Bab 20
Sekar lantas tersenyum. “Mas bisa melakukan semua itu nanti dengan wanita yang benar-benar ingin Mas nikahi.”
“Dan wanita itu adalah kau Sekar!” tekan Agra.
Kalimat itu membuat Sekar tercenung cukup lama, tak pelak kata-kata Agra berhasil membuatnya tersentuh tapi kesadaran yang mengisinya perlahan sukses menyingkirkan semua perasaan itu.
“Sandiwara apa yang sedang Mas lakukan sekarang?” Sekar tersenyum getir seraya menggeleng pelan. “Mas nggak perlu mengucapkan kebohongan hanya untuk menahan kepergianku!”
Agra balas menatap wanita di hadapannya dengan dalam. “Aku mengatakan kejujuran, kau mungkin tidak tahu sejak lama kau adalah wanita yang selalu aku inginkan.”
Mendengar ucapan pria itu bukannya merasa tersentuh Sekar justru terkekeh. “Sungguhkah Mas berharap aku percaya sementara ingatan masa lalu kita masih melekat kuat di ingatanku? Sikap dinginmu, tatapan jijikmu padaku dulu dan semua kata-kata tajammu … itu sudah cukup menggambarkan bagaimana keberadaanku adalah sebuah kesalahan besar!”
Agra menggeleng otomatis, tatapannya penuh tekad. “Aku tahu dulu aku begitu kejam dalam memperlakukanmu! Tapi yang kau pikirkan itu salah, Sekar. Tidak benar jika aku membencimu. Dan jika kamu mau memberiku kesempatan untuk menjelaskan, aku akan menceritakan semuanya agar kamu mengerti.” Tubuhnya reflek bergerak bangun, tapi gips di kaki seakan menahannya untuk tetap bersandiwara.
Sekar menggeleng dengan wajah sayunya. “Tidak usah Mas, lagipula kejadian itu sudah lima tahun yang lalu. Dan kini kita berdua sudah punya kehidupan sendiri-sendiri. Berbahagialah dengan kehidupan Mas saat ini.”
“Kehidupan seperti apa yang bisa membuatku bahagia selain hidup bersamamu?” Di masa lalu Agra bukan pria yang dapat dengan mudah mengungkapkan isi hati, tapi Kalimat itu reflek terucap dari bibir Agra karena takut kehilangan Sekar kembali.
Sekar tertegun lama, seakan terhipnotis oleh ucapan bermakna dalam tersebut. Tapi sebelum ia sempat menanggapi, tiba-tiba datang Renata memasuki kamar.
“Agra … kenapa tidak mengabariku kalau kamu dirawat?” protesnya kepada Agra yang tampak tidak menyukai kedatangannya.
Tanpa mempedulikan keberadaan Sekar, Renata lantas berjalan menuju ranjang. Wajah angkuhnya tampak ngeri melihat gips yang membungkus salah satu kaki Agra. “Oh Tuhan … Ada apa dengan kakimu Agra?” pekiknya terkejut.
Tak ingin adanya interaksi yang membuat emosi dengan Renata, Sekar segera beranjak keluar tanpa sepatah kata terucap kepada keduanya.
“Sekar tunggu!” panggil Agra berusaha menahan kepergian Sekar yang sayangnya sudah tak terlihat oleh pandangan.
“Agra kamu mau kemana?” Renata mencegah Agra yang berusaha turun untuk mengejar Sekar.
“Minggir!” ujar Agra sambil berusaha menyingkirkan Renata yang berusaha menahannya.
“Agra, kaki kamu itu lagi sakit! Ngapain sih kamu peduliin wanita itu?”
“Ini bukan urusanmu! Minggir!” Tanpa banyak berucap lagi, Agra mendorong Renata dengan kasar sehingga wanita itu nyaris terjatuh.
Agra berhasil berlari keluar, meninggalkan Renata dengan raut tak percayanya—entah karena baru saja mendapat perlakuan kasar dari Agra atau karena melihat pria itu yang berlari tanpa merasakan kesakitan di kakinya sama sekali.
Sementara Sekar yang sudah berjalan jauh di lorong rumah sakit dicekal lengannya oleh Agra. Ia terkejut mendapati pria itu mampu mengejarnya tanpa kesakitan.
“Jadi kecelakaan kemarin itu bohong?” Sekar menatap Agra tampak kecewa.
Agra tersadar jika kini kebohongannya sudah diketahui oleh Sekar, tadi ia begitu takut kehilangan Sekar sehingga reflek mengejar tanpa sadar jika ia tengah berada dalam sandiwara yang di rancangnya untuk membuat Sekar kembali padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Dari Masa Lalu
RomanceBlurb: Bertemu kembali dengan Agra adalah hal yang paling di hindari oleh Sekar. Sialnya, pria yang dulu pernah menjadi suaminya itu kini malah menjadi atasannya di kantor. Sekar Pithaloka, 5 tahun lalu pernah menerima permintaan sahabatnya, Tyas un...