Satu minggu berlalu, semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Begitupun dengan Jennie. Gadis itu mulai disibukkan dengan tugas-tugas di kampusnya.
Kembali membahas tentang Wonwoo, pria itu jelas-jelas menghindari Jennie. Bahkan mereka sudah tak lagi saling bertukar pesan. Pernah dalam satu minggu itu mereka bertemu. Saat itu, Jennie sedang makan siang di salah satu kafe dekat apartemennya, sementara Wonwoo sedang menangkap pencuri di sana. Namun, mereka hanya bertatap sejenak kemudian kkembali pada kegiatannya masing-masing. Terkadang, Jennie merasa hubungannya dengan Wonwoo sudah berakhir dengan sendirinya.
"Jadi singkatnya, lo mikir Yerin pelakunya? Alasannya, karena dia kidal?"
Jennie lantas mengangguk tanpa ragu, langsung membenarkan pertanyaan Daniel.
Daniel nampak terdiam di seberang sana. Jennie menjentikkan jarinya ke layar ponsel, membuat Daniel kembali fokus padanya.
"Masuk akal sih. Tapi setau gue, ada beberapa orang kidal yang masih bisa pake kedua tangannya. Ngerti ga?"
"Ga ngerti." balas Jennie menggelengkan kepalanya.
Daniel nampak menghela nafas, "Ada beberapa orang yang kidal di situasi tertentu aja. Misalnya, sepupu gue. Dia selalu nulis pakai tangan kiri, tapi dia masih bisa makan pake tangan kanannya. Jadi menurut gue, ada kemungkinan Yerin bukan pelakunya. Saran gue, lo jangan terlalu cepet nuduh dia."
"Lo aneh, sumpah."
"Maksudnya?"
"Ngga tau kenapa, gue ngerasa lo terlalu ngebela Yerin. Pas gue curiga sama Kun, lo ngga seyakin ini. Tapi, sekarang? Wajar kalo gue curiga sama lo juga, bukan?"
°°°°°
Sore tadi, Jennie tiba-tiba menerima telepon dari Rowoon yang mengatakan kalau kondisi Wonwoo saat ini sangat berantakan. Pria itu mengalami susah tidur dan sering kali merokok. Rowoon juga mengatakan bahwa pria itu sedang mendapat pekerjaan yang sulit sehingga membuatnya merasa sangat terbebani.
Dengan penuh perhitungan, Jennie akhirnya memutuskan untuk mengunjungi apartemen Wonwoo. Gadis itu bahkan membawakan menu makan favorit Wonwoo.
Menghela nafas panjang, Jennie langsung masuk ke dalam apartemen Wonwoo. Hal yang pertama kali ia temui adalah barang-barang yang berserakan di lantai. Dengan segera, gadis itu menaruh barang bawaannya di dapur dan mulai membersihkan apartemen Wonwoo.
Jennie melangkah masuk ke dalam kamar Wonwoo dengan hati-hati, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikit pun. Ia tersenyum kecil saat melihat Wonwoo sedang berbaring di sofa.
Jennie segera berjalan menghampiri Wonwoo. Tak lupa, ia mengambil selimut untuk menutupi tubuh pria itu. Pergerakannya terhenti saat melihat obat tidur berserakan di sekitaran sofa.
Jennie sungguh khawatir, sebenarnya apa yang sedang pria itu selidiki? Sejauh ini, semuanya selalu baik-baik saja. Seberat apapun tugas yang diberikan atasannya, Wonwoo tidak pernah terlihat stres seperti ini.
Kembali menghela nafas, Jennie lantas berjalan menuju saklar dan mematikan lampu kamar tersebut. Tepat saat ia hendak melangkah keluar, tiba-tiba terdengar suara getaran ponsel pada nakas dekat pintu kamar.
Jennie melirik ponsel itu dan Wonwoo bergantian, nomor asing tertera di layar ponsel tersebut. Haruskah ia menerimanya? Atau, akan lebih baik jika dibiarkan saja?
Setelah cukup lama bergelut dengan pikirannya, akhirnya Jennie memutuskan untuk mengambil ponsel tersebut dan mengangkatnya saat sudah di luar kamar Wonwoo.
"Target selanjutnya, jalan angkasa."
°°°°°
Saat ini, Jennie sudah sampai di tempat yang dimaksud oleh si penelepon tadi. Ia mengedarkan pandangan, jalanan itu benar-benar sepi, tak ada satupun orang yang berlalu lalang di sana. Bahkan, ada beberapa bagian jalan yang sangat minim cahaya.
Jennie menyipitkan matanya. Ia segera bersembunyi di balik tumpukan kardus yang ada di sana saat melihat seseorang muncul dari ujung jalan.
Tigapuluh menit Jennie menunggu pergerakan gadis itu. Anehnya, gadis itu malah diam di posisinya. Jennie jadi gelisah, apakah ia ketahuan?
Namun tak berselang lama, datang seorang pria yang langsung menikam gadis itu dengan pisau di tangannya.
Jennie menutupnya rapat-rapat. Ia sangat terkejut saat berhasil melihat wajah pria itu dengan sangat jelas.
Drrt.. Drrt..
Sial seribu sial, Jennie merutuki kecerobohan dirinya sendiri. Tak ada pilihan lain, jika ia terus diam, tak akan ada lagi kesempatan untuk bernafas besok. Dengan segera, gadis itu keluar dari tempat persembunyiannya dan berlari.
Melihat hal tersebut, pria itu langsung berlari mengejar Jennie. Ia menarik lengan gadis itu, mendorongnya hingga menabrak dinding. Kemudian, ia mencekik lehernya gadis itu dengan kuat.
Dengan bersusah payah, Jennie terus memberontak. Gadis itu berusaha mendorong tubuh pria itu dengan seluruh tenaganya yang masih tersisa.
"Le.. Lepasin.. Woozi.."
Teringat akan sesuatu, Jennie berusaha mengambil pisau di saku belakangnya yang ia ambil dari apartemen Wonwoo. Namun ternyata, Woozi memperhatikan gerak-gerik gadis itu dengan cermat.
Woozi segera mengambil paksa pisau tersebut. Ia menggoreskan pisau itu pada lengan Jennie kemudian melemparnya sembarang.
"Lo.. harus mati." ucap Woozi penuh penekanan.
Jennie memejamkan mata, masih mencoba bernafas meski sulit. Gadis itu merasa heran saat mendengar suara hantaman yang sangat kencang. Seketika, ia pun dapat menarik nafas dengan lega.
Jennie membuka matanya perlahan, namun pandangannya mulai kabur. Tubuhnya terjatuh ke tanah, darah segar terus mengalir dari lengannya.
"Wonwoo.. "
Samar-samar, Jennie mendengar suara pelatuk ditarik sebelum pandangannya berubah menjadi gelap gulita.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Secret Agent
Mystery / Thriller❝ Mata-mata itu, ada diantara kita? ❞ 「Jenwoo (Jennie,Wonwoo) ft.96 Line」