Suara bel pulang berdering nyaring. Puluhan siswa berhamburan keluar kelas, beberapa berlari di koridor, membuat para guru harus meneriaki mereka.
Suguru beranjak berdiri dari bangkunya. Menyambar sebuah tas di bangku kosong milik Satoru. Pria cantik itu masih tertidur di UKS. Suguru tak tega membangunkannya.
"Apa Satoru baik-baik saja?" tanya Amanai.
"Dia baik-baik saja. Satoru memang punya alergi pada serbuk sari. Setiap musim semi, pasti dia tak bisa menikmatinya," jawab Shoko.
"Sayang sekali, ya? Padahal musim semi tahun ini begitu indah," ujar Amanai.
"Oh, ada festival musim semi! Mau datang bersama?" usul Shoko dengan girang.
"Ide bagus. Boleh juga! Ayo pergi ke festival," Amanai ikutan semangat.
"Bagus. Ayo kita pakai Yukata yang cantik."
"Tentu saja. Kita akan menjadi gadis yang cantik."
Suguru hanya menggelengkan kepala melihat dua gadis itu sudah sibuk membicarakan rencana mereka untuk mendatangi festival musim semi nanti.
"Nee, Suguru, ayo kita datang ke festival bersama," ajak Shoko.
"Aku akan memikirkannya," ujar Suguru.
"Ah, ayolah. Bukankah seru jika kita berempat ikut festival hanami?" usul Amanai.
"Ide yang bagus," Shoko menyetujuinya.
Hanami adalah sebuah festival melihat bunga sakura yang biasanya terjadi saat pertengahan musim semi. Biasanya, orang-orang akan menggelar tikar di taman dan menikmati pemandangan bunga sakura."Satoru tidak bisa mengikuti festival itu," tegas Suguru.
"Kalau begitu, kita bisa melihat festival Hanabi, kan? Kita bisa datang bersama," usul Shoko.
Suguru mengangguk. Hanabi atau kembang api biasanya dilaksanakan pada malam harinya, saat puncak festival. Dibarengi dengan pesta rakyat yang meriah.
"Tentu saja. Itu ide yang bagus," Suguru menyetujuinya. Shoko dan Amanai terlihat senang.
"Aku akan menghampiri Satoru dulu di UKS. Kalian pulang duluan," pamit Suguru.
Ia berjalan keluar kelas. Menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi. Menyisakan beberapa siswa yang masih berdiri di depan loker entah ngapain.Srekk..
Suguru membuka pintu UKS.
Satoru tampak duduk di atas ranjang. Sepertinya kondisinya mulai membaik."Daijobu desuka?" tanya Suguru. Satoru mengangguk. Warna kemerahan di wajahnya terlihat mulai reda.
"Besok tidak usah masuk sekolah saja," usul Suguru sambil duduk di samping Satoru. Tangannya bergerak memegang dahi Satoru, memastikan kondisinya.
"Hangat," gumam Suguru.
"Aku baik-baik saja. Ayo kita pulang," ajak Satoru.
"Baiklah. Ayo!"
Satoru beranjak berdiri. Ia menatap punggung Suguru yang membelakanginya. Terlihat sedang memikirkan sesuatu.
Daisuki, Satoru.
Satoru memejamkan matanya. Tangannya bergerak memegangi dadanya yang tiba-tiba berdegup kencang.
Ketika sedang tertidur tadi, entahlah. Dirinya bermimpi seolah Suguru mengungkapkan perasaan padanya.
Suaranya terdengar sangat nyata."Kenapa? Ada masalah?" tanya Suguru menoleh.
"Ah, tidak ada. Sepertinya tadi aku bermimpi aneh," Satoru menggeleng dan tersenyum. Berusaha bersikap wajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone (Satoru X suguru)
Teen Fiction"Bisakah kita tetap berteman tanpa melibatkan perasaan?" ----------------------------- Kalimat itu menyakiti perasaan Satoru. Bagaimana pun juga, seharusnya dia tak mengungkapkan perasaannya. seharusnya ia memendam dalam-dalam perasannya sendirian...