💌Berawal dari buku💌

121 33 7
                                    



Bismillahirrahmanirrahim. Selamat membaca.

💌💌💌

Kejadian malam itu masih menimbulkan bekas debaran hebat dalam hati yang kemungkinan akan sulit dibasuh oleh lafaz-lafaz arab sekalipun.

Sejauh ini, ia tak pernah meminta banyak hal pada Sang Rabbul Izzati. Ia akan mensyukuri pertemuan-pertemuan singkat dengan Ustaz Fadly walaupun dari jarak yang tak bisa dibilang dekat.

Namun, mengapa justru Allah memberinya lebih daripada apa yang ia minta? Benarkah itu bisa dibilang anugerah atau justru cobaan untuk menguji seberapa besar cinta dirinya terhadap Sang Maha Cinta sesungguhnya?

Aira masih kalut saat usai menorehkan isi dari perasaannya ke dalam origami yang kemudian ia lipat menjadi bentuk hati. Ada lima origami cinta yang berhasil ia buat. Tentu saja tentang kejadian malam itu ketika ia mendapat sebungkus bubur kacang hijau dari Ustaz secara cuma-cuma. Jika dibayangkan kembali, memang benar suasana seperti itu seperti mimpi bagi Aira Falikha.

Bahkan dua nasi bebek dari Lek Khudori dengan suka rela ia berikan pada Keysa. Dan ia hanya akan memakan bubur kacang hijau spesial dari Ustaz Fadly.

"Minta dikit dong, Ra. Enak banget kayaknya."

Aira memutar tubuhnya. Melambaikan tangan pada Keysa menandakan bahwa tidak ada yang boleh mengganggu dirinya menikmati makanan dari Ustaz Fadly.

"Iuh, pelit."

"Kan udah aku kasih dua nasi bebek," kata Aira malam itu. Hingga pagi datang menjelang, rasanya tidak rela jika harus membuang kresek bekas bubur tersebut ke dalam tong sampah. Ah, keterlaluan memang. Cinta bisa mengubah segalanya.

Pagi ini jalanan di depan pesantren putri sudah mulai padat oleh lalu-lalang penjual buku yang turut serta dalam acara bazar buku di halaman kantor Madrasah Al-Farabi. Letak gedungnya bertepatan berada di seberang ponpes Syifaul Qolbi.

Karena santri putra dan putri tidak diperbolehkan berkerumun dalam satu tempat. Maka demi menjaga keamanan bersama, untuk berkunjung ke bazar buku sudah diberikan jadwal masing-masing. Jika santri yang sungguh-sungguh berniat untuk tholabul ilmi, maka tidak akan keberatan dengan setiap peraturan yang ada.

"Ayo Keysa buruan! Kamu jalannya lemot banget kayak nenek bungkuk di Upin-Ipin." Keysa mencibir pelan setelah mendengar itu. Kedua gadis asal Malang tersebut sama-sama pecinta buku. Bedanya, Keysa lebih suka membeli dan mengoleksi novel. Sementara Aira lebih tertarik untuk menimbun buku-buku yang suatu saat bisa menunjang dirinya menjadi seorang penulis sukses.

"Iya-iya. Ya ampun. Tapi janji jangan heboh kalau ketemu Ustaz Fadly." Keysa memberi peringatan sebelum mereka sampai di halaman kantor Madrasah Al-Farabi.

"Janji. Suer. Paling cuma membantin aja sambil menikmati keindahan wajahnya."

"Maksiat tau!"

"Sakit,ih! Sini aku cubit bokongmu sakit apa enggak?" Aira tak terima dengan cubitan yang Keysa daratkan di pantat teposnya. Mereka saling berkejaran karena ingin berbalas dendam.

"Eh ada Novel apa, nih? Waw, koleksi baru."

"Langsung beli aja, Key. Ntar aku numpang baca." Keysa melengos. Namun, tak masalah dengan itu. Novel-novel Keysa memang banyak. Hanya saja ia harus pintar-pintar menjaganya supaya tidak sampai kena razia.

"Kamu milih dulu aja. Aku mau lihat buku lain."

"Ke mana? Jangan jauh-jauh!"

"Nggak. Tuh, cuma di sebelah situ!" tunjuk Aira pada jajaran buku-buku yang sedang ditunggui oleh dua Mas-mas muda. Ia berjalan mendekat. Karena ramai dikerumuni santri putri, jadi ia harus lebih bersabar lagi supaya bisa mendapat posisi paling dekat dengan buku-buku itu.

ORIGAMI CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang