Bismillahirrahmanirrahim. Selamat membaca.
💌💌💌
"Bagaimana dengan Ning Bila? Masih belum tertarik?" Ucapan itu keluar dari seorang laki-laki yang baru saja selesai menyeduh jahe sachet dalam gelas berukuran besar. Di sebelahnya, Ustaz Fadly tengah menyibukkan tangan meracik mangsi atau tinta hitam batangan yang usai diasap. Lalu ia masukkan tinta yang berhasil mencair itu ke dalam wadah kecil berbahan kuningan yang sebelumnya sudah diberi dua lembar aras.
"Tertarik? Nggak ada, Kang. Masih belum tertarik sama siapapun," jawab Ustaz Fadly penuh dengan keyakinan. Meskipun dia tahu siapa saja dan bagaimana latar belakang perempuan-perempuan yang tengah menanti balasan cinta darinya.
"Ck, segarang-garangnya Si Pecut Pesantren aja udah ngantri Mbak Muza jadi pendampingnya. La sampeyan yang udah terkenal ganteng, alim, berwibawa di pondok putri belum ada gitu mau milih siapa?" Pecut pesantren itu sebutan untuk Kang Nur si pengurus keamanan. Menurut kabar, laki-laki tersebut sudah mulai mencari informasi tentang Mbak Muza, ketua pesantren putri Syifaul Qolbi.
Pena khusus untuk memaknai kitab sudah diberi mangsi atau tinta hitam tadi oleh Ustaz Fadly. Sebelum menorehkan rangkaian huruf pegon pada kitab kuning, dia melanjutkan obrolan sebentar,"Ya nggak masalah. Berarti jika sudah seperti itu, Kang Nur memang sudah siap lahir batin untuk menikah." Kemudian pena tutul yang dikendalikan oleh Ustaz Fadly bergerak cepat memenuhi baris di bawah tulisan arab gundul yang belum diberi makna.
"La sampeyan apa nggak pengen menikah juga, Kang? Kalau kataku Kang Fadly ini bejo,loh. Santri putri banyak yang ngantri. Tinggal pilih atau seleksi aja mana yang cocok." Tawa lirih itu terdengar. Sejenak laki-laki yang memakai kaos hitam slimfit tersebut membenarkan letak kopiahnya yang tadi agak sedikit mundur.
"Seleksi katanya. Belum ada niatan menikah bukan berarti nggak mau nikah, Kang." Jeda beberapa detik Ustaz Fadly mencelupkan pena tutul itu ke dalam mangsi. "Pasti ada waktunya kapan kita nikah kalau memang Allah sudah meridhoi. Apalagi milih pasangan hidup itu nggak cuma diseleksi aja. Nikah itu seumur hidup,loh,Kang. Jadi ya harus bener-bener cari pasangan yang bisa diajak ibadah bersama selamanya."
Kang Arif menanggapi dengan manggut-manggut. Sejatinya salah satu perempuan yang diketahui menyukai Ustaz Fadly itu adalah dambaannya. Jadi dengan memancing pembahasan bab nikah, dia ingin mencuri tahu siapa dari sekian banyak santri putri Syifaul Qolbi yang dipilih nantinya oleh Ustaz Fadly.
"Kasih clue gitu,loh, Kang. Ciri-ciri perempuan yang sampeyan sukai itu kayak gimana? Siapa tahu aku bisa bantu menjembatani. Biar dapet pahala tambahan." Derai tawa dari Ustaz Fadly mengudara. Apabila tersenyum ada satu ceruk tipis muncul di pipi kanannya.
"Oalah, Kang Arif. Sampeyan ini kok lucu. Kalau mau pahala tambahan nggak perlu repot-repot kayak tadi. Jadi mak comblang. Ini pasti pas pengajian Abah sampeyan tekone keri dewe, lungguh paling mburi terus turu,yo?" Kang Arif yang dikatai seperti itu membenarkan dalam hati.
"Abah pernah ngendikan. Ini sabdanya Rasulullah,'Ada dua kalimat, yang ringan di lisan tetapi berat dalam timbangan dan dicintai oleh ar-Rahman. Subhanallah wa bi hamdih dan subhanallahil 'azhim.' Itu amalan seringan kapas yang bisa memberatkan timbangan amal kita, Kang."
"Tapi ya namanya manusia. Sudah diberi kemudahan mendapat pahala masih juga males- malesan. Iya, kan? Akupun juga kadang masih belum bisa istiqomah, Kang."
"Iyo, Kang. Kok pakek repot-repot jadi mak comblang biar dapat pahala."
"Beneran ini nggak mau kasih clue sedikit aja tentang kriteria sampeyan?" lanjut Kang Arif. Bertepatan dengan pertanyaan itu, Ustaz Fadly tak sengaja mendapati kertas origami berwarna oranye dalam buku doanya. Yang mana isinya sampai sekarang masih menjadi misteri dan berusaha dia pecahkan. Jika mengingatnya, dia sendiri merasa kesal kenapa susah sekali mencari tahu isi dari origami itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI CINTA
RomansaSetinggi tembok peraturan di penjara suci Syifaul Qolbi, setinggi itu pula rasa cinta yang Aira Falikha tanamkan untuk Ustadz Fadly. Lelaki penuh wibawa dan pemilik tatapan seteduh telaga yang kerap digandrungi oleh santri-santri senior bahkan putri...