Blue Words

08 | Tak Akan Diberi Judul

Mencuat;
Menetas;
Dan bertunas.

Terlihat seperti akal yang buyar.
Merutuki lisan yang nampaknya seperti bola anyar.
Memangnya benar?
Suar menjelma pertapa kasar.
Pijar menjelma sebagai laskar.
Dan orang-orang menuntun sosok kaisar.

Apa yang diasongkannya,
Adalah sebuah asa yang tak kunjung padam.
Sehingga sang nestapa pun jatuh teredam.

Menurutku,
Nestapa itu tak terlalu buruk bagi suar,
Tak terlalu buruk pula untuk pijar.
Namun jika nestapa masih teredam,
Seharusnya pijar dan suar tak menjelma menjadi laskar yang kasar.

Setelah itu,
Memori nestapa akan terukir pada sisi yang lain.
Sisi yang tak terpikir oleh suar dan pijar.
Sedikit mengganggu,
Terlalu mengganggu,
Memang mengganggu,
Mengganggu.
Pengganggu.

Lalu,
Kemana mereka yang menuntun sosok kaisar?
Sepertinya tetap terarah pada suar dan pijar.
Seharusnya mereka tahu,
Bahwa suar dan pijar hanya memanfaatkan cercah cahayanya yang terlihat damai.

Tunggu saja,
Para penuntun sosok kaisar akan memilih jalan yang mana pada akhirnya.
Jika tetap,
Malang sekali.

Kau harus ingat, bahwa hidup seseorang tak bisa terulang lagi.
Jangan sampai nestapa diangkat menjadi relung yang tak ada.

Ya,
Sang nestapa sudah tiada.
Dia telah menghilang dengan cara menjadi seekor burung.

Maksudku,
Kau tahu?
Jika seorang manusia ingin menjadi seekor burung dan terbang,
Itu sama sekali tidak mungkin.
Manusia tidak memiliki sayap untuk terbang dari ketinggian.
Lalu,
Apa yang akan terjadi jika manusia yang tidak punya sayap itu memaksakan terbang dari ketinggian?
Ya, itulah jawabannya.
Jawaban dari menghilangnya sang nestapa yang sudah tiada.

Kaisar pura-pura tidak tahu akan hal ini.
Bahkan tidak mengambil pusing.
Padahal apa yang dilakukan sang nestapa adalah pengingat dan sebuah pelajaran tentang hidup.
Manusia harus tetap menjadi manusia,
Bukan sebagai angin yang hanya dianggap lalu.

________________

*Suar, Pijar, dan Kaisar mencoba membunuh nestapa dengan tidak sengaja. Ketidaksengajaan yang sebenarnya disengaja.