13. klinik sekolah

163 20 6
                                    

"Nah, jadi pada gelombang transversal, kita bisa melihat langsung berapa panjang amplitudo gelombang dengan melihat puncak gelombang transversal. Di grafik ini tertulis panjang sumbu Y, adalah 15 meter...." 

Suara sensei yang sedang menjelaskan mengenai getaran gelombang terdengar nyaring di depan kelas. Anak-anak tampak duduk tenang di bangku, entah mendengarkan atau tidak. Beberapa ada yang menggunakan buku untuk menutupi kegiatan bermain ponsel mereka. 

Suguru terlihat serius mendengarkan penjelasan guru. Sesekali jemarinya mencatat sesuatu di buku catatannya. Ia lalu melirik ke samping, tempat duduk Satoru. Sebuah senyum tipis tersungging di bibir Suguru. 

Satoru tampak tertidur pulas beralaskan lengan kanannya. Shoko yang duduk di depan Satoru tampak terkantuk-kantuk. Tapi gadis itu berusaha keras agar tak tidur. Soalnya sudah diancam Satoru duluan sebelum bel masuk tadi. 

"Ne, Shoko Chan, jangan tidur dikelas kalau aku tidur. Nanti aku ketahuan." 

Awalnya Shoko menolah permintaan Satoru. Tapi, tentu saja Satoru mengancam tak akan memberi contekan lagi. Akhirnya Shoko mengalah. Dirinya sadar tak terlalu pintar dan membutuhkan Satoru. 

Suguru masih asyik diam-diam mengamati wajah Satoru yang tidur terlelap menghadap ke arahnya. Wajahnya terlihat teduh dan tenang. Hidungnya kemerahan bekas usapan gara-gara alergi serbuk sari tadi. 

'Apa dia baik-baik saja?' batin Suguru. Ia menghela nafas panjang. Mulutnya terbuka hendak memanggil Satoru namun urung. 

"Pst.. Suguru kun, menurutmu, Satoru itu bagaimana?" tanya Amanai yang duduk di sebelahnya. 

"Eh? Satoru?" tanya Suguru heran. 

"Unn, menurutmu, dia bagaimana? Bukankah dia pria yang tampan?" tanya Amanai. Suguru tertawa tanpa suara. Ia menatap Amanai yang terlihat duduk sambil menopangkan dagunya pada kedua tangan. Tatapan Amanai tertuju pada Satoru yang tengah tertidur. Ternyata, Amanai menatap Satoru dari tadi. 

"Kau menyukainya?" tanya Suguru. 

"Eh? I-iee," Amanai segera menggeleng cepat. Kedua pipinya bersemu merah. Suguru tersenyum geli. 

"Tidak masalah. Memangnya, siapa yang tidak menyukai Satoru? Semua orang pasti menyukai Satoru," ujar Suguru. 

"Gojo Satoru! Kau tidur lagi?" 

Pluk..

Sebuah kapur kecil melayang mengenai kepala Satoru. Membuat pria itu terbangun. Di depan sana, sensei tampak berkacak pinggang. 

"Satoru, kau tertidur selama pelajaran kelasku?" tanya Sensei. 

"E-eh, tidak kok. Aku tidak tidur. Aku hanya meletakkan kepalaku tadi," elak Satoru. Kelas-kelas matanya terlihat seperti orang baru bangun tidur. 

"Jangan berbohong," tegas sensei. 

"Aku tidak berbohong,  sensei. Aku merasa tidak enak badan tadi. Aku punya alergi pada serbuk sari," ujar Satoru. 

"Itu benar, Sensei. Tadi dia sempat meminum obat anti alergi. Mungkin, itu efek obatnya," sahut Suguru.

"Hmm, kalau merasa sakit, pergilah ke klinik kesehatan. Istirahat disana sampai merasa baikan," kata sensei. Beliau berbalik, "Ketua kelas bisa mengantar Satoru ke klinik?" tanyanya. 

"Saya akan mengantarnya," Suguru beranjak berdiri menawarkan bantuan. 

"Baiklah. Segera kembali setelah selesai mengantar. Satoru, pergilah ke klinik dan minta obat disana," perintah sensei. 

"Haik." 

Satoru mengangguk patuh. Ia segera berjalan keluar bersama Suguru. Diiringi tatapan dari beberapa teman sekelasnya. 

"Kau yakin baik-baik saja? Apa alergimu sudah mendingan?" tanya Suguru. 

"Um. Tentu saja. Aku hanya merasa mengantuk," jawab Satoru. 

"Jangan memaksakan diri. Bagaimana kalau nanti semakin parah? Kau tidak demam, kan?" tanya Suguru. Tangannya bergerak memegang kening Satoru. Terasa hangat. 

Ugh, lagi-lagi, Suguru bertindak seenaknya. Tindakan yang membuat jantung Satoru berdegup kencang lagi. Wajahnya kembali bersemu merah. 

"Lihat, wajahmu merah lagi," kata Suguru setengah panik. 

"Ah, yamero, baka! Ini bukan karena alergiku. Sudahlah. Kau kembali ke kelas. Aku bisa ke klinik sendiri," usir Satoru. Ia menepis tangan Suguru yang masih menempel di dahinya. 

"Tidak mau. Aku akan menemanimu ke klinik," tegas Suguru. 

"Jangan keras kepala. Sensei akan memarahimu nanti. Kembalilah ke kelas. Aku bisa sendiri. Aku bukan anak kecil lagi," sergah Satoru. Ia melangkah meninggalkan Suguru menuju klinik. 

Dibelakangnya, Suguru mengikuti langkah Satoru.  Sengaja berhenti saat Satoru menoleh. Pura-pura tidak melihat.

Satoru melangkah lagi. Suguru ikutan melangkah.
Satoru berhenti dan menoleh ke belakang.
Suguru juga berhenti. Berbalik dan pura-pura tak melihat Satoru.

"Apa yang kau lakukan, bodoh? Berhenti mengikuti ku," hardik Satoru kesal.

Suguru tertawa geli. Ia berlari ke arah Satoru dan merangkulnya. Menariknya paksa menuju klinik.

"Apa sih? Lepaskan aku!" sergah Satoru.

"Aku juga ingin istirahat di klinik," sahut Suguru santai.

"Huh? Kau akan dimarahi sensei nanti."

"Siapa peduli?"

Satoru menggembungkan pipinya kesal. Akhirnya menyerah dan membiarkan Suguru terus merangkulnya hingga klinik.

____________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________

Maaf Hiatus lama ;)

Happy reading. Jgn lupa vote komen.

Kalo ga update, ingetin saya ya.

Soalnya saya suka lupa kalo punya ini cerita.



Friend Zone (Satoru X suguru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang