Prolog

15.5K 792 16
                                    

Pukul tujuh pagi Sekar bergegas membuka pintu kamar, mengernyit sejenak kala langkahnya membuat pusat kewanitaannya terasa nyeri. Benaknya menghangat saat mengingat kejadian semalam bersama Agra. Malam itu menjadi malam pertama bagi mereka setelah menjalani pernikahan enam bulan lalu. Jejak-jejak sentuhan pria itu ditubuhnya bahkan masih bisa Sekar rasakan. Sekar tidak bisa berhenti tersenyum mengenang kilas balik semalam sampai sebuah suara berhasil menyadarkannya.

'Agra menyentuhmu karena permintaan Tyas, bukan karena keinginannya!'

Mengingat itu Sekar sontak di cengkeram kecewa yang dalam, tersadar jika selama ini hanya ia yang memiliki perasaan sementara Agra tidak. Bahkan ketika mereka masih sama-sama kuliah dan Agra menjadi kakak tingkatnya, pria itu hanya mencintai Tyas. Agra akan melakukan apapun untuk membuat Tyas bahagia, termasuk menuruti permintaan gila Tyas untuk menikahinya.

Pun sama halnya dengan Sekar yang tak sanggup menolak keinginan Tyas, terlebih kini sahabatnya itu tengah sakit parah dan dokter sudah memvonis umur Tyas tidak akan lama. Bagaimana pun, Tyas banyak berjasa padanya. Tyas yang terlahir dari keluarga kaya tak jarang membantu perekonomian keluarga Sekar yang sulit, bahkan Tyas juga yang membiayai kuliah Sekar disaat ia memutuskan untuk bekerja selepas tamat SMA lantaran ibu Sekar yang seorang single parent tak mampu membayar biaya kuliah semata putri wayangnya.

Berusaha menekan kegetiran di hati, Sekar menitih langkahnya keluar kamar. Ia hendak menuju kamar Tyas, membantu wanita itu untuk membersihkan tubuhnya dan memakaikan Tyas baju. Suatu kebiasan yang sudah dilakukan Sekar selama enam bulan ini.

Dulu, Sekar pernah merasa iri kepada Tyas. Sejak kecil sahabatnya itu selalu beruntung, memiliki keluarga yang utuh dan kaya raya. Tyas juga memiliki paras yang cantik dan juga sangat cerdas, hingga ia begitu popular di kalangan teman-teman mereka. Sekar yang merasa dirinya serba pas-pasan tak jarang merasa Tuhan tidak adil padanya, terlebih saat sang pujaan hati yang sudah di taksirnya sejak memasuki masa kuliah justru tertarik pada sahabatnya.

Tentu saja, di bandingkan dengan Tyas yang sempurna dirinya itu bukan siapa-siapa.

Sekar memilih memendam kesakitannya seorang diri. Ia berbohong dengan berkata jika perasaannya kepada Agra hanya sebatas mengidolakan sosok pria itu tidak lebih, sebab ia tak ingin Tyas merasa canggung padanya. Daripada merusak persahabatan mereka, Sekar lebih memilih mengubur perasaannya kepada Agra dan ikut berbahagia dengan hubungan keduanya.

Tapi takdir berkata lain, sahabatnya yang sempurna itu kini tengah terbaring sakit. Rambutnya yang dulu lebat, sehat dan terawat, kini tak nampak satu helaipun menghiasi kepalanya. Wajahnya yang cantik berubah menjadi begitu pucat dengan lingkar hitam di kedua kelopak matanya. Tubuh Tyas pun semakin hari semakin kurus. Meski begitu, Tyas tidak pernah menampakkan kesedihannya, Tyas begitu tegar menghadapi penyakitnya seolah ia tidak takut jika penyakit itu membuatnya kehilangan nyawa dan berpisah dari orang-orang yang ia sayangi.

"Apa kamu sudah mulai mencintai Sekar, Mas?"

Langkah Sekar dengan spontan terhenti di depan pintu kamar Tyas, ia tak bermaksud menguping tapi percakapan di dalam sana berhasil memaku kedua kakinya.

"Ngomong apa sih kamu?" Agra menyangkal lembut. Pria itu memang selalu lembut saat berbicara dengan Tyas, tak pernah sekalipun Sekar mendengar Agra membentak Tyas kecuali saat mendengar permintaan Tyas untuk menikahinya.

"Aku tahu semalam kamu tidur di kamar Sekar, iya kan?" Goda Tyas terdengar riang.

Sekar menguping, ingin tahu apa jawaban pria itu.

"Wajahmu merah, apakah itu artinya akan ada Agra junior yang lahir di rumah ini?" Sekar kembali menggoda.

"Jangan melantur, tidak ada apa-apa antara kami semalam," jawab Agra terdengar malas-malasan.

Dia Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang