Empat

44 4 0
                                    

Belakangan diketahui bahwa Fandy adalah teman Niko Madawi. Ia mendapat informasi banyak tentang Kumala dari Niko. Bahkan Niko lah yang menganjurkan Fandy agar menemui Kumala dan membicarakan kemisteriusan disketnya itu. Sikap gadis paranormal itu semakin akrab setelah mengetahui bahwa Fandy teman Niko. Baginya, Niko bukan orang lain lagi. Ia sering bekerja sama dengan Niko dalam menangani beberapa kasus misteri yang sulit dipecahkan.

Kerjasama itu terjalin dengan sendirinya, karena Niko adalah seorang reporter dari teve swasta, sekaligus pembawa acara 'Lorong Gaib'. Acara tersebut ditayangkan setiap malam Jumat, dan mempunyai kelompok penggemar tersendiri. Tak heran jika wajah Niko pun cukup dikenal oleh masyarakat pemirsa, terutama para penggemar kisah-kisah misteri, karena seminggu sekali wajahnya muncul di layar teve.

Kumala mengenal pemuda mantan peragawan itu ketika dalam kasus kuburan tua milik Eyang Sapubumi. Kumala cepat menjadi akrab dengan Niko bukan hanya lantaran pemuda itu berwajah tampan, gagah dan bermata bening saja, tapi juga karena Niko selalu tampil ceria, cuek dan punya selera humor cukup tinggi. Bahkan kekonyolan Niko kadang-kadang menghadirkan kesan tersendiri di hati Dewi Ular.

"Sekalipun wajahnya bersih tanpa kumis, tanpa jerawat, tapi dia tetap kelihatan jantan. Lebih-lebih dengan potongan rambutnya yang cepak dan pakaian yang selalu rapi, ia  benar-benar mencerminkan pria sejati yang punya kelas tersendiri. Sayangnya, dia memang rada konyol. Kekonyolannya itulah yang sering bikin orang lain salah persepsi tentang dirinya."

Pengakuan itu dilontarkan Kumala Dewi ketika Fandy datang ke kantornya. Gara-gara Fandy menyampaikan salam dari Niko, akhirnya Kumala bicara sendiri tentang penilaiannya terhadap Niko Madawi. Setelah sadar bahwa penilaian itu sebenarnya merupakan rahasia pribadi, Kumala segera mengembalikan pembicaraan ke persoalan semula.

"Jadi selama kau melihat adegan pecahnya kapal Bintara itu, kau selalu mimpi tentang kapal itu?"

"Benar, Kumala. Tapi maksudku bukan hanya kapal itu saja yang hadir dalam mimpiku selama empat hari ini. Kadang aku bermimpi tentang kapal lain yang terseret pusaran arus air, atau sebuah kapal pesiar yang hancur karena menabrak gunung karang. Bahkan tadi malam aku bermimpi seperti berada di kapal Titanic dan ikut menjadi korban saat kapal itu menabrak gunung es."

"Kau pernah nonton filmnya?"

"Ya, memang dua hari yang lalu aku melihat film Titanic melalui laser disc milik temanku."

Dewi Ular menyunggingkan senyum. Manis sekali senyum tipisnya itu. Hati kecil Fandy merasakan detak jantungnya menjadi lebih cepat karena terpesona oleh senyuman anak bidadari itu.

"Mimpi itu nggak punya arti apa-apa bagimu, Fan. Mimpimu selama ini hanya merupakan visualisasi dari apa yang kau pikirkan. Aku yakin, pasti sejak kau melihat adegan pecahnya kapal Bintara itu, kau pasti selalu memikirkannya. Benar, kan?"

"Ya, memang benar sih Aku memikirkannya karena aku sangat heran dengan munculnya gambar itu dalam komputermu."

"Kau juga selalu terngiang-ngiang suara yang ada dalam disketmu itu?"

"Benar. Suara itu seperti selalu menggema di telingaku, terutama jika aku sedang sendirian. Teriakan orang minta tolong, teriakan orang sekarat, seruan memanggil orang yang bernama Desti dan Vinon... semuanya saling bermunculan silih berganti. "

"Itu lantaran kau juga selalu memikirkan hasil rekamanmu itu!"

"Ya, memang begitu. Aku masih nggak habis pikir, mengapa yang masuk dalam alat rekamanku adalah suara-suara gaib itu."

"Tapi semalam ada hal baru yang kualami, Kumala."

"Tentang apa itu?" tanya Kumala dengan pandangan matanya yang lembut dan bening itu menatap Fandy tanpa berkedip.

35. Musibah Sebuah Kapal✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang