SA : 12

214 44 0
                                    

"Rowoon?"

Rowoon segera berlari menghampiri Jennie. Pria itu lantas membuka tali yang sedari tadi mengikat kedua lengan Jennie.

"Dengerin. Nanti, gue bakal jelasin semuanya." ucap Rowoon sembari membantu Jennie berdiri dan hendak membawanya pergi. "Ikut gue."

Jennie menepis lengan Rowoon. Gadis itu terdiam di tempatnya dengan ketakutan. "Kenapa? Kenapa lo lakuin semua itu?!" tanyanya sedikit berteriak.

"Gue bukan pelakunya!"

"Bajingan." Jennie menatap Rowoon dengan penuh kecewa, "Kok lo tega sih, Won?" lanjutnya dengan berkaca-kaca.

Rowoon menggeleng pelan, "Gue janji, gue bakal jelasin semuanya. Tapi, nanti. Gue harus beresin semuanya dulu. Tolong percaya sama gue, kali ini aja."

Tiba-tiba, terdengar suara pelatuk ditarik yang sangat kencang dari lantai bawah. Rowoon lantas menoleh, mendapati Wonwoo yang sedang berlari ke arahnya.

"Mereka dateng." ucap Wonwoo begitu sampai di hadapan Jennie dan Rowoon.

Rowoon kembali menatap Jennie dan berkata, "Sekarang, lo ikut Wonwoo."



Tanpa menunggu jawaban dari Jennie, Wonwoo segera menarik lengan gadis itu dan membawanya berlari menuruni tangga. Terdengar suara gebrakan dari pintu depan bangunan tersebut, seolah ada banyak orang mencoba membuka paksa pintu itu.

Wonwoo lantas mengganti arah, ia membawa Jennie ke dalam salah satu ruangan kecil yang dipenuhi dengan barang-barang yang sudah usang. Wonwoo lantas menutup pintunya.



Wonwoo merogoh sebuah senjata dari dalam jaketnya. Ia kemudian memberikannya pada Jennie. Sembari memegang jemari gadis itu, Wonwoo berkata, "Denger, di luar ada Daniel sama Jeongyeon yang bakal bawa lo pergi dari sini. Lo gunain senjata ini buat kabur lewat jendela, tapi hati-hati. Lo tau cara ngegunainnya, kan?"

Kali ini, Jennie mengangguk pelan. Ia kebingungan, sebenarnya apa yang terjadi?

Namun, ia memilih untuk diam dan mengikuti semua perintah Wonwoo. Entah kenapa, ia selalu merasa semua hal yang dilakukan Wonwoo adalah benar. Ia merasa akan aman jika mengikuti semua perintah dari pria itu.

Dengan nafas masih memburu, Wonwoo menatap Jennie lekat. Pria itu mengelus rambut Jennie lembut, lalu tiba-tiba mendekapnya dengan sangat erat. "Maaf." bisiknya pelan, nyaris tak terdengar.


Suara dobrakan kencang diikuti langkah kaki kini terdengar jelas, seolah orang-orang itu sudah berhasil masuk ke dalam bangunan.

"Gue janji, semuanya bakal baik-baik aja." ucap Wonwoo sebelum akhirnya berlari keluar dan langsung mengunci pintu ruangan tersebut.

Jennie menarik nafas pelan. Ia segera mengarahkan senjata di tangannya ke arah jendela. Sembari menutup mata, ia pun menarik pelatuk tersebut.

Berhasil. Jendela kaca itu langsung hancur dengan sekali tembakan.

Jennie segera berlari menghampiri jendela tersebut, kemudian mencoba membersihkan sisa kaca dengan tangan kosongnya. Sesekali, ia meringis saat pecahan kaca tak sengaja mengenai tangannya.


Tiba-tiba, terdengar suara dobrakan dari pintu ruangan tersebut. Jennie lantas menoleh, mendapati pintu ruangan sudah terbuka lebar dan seorang lelaki tengah menyeringai padanya.


Lelaki itu langsung berlari dan mengambil senjata di samping Jennie. Pria itu langsung mengarahkannya pada Jennie. "Kasih tau, dimana Wonwoo?"

Jennie menelan saliva kasar, kemudian menggeleng dengan susah payah.

"Jawab yang jujur!" desak pria itu semakin menempelkan senjata pada dahi Jennie.

Jennie tetap kekeh menggeleng. Ia lantas melirik ke arah pintu, terlihat Wonwoo tengah berdiri dengan lengan dan dahu yang dialiri darah segar.


Tiba-tiba, Wonwoo berlari menghilang dari tempatnya. Lantas, pria yang tadinya sedang mengancam Jennie lantas langsung berlari mengejar Wonwoo dengan senjata di tangannya.





Tak lama, muncul Rowoon dan menghampiri Jennie. Rowoon langsung mengecek lengan Jennie yang dipenuhi darah. Ia segera membantu Jennie menyingkirkan sisa pecahan kaca yang masih ada di jendela.

"Rowoon, lo bukan pelakunya, kan?"

Pergerakan Rowoon lantas terhenti, pria itu menoleh ke arah Jennie. Memilih untuk tak menjawab pertanyaan sang lawan bicara, Rowoon langsung menarik lengan Jennie dan membantu gadis itu untuk keluar lewat Jendela.

Jennie berhasil keluar dari bangunan tersebut. Saat melihat Rowoon hendak pergi, lantas Jennie kembali mengulurkan tangannya ke dalam jendela untuk mencegah langkah Rowoon.

"Gue pengen bantu lo sama Wonwoo. Kasih tau, gue bakal bakal lakuin apapun."

Rowoon melepas cekalan Jennie, ia menatap lurus ke arah Jennie dan menjawab, "Kalo gitu, sekarang lo pergi cari Daniel sama Jeongyeon. Habis itu, kalian laporin semua kejadian ini ke kantor polisi, sebelum semuanya terlambat. Lo bisa ngelakuin itu, kan?"

Jennie langsung mengangguk tanpa ragu. Dengan berat hati, ia segera berlari meninggalkan Rowoon yang setia menatapnya. Ia melihat sebuah mobil berwarna putih terparkir di seberang jalan.


Dengan segera, Jennie berlari menghampiri mobil tersebut. Ia mengetuk kaca mobil berulang kali dan melihat Daniel juga Jeongyeon di dalamnya, Jennie langsung menghela nafas lega.

Jeongyeon yang berada di bangku belakang langsung membukakan pintu untuk Jennie. Begitu Jennie masuk dan menutup kembali pintu mobil, Daniel segera menancap gas dan pergi menjauh dari bangunan tersebut.

"Kita harus ke kantor polisi sekarang!"

Jeongyeon hanya menganggukkan kepalanya, begitu juga Daniel. Jennie merasa ada yang aneh, namun ia memilih untuk tak memikirkan hal lain terlebih dahulu.

Ia membalikkan tubuhnya ke belakang untuk melihat bangunan tempatnya ditahan tadi. Bangunan itu tiba-tiba meledak dan mengeluarkan kobaran api yang begitu besar, diikuti asap hitam yang tebal.

"Daniel, ayo balik lagi!" Melihat Daniel yang mengabaikan perkataannya, lantas Jennie kembali berseru, "Daniel?!"

Jennie menatap Jeongyeon dan Daniel bergantian, keduanya nampak menahan tangis. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Jangan bilang, kalian berdua tau kalau bangunan itu bakal hancur?"

"Jen, semuanya udah terlambat. Cuma ini jalan yang bisa kita ambil buat ngeakhirin semuanya." ucap Jeongyeon akhirnya buka suara.





Jennie tak lagi bisa menahan rasa sedihnya, tangisnya langsung pecah. Ia benar-benar marah dan kecewa pada dirinya sendiri.

Jennie mengutuk dirinya sendiri, ia merasa sangat menyesal telah meninggalkan Wonwoo dan Rowoon di sana. Ia merasa egois karena hanya memikirkan nyawanya sendiri.









Lalu, bagaimana sekarang? Apakah semuanya benar-benar sudah terlambat?

[✓] Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang