Setelah insiden surat tanpa nama pengirim pada Satoru itu, Suguru terlihat lebih pendiam dari biasanya.
Bukan begitu, maksudnya, Suguru memang pendiam. Tapi kali ini, dia menjadi lebih pendiam. Dia tak tertarik saat Shoko dan Amanai mengobrol heboh tentang kemungkinan yang terjadi jika Satoru menerima perasaan orang yang menyatakan cinta padanya lewat surat.
"Ngomong-ngomong, dimana Satoru? Apa dia menemui pengirim surat itu?" tanya Shoko pada Suguru.
"Mana aku tahu. Kalaupun iya, itu bukan urusan kita," Suguru mengangkat bahu malas. Kembali membaca komik yang ia pinjam dari Satoru beberapa tahun yang lalu dan belum dikembalikan.
"Ah- ayolahh.. kau kan, membaca surat itu tadi. Beritahu aku, apa isi suratnya? Siapa yang mengirim surat itu?" desak Shoko sambil mengguncang bahu Suguru.
"Ah- aku sedang tidak berminat membahas itu. Lebih baik, kalian tanya langsung saja ke Satoru," ujar Suguru malas.
Tak lama kemudian, Satoru memasuki ruang kelas. Seluruh mata menatap ke arahnya sambil berbisik-bisik. Membuat Satoru salah tingkah.
Shoko tertawa geli. Walaupun kadang Satoru punya penyakit sok percaya diri dan narsis abis, tapi nyatanya cowok itu bisa kikuk juga.
"Satoru, bagaimana? Kau menerimanya? Kau sudah bertemu dengannya? Siapa orang itu? Apa orangnya cantik?" tanya Shoko menghujani Satoru dengan pertanyaan.
"Santai dulu, Shoko. Aku baru mau duduk," kata Satoru. Ia menarik sebuah kursi dan duduk di bangkunya. Amanai dan Shoko langsung mengerubunginya.
Satoru melirik Suguru sekilas. Pria itu terlihat fokus membaca dan tak berminat mendekatinya.
"Bagaimana?" tanya Amanai dengan wajah berbinar.
"E-etto, pengirim surat itu mengajakku bertemu setelah pulang sekolah nanti di gudang belakang," kata Satoru. Amanai dan Shoko saling bertepuk tangan.
"Kau akan menerimanya?" tanya Shoko antusias.
Satoru menggaruk rambutnya yang tak gatal. Ia melirik Suguru sekilas. Pria itu masih fokus membaca komik sama sekali tak melirik ke arah Satoru.
"Emm... Aku akan menolaknya."
"HAHH?! NANDEE?"
"Ah, bukan begitu. Hanya saja..." Satoru terdiam sesaat. Ia melirik lagi ke arah Suguru. Cowok itu kini menutup komik yang dibacanya.
"Ada orang yang kusukai," kata Satoru.
"Hah?"
"Sudah ada orang yang ku sukai. Jadi, aku tidak bisa menerima perasaannya," tegas Satoru.
Shoko memicingkan mata menatap Satoru. Tangannya bergerak memeriksa kening Satoru. Kalau-kalau ada yang salah dengan sistem di otaknya.
"Kau sedang menyukai seseorang, ya? Siapa itu? Kok aku tidak pernah menyadarinya," ujar Shoko. Satoru tertawa geli.
"Ada seseorang yang ku sukai. Aku tidak bisa menyebutkan namanya," kata Satoru.
"Ah- kenapa menyembunyikan rahasia segala?" tanya Amanai kesal.
"Oh, ya? Amanai, kau mau membantu ku, kan?" tanya Satoru.
"Membantu apa?" tanya Amanai.
"Ikutlah denganku sepulang sekolah nanti. Dan berpura-pura lah menjadi pacarku," jelas Satoru.
"Hah? Kau mau menolak orang itu, ya? Aku merasa kasihan padanya," sergah Shoko.
"Ke-kenapa harus aku yang menjadi pacarmu?" tanya Amanai. Kedua pipinya sedikit memerah.
"Yahh, ku pikir, kau lebih baik daripada Shoko. Tidak mungkin kan, aku berpacaran dengan—"
Ptak....
Sebuah jitakan mendarat di kepala Satoru. Shoko melotot lebar. Satoru memegangi kepalanya yang sakit.
"Kurang ajar, kau Shoko! Kenapa memukulku?" tanya Satoru berkacak pinggang.
"Yaah, aku memang tidak menyukaimu," jelas Shoko balas berkacak pinggang. Satoru menggelengkan kepala tak percaya.
"Tidak usah bohong. Kalau aku minta kau jadi pacarku, pasti kau juga mau, kan?" Satoru mengangkat alis.
Sial. Sikap aslinya yang terlalu percaya diri itu muncul lagi. Shoko ingin muntah dibuatnya.
"Suguru!! Tolong bantu aku memusnahkan makhluk itu!" Shoko menarik lengan Suguru dan bergelayut manja di lengannya.
"Cih, menjijikkan," Satoru berdecak kesal.
"Sudahlah. Kenapa kalian seperti anak kecil? Lagipula, memang lebih baik Amanai yang menjadi pacar pura-pura Satoru," kata Suguru akhirnya.
"Yass! Aku akan membantumu, Satoru!" kata Amanai. Satoru tersenyum puas. Saling bertukar tos dengan Amanai.
------------
Menjelang pulang sekolah, Amanai dan Satoru sudah membuat rencana untuk menjadi pacar bohongan. Kedua anak itu bahkan saling bergandengan tangan sejak keluar dari pintu kelas.
"Bagaimana? Apakah kami terlihat seperti pacar sungguhan?" tanya Satoru.
"Tidak. Amanai terlalu cantik buatmu," jawab Suguru. Satoru langsung merengut kesal.
Sebenarnya, Suguru bohong mengatakan hal itu. Satoru dan Amanai tampak serasi berjalan bersama.
Amanai dengan rambut kepangnya yang cantik, serta wajahnya yang imut. Sementara Satoru dengan wajah tampan dan tubuh tingginya, dua kombinasi yang sangat serasi.
Jika Amanai dan Satoru beneran berpacaran, pasti dua anak itu akan menjadi pasangan favorit di SMA Jujutsu."Apa yang aku katakan nanti?" tanya Amanai.
"Tidak perlu mengatakan apapun. Cukup gandeng tanganku saja," jawab Satoru. Amanai menurut. Ia menggandeng lengan Satoru dengan erat.
Di area belakang sekolah, seorang siswi berambut pendek sebahu sudah menunggu.
"Sumimasen, apa kau menungguku?" tanya Satoru. Siswi itu mengangguk. Wajahnya menunduk malu sambil meremas ujung roknya.
"Sebelumnya maaf, aku sudah membaca suratmu. Tapi, aku tidak bisa menerima perasaanmu karena aku sudah mempunyai pacar," kata Satoru. Ia merangkul bahu Amanai dan mendekapnya agar terlihat profesional seperti pacar sungguhan.
Siswi tadi mengangkat kepalanya dan sedikit mendongak untuk menatap Satoru. Matanya terlihat berkaca-kaca. Apalagi saat melihat Satoru merangkul gadis yang lebih cantik darinya. Kepercayaan diri siswi itu runtuh seketika. Ia langsung berlari kabur sambil menyeka air matanya.
"Chotto!" Seru Amanai. Satoru langsung menahan tangan Amanai.
"Apa yang kau lakukan? Kau membuatnya menangis!" tegas Amanai.
"Bagaimana lagi? Apa aku harus pura-pura menerimanya?" tanya Satoru balik. Amanai meneguk ludah.
"Sudah selesai kan, sandiwaranya? Ayo kita pulang!" ajak Suguru.
"Eh? Bukannya kita mau main ke rumah Amanai?" tanya Shoko.
"Oke. Silahkan kalau kalian mau main kesana. Aku pulang duluan. Aku tidak enak badan," kata Suguru.
"Kau baik-baik saja , Suguru?" tanya Satoru cemas.
"Aku baik-baik saja."
-------
Jangan lupa vote :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone (Satoru X suguru)
Teen Fiction"Bisakah kita tetap berteman tanpa melibatkan perasaan?" ----------------------------- Kalimat itu menyakiti perasaan Satoru. Bagaimana pun juga, seharusnya dia tak mengungkapkan perasaannya. seharusnya ia memendam dalam-dalam perasannya sendirian...