Sebagai anak dewa yang dibuang dari Kahyangan karena dianggap anak haram dari hasil hubungan gelap Dewa Permana dan bidadari cantik yang bernama Dewi Nagadini itu. Kumala menjelma sebagai gadis cantik yang membaur dalam kehidupan manusia di muka bumi. Maka ia ingin bertingkah laku sama seperti manusia lainnya. Kadang-kadang jika sedang di tempat umum, ia sering menahan diri untuk tidak menggunakan kesaktian kedewaannya. Ia selalu mencoba mengatasi beberapa masalah dengan logika dan ilmiah.
Hal itu dilakukan olehnya, supaya tidak semua orang mengetahui bahwa ia adalah paranormal cantik keturunan dewa dari Kahyangan yang patut dikagumi dan dihormati. Kumala bukan gadis gila homat. Maka ketika Fandy memanggilnya dengan sebutan 'Mbak' alias kakak, ia menolak secara halus, ia lebih suka dipanggil sebagai Kumala saja.
Panggilan itu terasa lebih akrab. Dan setiap keakraban, menurutnya, akan selalu menghadirkan keterbukaan. Oleh sebab itulah, Fandy bersikap apa adanya di depan Kumala. Ia juga berterus terang mengungkapkan rasa takutnya terhadap hasil temuannya itu. Bukan benda kuno yang ditemukan Fandy, melainkan suara-suara aneh yang masuk dalam peralatan rekamnya.
Peralatan rekam itu tergolong canggih, menggunakan disket dan komputer kecil. Dalam mengeluarkan kembali suara yang terekam dalam disket itu, cukup menggunakan box kecil semacam walkman.
"Pada mulanya tujuanku dan kedua temanku itu adalah merekam ombak lautan. Aku harus mendapatkan sound effect ombak yang berdebur-debur untuk ilustrasi film yang sedang ku-edit. Sebenarnya kami sudah mempunyai beberapa jenis sound effect, termasuk suara ombak lautan. Tetapi disket kami itu rusak. Jadi kami harus merekam sendiri suara ombak itu."
"Di mana kau merekam suara ombak itu?"
"Di tepi pantai bertebing. Di daerah Anyer sana."
Dewi Ular manggut-manggut. Pandangan matanya menunjukkan minatnya mendengarkan seluruh penjelasan Fandy itu. Pemuda itu mengeluarkan disket dari saku jaketnya.
"Tapi anehnya, hasil rekamanku ini bukan saja menangkap suara ombak yang berdeburan, tapi juga suara-suara orang." Fandy juga mengeluarkan box kecil yang dapat mengeluarkan suara-suara dari dalam disketnya.
"Suara orang itu sangat tak kukenal. Apalagi dibarengi suara kesibukan, seperti bongkar muat dan kepanikan di sana-sini. Bahkan aku juga mendapatkan suara hujan, angin badai, guntur, serta jeritan orang-orang yang dicekam rasa takut," sambung Fandy dengan serius.
"Apakah pada saat itu di sekelilingmu nggak ada orang lain?"
"Nggak ada! Cuma kami bertiga. Hmm, sebaiknya tolong dengarkan dulu hasil rekamanku ini."
Kumala Dewi sedikit lebih maju lagi dari duduknya. Pandangan matanya tertuju pada disket yang sedang mengeluarkan suara gemuruh seperti hembusan angin. Suara gemuruh itu mulai jelas dicampuri suara ombak. Tapi ombak yang terdengar di situ adalah ombak yang tak begitu jelas deburannya. Padahal menurut Fandy, mestinya deburan ombak itu sangat jelas, karena saat merekamnya ia mengulurkan mickrofon ke bawah, dekat dengan dinding tebing.
Selanjutnya, suara gemuruh itu semakin kacau. Tak jelas dari mana datangnya. Kumala menyimpulkan suara gemuruh itu adalah badai yang membelah lautan. Beberapa saat kemudian, terdengar suara orang berteriak minta tolong, disusul dengan suara-suara teriakan yang saling bersahutan.
"Awas, jangan di bawah tiang! Hoooii...! Lemparkan tambang kemari!"
"El... tolong akuu...!"
"Awas tiang pataaaah...!!"
"Aaaaaaa... !"
"Vinooon...! Vinon, di mana kauuu...?!!"
"Tinggalkan tempat ini! Cepat pergi semuaaaa...!"
KAMU SEDANG MEMBACA
35. Musibah Sebuah Kapal✓
ParanormalSilakan follow saya terlebih dahulu. Serial Dewi Ular Tara Zagita 35 Pemuda berambut panjang dan berwajah tampan itu sengaja datang menemui Dewi Ular. Ia menemukan rekaman aneh pada peralatan rekamnya. Disket itu diprogram oleh kumala dalam kompute...