Cup
Alrea membulatkan matanya ketika bibir Garafra menempel sempurna pada bibirnya, hingga ucapan yang harus ia keluarkan terhenti.
Seluruh pasang mata yang ada di kantin membulatkan mata mereka ketika melihat adegan seorang Garafra mencium seorang gadis yang tak lain dan tak bukan adalah pacarannya sendiri.
Garafra menggigit bibir bawah Alrea dan menariknya, membuat ciuman itu lepas setelah Garafra melepaskan tautan bibir mereka.
"Lo gagal sayang." Garafra tersenyum smirk ketika melihat ekspresi marah bercampur kaget milik pacarannya.
"Ah, senangnya." Garafra membatin.
Awalnya ia begitu bosan dengan ekspresi yang selalu di tampilkan gadis itu, namun hari ini, detik ini, ia dengan lantang mengakui, ia begitu menyukai ekspresi gadis itu, apalagi tatapan dan mata pasrah yang sempat ia lihat tadi.
Ia menjadi berpikir, bagaimana jika ia nantinya menikah dengan Alrea, apakah ia bisa melihat ekspresi pasrah itu lagi.
"Gak."
Garafra menatap ekspresi bingung Alrea, ia menuntun manik hitam itu untuk membalas tatapannya.
"Gue ga mau putus."
Alrea menepis sentuhan Garafra di dagunya.
"Lepas."
"Kalo gue ga mau?"
Bugh
"Shit!"
Garafra menunduk, ia memegang perutnya yang terkena lutut Alrea, hingga pelukannya terlepas.
Kesempatan itu di manfaatkan oleh Alrea untuk pergi meninggalkan kantin, karena niatnya untuk memutuskan hubungan mereka telah pupus.
"Argh!"
Alrea mengacak rambutnya di depan cermin yang ada di toilet, ia memang langsung ke sana, karena tidak mungkin ia mengeluarkan ekspresi ini di hadapan umum, karena suatu hal.
"Gue benci ga bisa bebas."
Alrea menatap cermin yang memperlihatkan bayangannya, ia kemudian mengambil silet yang berada dalam kantong kemejanya dan mulai menyayat lengannya hingga darah segar mulai mengalir.
Alrea, si gadis dengan wajah datar memiliki identitas yang cukup tertutup, alasan ia bisa berpacaran dengan Garafra adalah karena pemuda itu mengajaknya menjalin hubungan sebagai bentuk balas Budi.
Ingatannya masih sangat segar tentang awal mula pertemuan mereka, yaitu beberapa tahun lalu, ketika ia masih berada di taman kanak-kanak.
Ya, itu terjadi ketika ia masih kelas tiga SMP.
Flashback on
Alrea berjalan melewati sebuah sungai dengan sepedanya, gadis dengan seragam putih dongker itu berniat memancing ikan sebelum pulang ke rumah, mengingat orang tuanya tidak lagi mengirim uang semenjak ia naik ke sekolah menengah pertama.
Alrea sebelumnya adalah seorang anak konglomerat, namun karena suatu hal, ayahnya mengasingkan dirinya karena dirinya, sang ibu meninggalkannya.
Ya, kejadian itu terjadi ketika ia masih berada di taman kanak-kanak, sama seperti anak kecil yang lain, ia bisa berekspresi dengan bebas, tak ada sedetik pun muncul wajah datar, yang ada hanya senyuman manis yang tampak ingin menyaingi senyuman matahari.
Kejadian itu terjadi saat ia meminta sang ibu untuk menjemputnya pulang dari taman kanak-kanak, biasanya yang menjemput ialah orang suruhan ayahnya, namun ia bersikeras ingin di jemput oleh sang ibu.