💌Menolak cinta?💌

123 23 3
                                    






Bismillahirrahmanirrahim.
Selamat membaca



💌💌💌

Malam itu satu persatu butiran air dari langit mulai jatuh. Persada Desa Tanjungsari yang menaungi pesantren Syifaul Qolbi tidak lama kemudian basah dan banyak menyiptakan genangan air. Dari arah barat,  angkutan umum berwarna kuning tampak melaju cepat hingga salah satu rodanya masuk ke dalam kubangan. Sementara gadis yang susah payah memegangi payung serta belanjaannya menahan diri untuk tidak mengumpat sebab air cipratan ulah supir angkutan itu mengenai sebagian tubuhnya.

Wajahnya memberengut begitu langkahnya mencapai gerbang utama pesantren putri. Ia letakkan payung bertuliskan nama salah satu bank di Indonesia itu dengan asal karena dalam hatinya masih menyimpan kesal.

"Kamu habis mandi lumpur, Ra?" Mata bulatnya melirik Keysa yang menahan tawa melihat tampilan dirinya.

"Kalau nggak demi nguber novel kesukaanmu itu. Aku gak bakal jadi kayak gini."

"Duduk dulu, duduk dulu. Dingin, ya? Hehe, ,kan,  kamu sendiri yang nawarin nitip apa nggak?" Keysa membawa Aira untuk duduk, tetapi gadis yang sebagian bajunya basah itu menolak karena tak nyaman. Kebetulan malam ini mereka sedang jaga pos 1. Jadi tidak mengikuti pengajian malam.

"Ya aku kira novelnya udah ada di kios. Tinggal beli, beres. Ternyata … ih, nyebelin itu Kang-kangnya yang jaga. Masak dikasih yang series 1? Padahal jelas-jelas aku tuh bilang mau beli novel UAJC series 2. Tetep aja mereka ngeyel. Katanya belum terbitlah, masih di percetakanlah. Huh, banyak banget alasannya. " Aira mengatur napas sebentar yang dipandang dengan kasihan serta gemas oleh Keysa karena cara bicaranya yang cepat, tapi jelas. Setelah menerima segelas air minum kemasan dari Keysa, bukannya kembali tenang. Aira justru melanjutkan cerocosnya.

"Udah jelas banget novelnya tuh dikekepin sama Kang-kang yang satunya."

"Kang siapa, Ra?"

"Nggak tau, orangnya cengar-cengir kayak orang gila. Ya aku jadi malu lah. Mana aku santri putri sendiri di sana."

"Terus itu bisa dapat novel yang series 2 gimana? Kamu ambil paksa? Atau kamu kasih jurus apa ke mereka." Keysa bertanya penasaran. Ia tersenyum melihat raut Aira yang menyimpan seribu kekesalannya.

"Enggak! Awalnya mereka modus tanya-tanya nama aku. Rumahnya di mana. Santri kelas berapa. Kan itu modus Keysa!" Keysa hanya bisa menanggapi dengan tawa lantangnya. Tidak lama kemudian ia melirik kesana kesini khawatir jika ada yang mendengar tawa itu.

"Kamu kasih tau?" Gadis yang seumuran dengan Aira tersebut terus memancing agar sang lawan bicara bercerita.

Sambil mendengkus Aira berucap," Ya nggak lah!" Intonasi suaranya terdengar meninggi.

"Tapi untungnya …."

"Untungnya?" Dahi Keysa berkerut. Satu alisnya sedikit lebih naik melihat raut wajah Aira dengan cepat berubah menjadi merah menahan senyum.

"Untungnya tadi tuh ada … nganu—"

"Tinggal bilang Ustaz Fadly apa susahnya sih, Ra! Geregetan deh sama kamu lama-lama." Remaja labil itu lantas tersenyum sumringah. Setelah menyodorkan novel titipan Keysa, ia melanjutkan ceritanya lagi bagaimana kronologi sebenarnya sampai novel tersebut berhasil didapatkan.

Katanya, Ustaz Fadly waktu itu sempat menegur dua penunggu kios kitab yang tadi menggodai dirinya. Bukan lagi rasa kesal, justru dalam hati Aira ribut dengan berbagai rasa yang berkecamuk sebab kedatangan Ustaz Fadly tanpa ia duga. Meskipun tak menciptakan komunikasi sepatah kata atau aktivitas pandangan mata. Dari depan etalase yang setinggi badannya itu ia bisa melihat sekelebat wajah Ustaz Fadly sekaligus mendengar bagaimana suara damai dan lembut milik laki-laki tersebut tengah membela dirinya.

ORIGAMI CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang