SA : 01

690 78 8
                                    


FVK MY LIFE (18)

Daniel
Guys

Momo
Iya?

Kun
Mulai ni anak

Sana
Kenapa?

Daniel
Abang gue buka loker nih
Ada yang minat ga?

Hoshi
Ga, mksh

Woozi
Lo kira gue miskin?

Daniel
Ga gitu anjir
Gue cuma nawarin 🙏

Hanbin
Bohong @Woozi
Kemarin Daniel bilang lo miskin gara² ga jadi nraktir kita pas ultah

Daniel
Gue cuma bercanda kok
Asli🙏

Changkyun
Gue saksinya
Gue juga sempet rekam omongannya di hp gue

Daniel
KAPAN ANJIR?
GUE GA PERNAH BILANG GTU YA

Jeongyeon
Bener ga nih? @Daniel

Daniel
NGGA ANJIR SUMPAH

Jeongyeon
Soal kerjaannya

Daniel
Ohh
Bener kok

Jennie
@Chungha @Joy

Joy
Boleh tuh
Kerjanya apaan?

Daniel
Jadi mata-mata

Chungha
Ngelawak aja lo
Yang bener

Daniel
Nanti gue tanyain dulu

Joy
Gue kira lo udh tau🖕

Daniel
Hehehe
@Jennie COWO LO TIBA-TIBA NYEKEK GUE
TOLONGIN PLIS
BANTUIN GUE
(Read by 17)

Daniel
Guys?
BANTUIN

Kun
Siapa suruh nyari masalah

Ten
[send a location]
Yang mau bantuin Daniel
Gue sih males

Daniel
Pakyu semuanya☺
(Read by 17)




°°°°°





"Gue minta maaf. Gue janji, ngga bakal ngelakuin itu lagi. Sumpah!"

Daniel terus merengek, meminta Wonwoo untuk melepaskan cengkraman pada kerahnya. Sudah lima belas menit berlalu sejak Wonwoo melakukan hal itu, namun Daniel tak bisa menyerang sedikitpun. Ia terlalu takut. Ia bahkan berjuang mati-matian agar tidak mengeluarkan cairan dari celananya.

Daniel mengalihkan pandangan, maniknya menangkap perawakan seorang gadis yang sedang merekam pertengkaran itu, "Matiin, anjing!"

Merasa cengkramannya semakin kuat, lantas Daniel semakin meninggikan suaranya, "ANJIR, LUPA! IYA, MAAF."

Gadis yang sedang bersender di dinding itu nampak terkekeh, sembari menatap Daniel lurus, "Wonwoo, stop. Ayo pulang."

"Cowo lo nyeremin banget, anjir. Gue ngga suka."

Setelah Wonwoo pergi dari apartemen Daniel, gadis itu berjalan ke arah Daniel dan menepuk bahunya, "Ya gapapa. Justru, bakal jadi aneh kalo lo suka sama dia." katanya lalu pergi menyusul Wonwoo.

"ANJIR, JENNIE! GUE MASIH NORMAL!"

"Kenapa?"

Wonwoo tak langsung menjawab pertanyaan Jennie, namun tangannya tetap setia menggenggam jemari gadis itu. Ia fokus menunggu dan segera melangkah masuk ketika pintu lift terbuka.

"Kenapa lo tiba-tiba nyerang dia?" tanya Jennie lagi, ia kesal karena Wonwoo tak kunjung menjawabnya.

Wonwoo nampak menghela nafas, kemudian menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi dahi Jennie. Ia menatap lekat luka yang ada pada dahi kekasihnya itu.

"Ah, gara-gara ini? Ini kecelakaan, bukan salah Daniel." jelas Jennie sembari kembali menutupi lukanya itu.

"Masih sakit?"

"Ngga." Tak sengaja melihat nama seseorang yang tertera pada ponsel Wonwoo, lantas Jennie bertanya, "Lo bakal nyelidikin kasus itu?"

Wonwoo langsung menoleh pada Jennie, kemudian menggeleng ragu, "Menurut lo, gimana?"

Jennie mengedikkan bahunya, "Kalo misalnya lo sanggup, kenapa ngga? Gue ngga ada hal buat ngelarang karena itu emang tugas lo. Tapi, hati-hati aja."

"Lo juga." balas Wonwoo, lalu terkekeh pelan.

Jennie langsung mendengus sebal. Maniknya mendadak terpaku pada kartu identitas yang bergantung di leher Wonwoo, "Lain kali, jangan terlalu gegabah. Ada baiknya, lo sembunyiin indentitas lo sebelum nyerang orang, Pak Polisi."





°°°°°




"Jadi, lo ketemu mereka?"

Pria itu merogoh sakunya, kemudian mendekatkan pemantik pada rokok yang sedari tadi sudah menempel di mulutnya.

"Berapa?"

"Berapa pun yang kita mau."

"Bodoh. Mereka pikir nyawa bisa dibayar pake uang?"

"Jangan pikirin mereka, fokus aja sama tujuan kita."

Sang lawan bicara hanya mengangguk.

"Jangan pernah libatin orang lain. Peluang berhasilnya pasti lebih gede." Pria itu berdecak saat rokoknya kembali padam, "Tentang pelakunya, kemungkinan ada 6 orang."

"Termasuk kita?"

Pria itu kembali menggeleng, sembari menatap malas sang lawan bicara, "Kita bukan pelaku, kita palsu."

"Oke."

"Tapi, gue ngga terlalu yakin."

"Ngga masalah. Kita punya banyak dugaan."

"Gue juga udah pikirin tentang tawaran itu."

"Gimana?"

"Gue pikir, kita harus ambil tugas kali ini."

Sang lawan bicara mengerutkan kening, merasa bingung dengan keputusan pria itu, "Kenapa? Biarin aja. Jangan kotorin tangan lo."

"Bukan itu masalahnya."

"Terus?"

"Target selanjutnya, ada di apartemen Jennie."

[✓] Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang