. Namun, nihil. Pria itu tak membalas satu pun pesan dari Jennie, bahkan hanya membacanya saja pun tidak.

Jennie menghela nafas panjang. Ia kembali memasukkan ponsel itu ke dalam saku celananya. Langkahnya terhenti saat lampu lalu lintas menunjukkan warna hijau.

Maniknya menyipit ketika melihat seseorang berpakaian serba hitam di seberang sana. Jennie kembali melirik lampu lalu lintas yang tak kunjung berwarna merah itu.

Tiba-tiba, ponsel di sakunya bergetar. Dengan segera, ia merogoh sakunya dan langsung mengangkat telepon.

"Jennie, gue nemuin sesuatu."

"Apa?" Jennie segera menyebrang tak kala lampu sudah berwarna merah. Ia pun langsung mencari sosok yang tadi dilihatnya.

"Tentang CCTV di kafe Biru, ada yang aneh." ucap Daniel yang membuat langkah Jennie kembali terhenti.

Jennie menjatuhkan kantong camilan di tangannya. Ia segera membalikkan tubuhnya dan berlari dengan cepat menuju suatu tempat.

"Cepat panggil ambulans!"

Jantungnya berdegup kencang saat melihat bangunan di hadapannya yang sudah hampir hangus oleh kobaran api. Jennie mencoba berjalan mendekat dan bertanya kepada seorang pria yang sedang membantu memadamkan api.

"Pak, maaf, di dalem—, ngga ada korban, 'kan?"

Pria paruh baya itu nampak terdiam saat melihat Jennie. Ia sedikit melirik pada sosok yang sudah tertutup kain putih di belakang Jennie. 

"Kun... "


"Gue udah kirim fotonya, coba lo liat di jendela kafe. Gue baru sadar, ada orang yang terus-terusan merhatiin meja Kun sejak awal mereka masuk. Gue ngga bisa liat jelas orangnya karena lo bisa liat sendiri, pakaiannya tertutup banget. Tapi, kalo diliat dari postur tubuhnya, kemungkinan besar orang itu perempuan."

[✓] Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang