Pertengahan musim semi,
Penerimaan siswa baru, SMA Jujutsu, Tokyo
Angin musim semi berhembus pelan. Menerbangkan dedaunan dan kelopak bunga sakura yang berguguran. Pucuk-pucuk bunga mulai bermekaran. Warna merah muda mendominasi langit yang biru. Rumput-rumput menghijau dan terlihat subur.
"CHOTTO MATTE!!"
Sebuah sepeda meluncur di jalanan yang menurun. Si pengendara sepeda tak ada niatan untuk mengerem. Sepertinya, ia sedang mengejar seseorang.
"Oii, Hayaku!! Shoko sudah mengejar kita," Satoru menepuk pundak Suguru yang sedang memboncengnya di depan.
"Sabarlahh. Kau pikir tubuhmu itu tidak berat?" tanya Suguru. Ia mengayuh sepedanya sekuat tenaga. Berusaha kabur dari seorang gadis berseragam SMA yang mengejar di belakangnya dengan sepeda.
"Hayaku, Shoko Chan! Kau lambat sekali," seru Satoru dari boncengan sepedanya. Baju seragamnya yang tak dikancingkan berkibaran tertiup angin. Ia tak peduli pada Suguru yang kelelahan memboncengnya.
"Satoru, sialan kau!" teriak Shoko. Rambut pendeknya berkibar hebat saat sepedanya meluncur kencang ke arah Satoru.
"Oii, cepatlah!" seru Satoru panik.
"Hahaha, Shoko Chan. Aku akan berhenti. Kau bisa menghajar Satoru sepuasmu," kata Suguru.
"EEEH? NANI? kau tega sekali," keluh Satoru.
Suguru benar-benar menepati ucapannya barusan. Ia menghentikan sepedanya di tepi jalan. Beberapa siswa lain yang juga menaiki sepeda melewatinya begitu saja. Menatap tak paham pada tiga anak yang super berisik itu.
"Gomen!!" seru Satoru. Ia langsung berlari sebelum Shoko menangkapnya.
Gerbang sekolahnya sudah terlihat. Hanya berjarak beberapa meter saja di depannya.
Begitu ia memasuki kawasan SMA Jujutsu, euphoria awal semester langsung terasa. Satoru merentangkan kedua tangannya.
Inilah kehidupan barunya sebagai siswa SMA setelah menempuh ujian yang begitu berat di SMP.Akhirnya ia berhasil menjejakkan kakinya disini.
Dengan langkah bangga, Satoru melangkah menuju papan pengumuman untuk melihat dimana kelasnya.
Langkahnya terlihat gagah dan tegap. Angin musim semi bertiup syahdu, memberikan efek berkibar pada rambut dan kemejanya. Satoru tersenyum lebar. Menikmati pandangan dari puluhan pasang mata yang menatapnya kagum. (Padahal mah, nggak ada yang ngeliatin dia).
"SATORUUUUU!!"
Ehh-?
Brak...
Sebuah hantaman memukulnya dengan keras dari belakang. Tubuh Satoru terhuyung.
Nah, baru kali ini puluhan pasang mata itu menatap ke arahnya.
Shoko sialan itu. Dikiranya kepalaku terbuat dari beton apa, batin Satoru.
Ia meregangkan lehernya dan mengurut bagian belakang kepalanya. Sepertinya, syarafnya tidak ada yang putus.
"Oii! Apa masalahmu? Jangan seenaknya mukul kepala orang dong," omel Satoru melotot.
"Ha?? Aku?? Kau yang memulai duluan!" teriak Shoko tepat dihadapan Satoru. Deru nafasnya yang naik turun menahan kesal seolah ingin menelan Satoru.
"Ne ne~ sudahlah. Kalian ini seperti bocah SMP saja," ujar Suguru yang baru datang sambil membawa tiga tas. Lantas, ia menyerahkan tas itu ke masing-masing pemiliknya.
"Apa maksudmu, Suguru? Shoko kan, memang masih bocah SMP," kata Satoru memulai perkelahian.
"Anak ini—"
"Yoshaa, anak-anak. Kenapa kalian ribut sekali?"
Ketiga anak itu menoleh. Seorang siswi senior berambut biru datang mendekat.
"Oh, MeiMei senpai. Ohaiyoo," sapa Satoru sambil melambaikan tangan.
MeiMei tersenyum tipis. Ia menatap Shoko yang wajahnya masih terlihat kesal.
"Nande o, Shoko Chan? Satoru mengganggumu lagi, ya?" tanya MeiMei.
"Apa maksudmu? Aku kan, bukan tidak pernah mengganggunya," kata Satoru santai.
Shoko menghela nafas panjang. Berusaha meredakan amarahnya yang bergejolak. Entahlah, melihat wajah Satoru saja sudah membuatnya kesal.
"Aku selalu mengganggunya," sambung Satoru.
See? Satoru memang seperti itu. Tak mau meladeni debat panjang dengan Satoru, Shoko akhirnya menggandeng tangan Suguru dan mengajaknya untuk melihat papan pengumuman.
"Ne, Suguru. Ayo kita ke sana," ajak Shoko.
Daripada Satoru, Suguru lebih tenang dan nggak banyak tingkah. Ia adalah type cowok cool yang bakal disukai cewek saat pertama kali melihat."Oii, kenapa aku di tinggal? Chotto! Sial, aku merasa di selingkuhi," ujar Satoru. Ia langsung berlari mengejar dua kawannya itu.
Yare yare.... Don't forget to tap vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone (Satoru X suguru)
Teen Fiction"Bisakah kita tetap berteman tanpa melibatkan perasaan?" ----------------------------- Kalimat itu menyakiti perasaan Satoru. Bagaimana pun juga, seharusnya dia tak mengungkapkan perasaannya. seharusnya ia memendam dalam-dalam perasannya sendirian...