Tujuh

35 4 0
                                    

Benda itu bergerak-gerak seperti belatung. Besarnya sama persis dengan belatung pada sesosok bangkai. Pramuda dan Niko menjadi merinding saat memperhatikan gerakan hewan aneh itu. Nanu tampak pucat. Pasti dia menahan rasa malu yang luar biasa besarnya. Tapi dari raut wajahnya pemuda itu tampak bingung sendiri. Rupanya ia tidak tahu apa yang telah membuatnya mengeluarkan belatung hitam berlendir.

"Kau bawa-bawa binatang apaan ini, Nu?" tanya Niko nyeplos saja.

"Nggak tahu! Hmm, sebaiknya kita pulang saja deh, Nik. Kepalaku rasanya pening sekali."

"Tunggu dulu!" cegah Pramuda. "Kenapa pipimu berlubang kecil, dan keningmu juga begitu? Kenapa lubangnya seperti hangus, Nanu?"

"Entahlah. Aku sendiri bingung. Perih dan panas sekali rasanya. Kayak disundut pakai api rokok," sambil Nanu mengusap-usap pipinya. Tapi di luar dugaan, dari salah satu lubang hidung keluar lagi binatang aneh seperti belatung hitam itu.

Pluk, pluk..!

"Hahh...?! Dua lagi?!"' gumam Niko dengan mendelik, karena kali ini belatung hitam itu jatuh di permukaan meja bertaplak putih itu.

Warna putih dari taplak meja tersebut membuat gerakan belatung hitam semakin jelas.

"Auuh...! Oouh...! Uuhk...!" Nanu tersentak-sentak beberapa kali.

Pramuda dan Niko sama-sama tak bisa bergerak untuk sesaat. Mereka melihat jelas beberapa belatung hitam berlompatan keluar dari kulit wajah Nanu. Setiap tempat yang dijadikan jalan keluarnya belatung hitam itu selalu meninggalkan bekas seperti luka kena sundut api rokok.

"Celaka!" gumam Dewi Ular yang sejak tadi memandang Nanu tanpa berkedip. "Cepat carikan tempat yang sepi untuknya!"

"Ad... ada apa... dengan dirinya, Dewi?!" Niko mulai tak bisa tenang.

"Ada kekuatan gaib yang ingin merusak dirinya!" Dewi Ular bangkit secepatnya."Nik, Pram, carikan tempat aman untuk si Nanu! Dia dalam bahaya yang..."

Kata-kata gadis paranormal itu terhenti seketika, karena kini ia dan yang lainnya melihat sesuatu yang bergerak-gerak di balik kulit wajah Nanu. Sesuatu yang bergerak-gerak itu seperti segerombolan semut yang berusaha keluar dari balik kelambu. Gerakan itu memutar wajah, bahkan menyelusup di balik kulit kepala Nanu yang berambut lebat itu.

"Hei, lihat...! Di lengannya juga ada gerakan yang serupa dengan... dengan..." Pramuda tak berani meneruskan kata-katanya. Tiba-tiba saja tengkuk kepalanya menjadi merinding dan hatinya iba kepada Nanu.

Pemuda teman Niko itu tampak kebingungan mencari tempat yang aman dari jangkauan mata para undangan. Tiba-tiba Nanu yang ingin melangkah pergi itu memekik panjang.

"Aaauuh...!" Pekikan itu memancing perhatian tamu lainnya. Semua mata tertuju pada Nanu. Tubuh Nanu sendiri menjadi oleng, sepertinya tak sanggup lagi untuk melangkahkan kakinya.

Bruuul...!

Jeritan keras itu disebabkan oleh loncatan puluhan ekor lebih belatung hitam yang menyebarkan bau tak sedap.

Bruuull...!

"Aaoow...!" Nanu terpekik lagi, karena kini dari lehernya keluar serombongan binatang aneh tersebut.

"Aaoow...! Uuuh, haaakk... Ooouuhh...!"

"Kumala, ada apa dengan temanku itu?!" seru Niko mulai panik.

Nanu jatuh berlutut. Wajahnya mengalami kerusakan di bagian pipi. Kulit wajah itu seperti habis terbakar. Kulit tersebut koyak di sana-sini akibat belatung-belatung hitam berhasil menjebol kulit tubuh Nanu lagi. Beberapa orang yang melihat kengerian itu bukan hanya merinding saja, melainkan juga ikut menjerit karena ngeri dan ketakutan.

35. Musibah Sebuah Kapal✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang