pilihan terbesar dalam hidup Paul

3.1K 320 44
                                    

Tok tok tok

Nabila segera beranjak dari tempat tidur miliknya mendekati pintu yang ingin ia buka.

"Oh abi, masuk bi" dibalik pintu Abi Nabila tersenyum lebar menatap putrinya yang sudah memakai piyama dan bersiap untuk tidur

"Abi gak ganggu kaan malam malam gini?" Ucap Abi yang kini perlahan memasuki kamar Nabila

"Nggak kok Bi, Nabila juga belum ngantuk" ucap Nabila

"Sini kak, kita di balkon sambil liat langit" titah Abi yang kini berjalan .menuju balkon kamar Nabila. sang anak pun mengikuti dari belakang

Nabila berdiri di samping Abi, semuanya menatap langit kagum, entah mengapa langit malam itu bgitu indah, bulan dan bintang nampak sangat terang. Nabila jadi ingat cerita Paul tentang bulan. Ia tersenyum menatap langit lalu menatap abinya secara bergantian.

"Maafin abi ya kak, abi buat kakak capek, seharusnya abi yang kerja keras bukan kakak" ucap Abi Nabila tanpa memalingkan pandangannya pada langit malam. Nabila merangkul lengan abinya dan menyenderkan kepalanya di lengan abi.

"Gak abi, justru Nabila yng harus minta maaf ke Abi, Abi sampai rela resign dari pekerjaan Abi untuk dukung karir Nabila.... Makasih Abi...abi udah jadi abi yang terbaik buat kakak. Sayang nya Abi, tulusnya Abi, lembut nya Abi, Kakak sangat mensyukuri itu abi. Jadi abi jngan merasa bersalah" ucap Nabila. Keduany memandang langit yang sama, tak terasa air mata abi Nabila mengalir. Ia berusaha menyeka air matanya namun ketahuan oleh Nabila.

"Abi??" Tnya Nabila mencoba mengintip wajah abinya

"Abi Nangis?" Tnya Nabila memperjelas ketika mendapati sang Abi berkaca kaca

"Nabila bikin abi sedih____" Belum habis perkataan Nabila, Abi memeluk erat putrinya itu dan menciumi pucuk kepala Nabila berkali kali. Ia membiarkan air matanya lolos begitu saja.

"Gak, abi gak sedih kak, sama sekali gak sedih, abi justru bangga sama kamu, kamu begitu pengertian, Abi yang harusnya capek capek cari uang buat adek adek kamu, maafin abi yah" ucap Abi sembari memeluk erat putrinya itu

Nabila mengangguk pasrah dalm pelukan abinya, air matanya jug bercucuran sangat deras.

"Ya Allah, mohon beri kesehatan pada putri hamba, tubuhnya yng mungil ini beri dia kesehatan dan kekuatan, lindungi dia ya Allah, sayangi dia, jaga dia dalam setiap dekapanmu" batin Abi Nabila yang kini dagunya ia letakkan di pucuk kepala Nabila dan menatap langit berharap.

"Abiiii" panggil Nabila lembut

"Kenapa sayang?"

"Abiii, Nabila gak bisa nafas" ucap Nbila polos, tangis abi menjadi buyar berubah menjadi tawa karena tingkah polos sang anak.

"Astaga, maafin abi yah" ucap Abi terkekeh sembari melepaskan pelukannya.

"Oh iya kak, abi besok ke Aceh yah" ucap Abi

"Abi jadi nganter Paul?" Tnya Nabila menatap Abinya

"Jadi dong kak, Abi kan udah janji sama Paul" ucap Abi Nabila santai

"Berapa lama bi?"

"Seminggu" Nabila membulatkan matanya mendengar jawaban Abi

"Kenapa kak?" Tanya Abi dengan ekspresi Nabila

"Kok lama bi, kangen loh aku nanti" ucap Nabila llu merangkul kembli lengan abinya

"Kangen Abi atau Paul nih" ucap Abi menoel hidung Nabila. Nabila sontak menepis dan merengek

"Ih abi, ya jelas kangen Abi lah"

"Tapi kalau abi liat liat, Paul itu tulus banget sama kakak" ucap Abi membuat Nabila terdiam. Ia tak thu harus senang atau justru harus sedih mengigat kembali dinding pemisah keduanya. Abi Nabila yang menyadari perubahan ekspresi Nabila mencoba mengalihkan perhatian.

NYOMAN : Semua Sudah TerstrukturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang