Masa lalu Alrea (3)

297 16 1
                                    

Garafra berhenti di seberang jalan depan gerbang SMP tempat Alrea sekolah, tadinya mereka hampir melewati SMP itu, karena Alrea melamun.

"Terima kasih kak."

Garafra menautkan alisnya tidak senang ketika mendengar panggilan Alrea padanya.

"Gue bukan Kakak lo."

"Umur kita beda."

Garafra berdecak sebal, ia kemudian turun dari motornya, membantu Alrea yang berniat menyebrang sendiri.

Pemuda itu menggenggam tangan kanan Alrea, membuat keduanya tampak seperti pasangan yang romantis.

Tautan tangan keduanya tidak terlepas meskipun sudah berada di depan gerbang.

"Jangan panggil gue kakak."

"Terus?"

Garafra menatap tajam Alrea, seakan memaksa gadis itu berpikir sendiri.

"Garafra?"

Pemuda itu diam, namun segera menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju.

"Gara?"

Lagi-lagi pemuda bersurai abu-abu itu menggeleng, karena satu sekolahnya memanggil ia dengan nama itu.

"Pasaran."

"Kalo manggil gue gara, ga akan ada yang percaya kalo kita pacaran."

"Rafra?"

"Oke, panggil gue Rafra mulai dari sekarang."

Alrea mengangguk, kemudian berniat memasuki sekolahnya, namun terhenti ketika Garafra menarik lengan gadis itu hingga kening Alrea membentur dada bidang Garafra.

Pemuda itu menunduk, mendekatkan bibirnya ke celah telinga Alrea dan berbisik.

"Pendek," ejeknya.

Sebelum mendapat amukan dari Pacar dadakannya, ia kembali menyebrang dan mengendarai motornya sekencang mungkin untuk melarikan diri dari Alrea.

Sedangkan sang empu yang di ejek mengepalkan tangannya.

"Gue ga pendek."

Sejak saat ini, Alrea selalu berlatih untuk menaikkan tinggi badannya, setiap hari ia akan melakukan olahraga untuk meningkatkan stamina tubuh, dan akan berenang setiap sore.

_____________

Sudah dua Minggu sejak Alrea dan Garafra menjalin hubungan yang bisa di bilang agak ekstrim.

Jika biasanya orang-orang yang berpacaran akan melakukan kegiatan romantis maka mereka adalah sebaliknya.

Saat ini, Alrea tengah mengikat tali sepatunya, mengingat sore ini adalah jadwalnya untuk pergi berenang.

Ia mengambil beberapa lembar uang sepuluh ribuan untuk jaga-jaga jika ia butuh air minum nantinya.

Ia juga tak membawa ponsel, karena tidak akan ada yang mau menghubunginya.

Bahkan jika itu ayahnya sendiri. Sudah tiga tahun berlalu semenjak Aldebaran tidak lagi memberikan uang saku untuknya.

Alrea selalu berusaha untuk berkebun di halaman belakang dan depan rumah, hasil dari perkebunan itu akan ia jual untuk kebutuhan sehari-hari.

Untungnya rumah yang di beli oleh Aldebaran memiliki halaman yang cukup luas.

Dengan itu, Alrea menanam sayuran seperti jagung, wortel, cabe, tomat, sawi, kangkung, ketela pohon, dan beberapa bunga yang bisa di jual.

Pacar!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang