Begitu pelajaran terakhir selesai, anak-anak itu riuh berlarian keluar kelas. Beberapa guru meneriaki agar tak berlarian di koridor.
Satoru sudah siap sejak tadi. Ia menunggu Amanai dan Shoko yang lambat sekali memberesi barangnya.
"Kalian ini lama sekali, sih? Beresin aja jangan sambil ngobrol!" omel Satoru.
"Kau ini kenapa sih? Terserah kita lah," ujar Shoko.
"Satoru,"
Satoru menoleh. Suguru menghampirinya dari luar kelas.
"Darimana kau?" tanya Satoru.
"Dari luar. Ngomong-ngomong, ada yang mencari mu tuh!" kata Suguru.
"Siapa? Utahime? Meimei?" tanya Satoru.
"Fans mu."
Satoru menoleh ke arah pintu kelas. Ada beberapa cewek yang berkerumun disitu. Mereka berbisik-bisik heboh sambil menatap ke arah Satoru.
"Waah, hari pertama masuk udah ada yang suka aja nih," sindir Shoko.
"Satoru kan, memang banyak yang suka," Suguru mengangkat bahu. Menarik sebuah bangku dan duduk dihadapan Amanai. Menunggu gadis itu selesai memberesi barangnya.
"Sumimasen, Satoru kun!" panggil cewek itu.
"Haik?" Satoru menoleh dan tak lupa tersenyum. Membuat cewek-cewek itu berjingkrak senang.
"Mmm... aku membuat ini tadi. Tolong diterima," kata seorang cewek sambil mengulurkan sebuah bungkusan kado kecil.
"Apa ini?" tanya Satoru.
Srett...
Sebuah tangan merangkulnya dari belakang.
"Yoshha, minna! Terima kasih hadiahnya. Satoru akan membukanya nanti. Sekarang, kita mau pulang dulu. Jaa nee~" Suguru tersenyum manis. Senyum yang membuat matanya menyipit. Ia mengajak Satoru untuk pergi.
"Kenapa kau senyum seperti itu?" tanya Satoru.
"Hah? Bukannya aku kalau senyum emang seperti ini, ya?" tanya Suguru heran.
"Maksudku, kenapa kau senyum ke mereka? Gimana kalau mereka jatuh cinta ke kamu?" tanya Satoru sedikit kesal.
"Hahaha, jadi Satoru khawatir kalau cewek-cewek itu menyukaiku, ya?" tanya Suguru tertawa geli.
Aish, bukan begitu. Bakayaro!
"Terserah lah. Ayo kita pergi," ajak Satoru. Ia berjalan duluan meninggalkan Suguru yang masih tertawa-tawa.
"Chotto!" Suguru berlarian kecil mengejar Satoru dan merangkul bahunya.
"Jangan khawatir. Mereka nggak akan suka aku, kok. Satoru itu, pria paling tampan di dunia," ujar Suguru sambil menepuk pipi Satoru.
Satoru melotot. Rasa panas menjalar dari kedua pipinya ke telinganya. Membuat warna merah merona.
"Eh? Nande? Kau sakit? Wajahmu merah," tanya Suguru setengah panik. Ia memegang kening Satoru dan memastikannya baik-baik saja.
"Ah, tidak, tidak, tidak. Aku baik-baik saja," Satoru menggeleng cepat dan mendorong Suguru agak menjauh darinya.
"Ayo kita segera pergi. Shoko dan Amanai pasti sudah menunggu kita di parkiran," ajak Satoru. Ia berlari cepat melintasi koridor sekolah. Meninggalkan Suguru sendirian."Oiii! Satoruu!! Sialan. Dia selalu saja begitu," keluh Suguru. Ia pun ikutan berlari mengejar Satoru.
• • • • •
Di tempat parkir, Shoko dan Amanai menunggu dua kawannya untuk segera datang.
Shoko melipat kedua lengan kesal sambil menghentakkan kakinya berkali-kali. Mengomel karena Satoru dan Suguru tak kunjung datang. Entah kemana dua anak itu perginya.
Dari kejauhan, ada beberapa gerombolan cowok kakak kelas yang terus memperhatikan mereka.
"Shoko Chan, apa kau tak merasa ada yang memperhatikan kita dari tadi?" tanya Amanai.
Shoko menoleh ke segala arah. Benar saja. Di ujung tempat parkir itu, ada hampir lima cowok yang berjalan ke arah mereka.
"Halo, gadis-gadis cantik!" sapa salah seorang dari mereka.
Amanai memegang ujung seragam Shoko.
"Hei, kau kelas berapa? Pasti baru kelas satu, ya? Kenalkan, aku Kenzo. Kakak kelasmu. Nanti, kalau ada kesulitan belajar, bisa mendatangiku, ya?" ujar cowok bernama Kenzo itu.
"Hahaha, modus sekali dia."
"Kalau kesulitan olahraga, bisa menemuiku."
"Kalau kesulitan tidur, kau bisa menemuiku. Aku ahli dalam menidurkan orang."
"Hahaha.... kau akan menidurinya maksudnya?"
"Hahah, pintar sekali."
Amanai dan Shoko merasa tak nyaman dengan obrolan cowok-cowok itu. Mereka ingin berlalu pergi, namun cowok itu mengerumuninya.
"Sumimasen, Senpai. Tapi, bisakah kalian menyingkir dari jalan? Kami ingin pulang," kata Shoko akhirnya.
"Kenapa buru-buru sih? Mau ikut kami nggak? Kami mau ke tempat karaoke. Oh ya, gadis cantik berkepang dua! Siapa namamu?" tanya seorang cowok.
"Kau tak perlu tahu," Shoko menjawab sengit.
"Hee? Sombong sekali gadis ini. Tapi tidak apa-apa karena kau cantik," seorang cowok lain mencolek pipi Shoko. Membuat cewek itu menepiskan tangannya.
"Ini pelecehan tau!" sergah Amanai.
"Benar, Nona cantik. Memangnya, kau mau dilecehkan?" tanya Kenzo.
"Anata waa!!"
Kedua cewek itu menoleh. Satoru dan Suguru baru saja datang sambil menenteng tasnya.
"Oi, apa yang kalian lakukan? Beraninya menggoda cewek ku?" tanya Satoru.
Ia menyibak kerumunan itu dan berdiri di samping Amanai.Shoko melotot. Apakah Satoru akan membantu Amanai dan bukan dirinya?
"Kau tidak apa-apa, sayang? Tidak ada yang terluka kan?" tanya Satoru. Amanai meringis saat Satoru memegang tangannya lembut dan menatapnya dalam.
Sial, cowok itu tampan juga walaupun agak aneh, batin Amanai.
"Heh? Kenapa masih disini? Sana pada bubaran!" usir Satoru.
Cowok-cowok itu menatap Satoru tanpa kedip. Suguru melipat kedua lengannya dan tersenyum.
See? Bahkan cowok sekalipun akan terpesona pada ketampanan wajah Satoru.
"Satoru ~ ayo kita bergegas. Nanti keburu penuh tempatnya!" ajak Suguru.
"Oke. Ayo Amanai, kau boncengan bersamaku!" ajak Satoru sambil menggandeng tangan Amanai. Membuat cewek itu agak tersentak kaget.
"Suguru, kau bersama Shoko, ya?" kata Satoru. Suguru tersenyum dan mengangguk.
Mereka menaiki sepeda dan berboncengan menuju area taman. Meninggalkan lima cowok yang masih ternganga menatap kepergian Satoru.
"Siapa dia?" tanya Kenzo.
"Gojou Satoru, kelas satu."
"Dia murid baru, ya? Tampan sekali."
"Wahh, aku nggak tahu harus jatuh cinta ke Satoru atau Amanai."
To be continued..
..
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone (Satoru X suguru)
Teen Fiction"Bisakah kita tetap berteman tanpa melibatkan perasaan?" ----------------------------- Kalimat itu menyakiti perasaan Satoru. Bagaimana pun juga, seharusnya dia tak mengungkapkan perasaannya. seharusnya ia memendam dalam-dalam perasannya sendirian...