Malam mulai larut. Suasana sunyi. Hanya terdengar detak jarum jam dan suara desingan AC yang lembut.
Semilir angin malam dari luar jendela yang terbuka meniup pelan tirai jendela, membuatnya berkibar pelan.Deg... Deg... Deg...
Suara degup jantung itu terdengar jelas di telinga Satoru. Ia masih dalam posisinya tidur telentang sementara Suguru yang tadi bilang ingin memeluknya sebentar kini malah sudah tertidur lelap seperti bayi diatas tubuh Satoru.
"Aish, pria ini menyebalkan sekali. Kenapa dia mudah tertidur seperti bayi?" batin Satoru.
"Oi, Suguru! Mau sampai kapan kau tidur begini? Tubuhmu berat! Bangunlah!" Satoru mengguncang pelan tubuh Suguru. Namun pria itu tak berkutik.
"Suguru?"
Satoru mengguncang pelan bahu Suguru lagi. Berusaha membangunkan pria bertubuh besar itu. Namun nihil. Deru nafas Suguru terlihat naik turun. Matanya terpejam tanda ia sudah terlelap.
"Ah- kalau kau sangat mengantuk, kenapa harus tidur diatas ku sih? Aku ini bukan kasur tau," gumam Satoru sedikit kesal. Tangannya bergerak pelan mengusap rambut Suguru. Jemarinya menyelipkan poni rambut Suguru ke belakang telinganya.
Satoru meneguk ludah. Suara degup jantungnya terdengar sangat berisik memenuhi gendang telinganya. Ia takut Suguru akan terbangun karena degup jantungnya itu.
"Su-suguru.."
Entah apa pasalnya, Satoru tiba-tiba menitikkan air mata. Ia menangis tanpa sebab. Terisak pelan dan membuat bahunya sedikit berguncang.
Suguru mengerjapkan matanya pelan. Ia lalu tersadar bahwa sedari tadi, ia tidur telungkup diatas tubuh Satoru. Dan kini, pria itu sedang terisak sambil mengusap matanya.
"Go-gomen, Satoru. Kau baik-baik saja? Apa sakit?" tanya Suguru. Ia segera bangkit duduk dan memeriksa Satoru. Takut kalau pria itu kesakitan gara-gara ia tindih saat tidur tadi.
"Ah, ti-tidak ada..hiks.." Satoru menggeleng. Berusaha mengusap air matanya yang terjatuh.
"Lalu kenapa menangis? Hei? Jangan menangis, ya?" Suguru menangkupkan kedua tangannya di wajah Satoru. Mengusap lembut kedua pipi Satoru yang halus.
Plak...
Satoru refleks menampik tangan Suguru. Degup jantungnya tak beraturan lagi. Kedua pipinya merona merah.
"Eh? Kau marah? Ada apa? Maafkan aku," Suguru sedikit cemas. Ia berusaha memegang wajah Satoru, namun pria bermata biru itu menyingkir.
"Hei, kau marah, ya? Harusnya kau membangunkan ku tadi. Apa tubuhmu sakit?" tanya Suguru dengan suara lembutnya. Satoru menggeleng. Berusaha memalingkan wajahnya yang masih memerah.
Suguru melipat kedua lengannya dan memicingkan mata menatap Satoru yang membelakanginya. Leher pria itu tampak mulus. Daun telinga terlihat memerah tanpa sebab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone (Satoru X suguru)
Teen Fiction"Bisakah kita tetap berteman tanpa melibatkan perasaan?" ----------------------------- Kalimat itu menyakiti perasaan Satoru. Bagaimana pun juga, seharusnya dia tak mengungkapkan perasaannya. seharusnya ia memendam dalam-dalam perasannya sendirian...