How can i live without you?

Delapan Belas

⚠️Terdapat kata-kata kasar, teori medis ngasal & situasi di luar nalar.⚠️

21+ Ada adegan/posisi yang sedikit kurang mengenakkan!
Boleh di skip!

Di harapkan bijak dalam membaca yaa!

Namaku Samuel Mirza orang biasa memanggilku Sam

Aku terlahir dari keluarga kesehatan. Semua keluargaku bekerja tak jauh dari Rumah Sakit.

Sejak kecil aku sangat menyukai ilmu sains.

Aku tak tertarik dengan mainan yang seperti mobil-mobilan dan mainan umum yang lain.

Selalu hanya tentang buku-buku anatomi tubuh manusia.

Aku sudah menentukan ingin menjadi apa sedini mungkin.

Cita-citaku menjadi ilmu bedah terkenal jika sudah besar nanti.

Tapi...

"Woyy kutu buku psikopat!" Anak kecil dengan gigi ompong melemparku sebotol air minum.

Kenapa setiap hari begini? Apa normal ya kelas 3 Sd begini?!
'Aku ketakutan sekali.'

Setiap hari aku di bully oleh preman-preman kecil itu.

Badanku di hajar habis-habisan, buku pelajaranku di robek dan di coret-coret setiap hari.

Apa salahnya menjadi berbeda?

'Aku muak!'

'Aku muak dengan keseharian ini!'

'Aku hanya ingin tenang belajar'

Diriku yang sekecil dulu sudah berfikiran untuk mengakhiri diri.

~

Berjalan naik kelantai paling atas sekolah dengan muka yang babak belur.

Naik ke pagar pembatas.
'Aku ingin bebas, setelah ini semua akan selesai.'

Aku menutup mata melangkah maju ingin melompat dari lantai 8.

'Selamat tinggal semua'

Srruukkk....

Brugghhh...

Badan sam jatuh kebawah

"Huhuhu.... sakit" Seorang perempuan menangis di bawahku.

'Apa ini sudah di surga? Kenapa cepat sekali?'

Aku membuka mata kaget mendorong tubuh kecilnya. aku panik melihat sekitar, ini masih di lantai 8

'Aku belum mati'

Dia menarikku mundur. Kenapa?

Anak kecil itu menghapus air matanya lalu berdiri, menarik keatas lengan bajunya.

"Kamu tidak boleh bunuh dili tau! kata mamah aku dosa besal!!" dia memarahiku dengan suara cadelnya.

Aku yang masih kecil itu tidak mengerti dosa, karena keluargaku tidak memeluk agama apapun. Kami atheis

Bocah itu terus meceramahiku tanpa ampun.

Siang itu cukup terik, angin berhembus menerbangkan rambutnya. Mukanya bercahaya

Pipiku memerah, jantungku berdetak cepat.

Setelah selesai mengoceh dia menarik tanganku dan menggenggamnya erat. Sedikit berlari menarikku untuk mengikutinya

~

Perempuan kecil itu berani melaporkan semua perilaku teman-teman yang membuliku.

Aku di pindahkan satu kelas dengannya di kelas B dan para pembully di beri hukuman yang sesuai dengan umur mereka.