SA : 07

270 46 1
                                    

Wonwoo dan Jennie tiba di tempat yang dimaksud oleh Momo. Tempat itu nampak seperti villa sederhana yang sepertinya tak berpenghuni. Keduanya segera berlari turun dari mobil dan berlari menuju pintu masuk villa itu. Namun ternyata, pintunya dikunci. 

Jennie mengacak rambut frustasi. Ia segera menyalakan ponselnya untuk kembali mencoba menghubungi Momo. Namun nihil, ponselnya tidak aktif. 

Jennie pun beralih mencoba untuk menghubungi Chungha. Setelah beberapa kali panggilan, akhirnya Chungha menerima telepon dari Jennie. Jennie pun langsung menjelaskan kejadian tersebut melalui telepon dan meminta Chungha segera datang menghampirinya. 

Prang! 

Jennie terlonjak saat suara pecahan nyaring terdengar ke telinganya. Ia melihat Wonwoo yang sedang mencoba merusak jendela villa dengan menggunakan batu besar. Tangannya bergerak masuk untuk membuka kunci jendela tersebut. 

Wonwoo mengalihkan pandangannya pada Jennie. Ia segera menyuruh gadis itu untuk mendekat dan masuk lebih dulu. 

"Hati-hati."

Jennie menganggukkan kepalanya. Ia segera masuk memalui jendela itu dengan perlahan, menghindari pecahan kaca yang mungkin membuatnya terluka. 

Setelah keduanya masuk, mereka segera berpencar untuk mencari keberadaan Momo. Namun saat hendak berjalan menaiki tangga, Jennie membeku saat melihat seorang pria dengan bercak darah di bajunya hendak turun. 

Pria itu segera berlari menuruni tangga. Namun dengan cepat, Jennie langsung meraih pergelangan tangan pria itu dan melepas masker yang menutupi wajahnya.

"Kun?"




°°°°°




Jennie hanya mampu terdiam menatap tubuh Momo yang terbalut kain putih sedang dibawa masuk ke dalam ambulans. Untuk kedua kalinya, ia merasa gagal menyelamatkan nyawa sahabatnya sendiri.

Sementara itu, Chungha yang baru saja tiba langsung berlari memeluk Jennie. "Kenapa ini harus kejadian lagi?"

Perlahan Jennie tersenyum ketir dan mengelus pundak gadis itu dengan lembut. Tak ada lagi yang bisa keduanya lakukan selain melupakannya hanya lewat tangisan dan pelukan hangat. Mereka melepas pelukannya saat pintu mobil ambulans itu tertutup. 

"Gue titip mereka." ucap Wonwoo pada Rowoon. Kemudian, ia segera menaiki mobilnya dan mengikuti mobil ambulans yang membawa jasad Momo. 

Menatap kepergian Wonwoo, Rowoon menghela nafas berat. Ia lantas segera menghampiri kedua gadis itu, "Kita pulang sekarang ya."

"Kita ga akan nyamperin ke rumah sakit?" tanya Jennie. 

Rowoon lantas menggelengkan kepalanya, "Gue yakin, pelakunya masih ada di sekitar sini. Lebih baik, kita balik sekarang."

Chungha hanya menggangguk pasrah. Ia segera berjalan menuju mobil Rowoon yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri. 

Rowoon merangkul bahu Jennie, kemudian membawa gadis itu berjalan menuju mobilnya sembari sesekali mengusap bahu gadis itu. 

"Jangan kecewa sama Wonwoo lagi ya? Dia ngga salah."

Jennie pun menoleh, menunggu pria itu melanjutkan ucapannya.

"Jen, gue juga yakin dia ngerasa kecewa sama dirinya sendiri. Dia ngerasa gagal sebagai polisi.. juga sebagai sahabatnya Momo."

Jennie tahu. Ia juga merasa khawatir.

Ia sangat takut, bagaimana perasaan Wonwoo jika ia tahu bahwa pelaku dari kasus ini adalah sahabatnya sendiri? 




°°°°°




Setelah upacara pemakaman Momo berakhir, Jennie memutuskan menemui Daniel untuk menceritakan semua kejadian semalam kepadanya.

Tentang Wonwoo, Jennie belum mendapat kabar tentang Wonwoo sejak tadi malam. Gadis itu banyak mengirimkan pesan untuk menenangkan kekasihnya. Ia juga sudah mengirimkan makanan pagi-pagi sekali ke kantor Wonwoo meski dirinya tidak sempat menemui pria itu secara langsung.

Saat sedang berjalan menuju mobil Daniel, ia bertemu dengan Kun. Dengan segera, ia langsung meraih lengan pria itu. Namun entah itu hanya perasaan saja atau bukan, namun rasanya sangat berbeda dengan saat ia melakukannya kemarin. 

Kun terlonjak dan tampak mengerutkan kening, "Kenapa?" tanyanya bingung. 

"Sorry." ucap Jennie sembari melepas cekalannya, "Gue boleh tanya sesuatu?"

Tanpa pikir panjang, Kun langsung mengangguk. 

"Kemarin.. lo dimana?"

Kun merasa semakin bingung. Namun, ia tidak ambil pusing dan tetap menjawab, "Kafe Biru. Emangnya kenapa?"

"Ngapain?"

"Ngga ngapa-ngapain. Gue cuma nongkrong sama Hoshi, ada Doyoung juga." jawab Kun seadanya. "Lo kenapa tiba-tiba ngeintogerasi gue gini?"

Jennie menutup mulutnya rapat. Ia benar-benar tidak bisa mengerti semua kejadian ini dengan benar. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Kun berbohong? 

"Jen?" Kun melambai-lambaikan tangannya saat Jennie malah melamun. "Lo balik sama siapa?"

"Ah, gue balik sama Daniel."

"Yaudah. Kalo gitu, gue duluan ya." pamit Kun, kemudian langsung meninggalkan Jennie sendirian. 






Jika kemarin Kun sedang nongkrong bersama teman-temannya, lalu siapa orang yang Jennie temui di villa itu?  

[✓] Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang