SEKUTU

77 6 8
                                    

Di tengah luapan emosi seperti bara api yang menyala kian membara membakar dinding hati membuat Kenanga merasa puas menggerakkan olah tubuhnya dengan jurus-jurus yang telah berhasil dikuasainya. Akan tetapi hanya satu kekurangannya yaitu tidak mampu mengendalikan emosi. Acapkali beda pendapat dalam pertemuan di padepokan sering membuatnya tidak sepaham dan tidak sepemikiran dengan kakak seperguruannya. Dia selalu merasa bahwa sang guru sering menunjukkan sikap pilih kasih. Walaupun itu tidak sepenuhnya benar sebab dalam hatinya telah diselimuti kedengkian yang seakan mendarah daging. Apapun yang dikatakan kakak seniornya seakan-akan selalu mendapat dukungan penuh dari sang guru meskipun gurunya tidak bermaksud seperti itu.

Kenanga yang masih fokus mengayunkan jurus pedang andalannya merasa terusik dengan kehadiran seseorang secara tiba-tiba mengejeknya entah siapa sebab tidak jelas wujudnya. Hanya suara berteriak lantang.

"Berhentilah menggerutu cah ayu! Eman-eman kalau paras elokmu hilang begitu saja," celetuknya diiringi nada sumbang terkesan meremehkan.

Kenanga berhenti sejenak dari sesi latihan jurus pedang seraya mengedarkan pandangan menjelajahi area hutan pinus seluas mata memandang. Namun nihil karena tak ada satu pun manusia selain dirinya.

"Siapa kamu? Tunjukkan batang hidungmu! Jangan menjadi pengecut yang bersembunyi seperti pencuri!" teriak Kenanga menggelegar hingga suaranya membuat pohon-pohon langsung bergetar bahkan gemetar karena aura galak bercampur amarah. 

"Cah ayu, kamu itu cantik tapi kecantikanmu bisa pudar jika sikapmu galak begitu," ejeknya lagi tanpa takut dengan ancaman  perempuan itu.

"Bedebah! Keluar kau sekarang juga dan buktikan kehebatanmu dengan berduel denganku. Jangan hanya bersembunyi!" bentak Kenanga sangat lantang namun tetap tidak digubris oleh orang tersebut.

"Memangnya kau ini siapa yang berani menyuruh orang lain seenaknya? Bahkan kau pun bukan punggawa istana bukan pula pejabat pemerintahan. Jadi jangan pernah merasa seluruh jagat buana ini adalah milikmu. Ingatlah bahwa di atas langit masih ada langit!" ucapnya lebih lantang tanpa ada keraguan. Orang aneh itu masih belum menampakkan diri. Entah di sudut sebelah mana dia bersembunyi.

"Keluar kamu pengecut! Jangan hanya sesumbar besar mulut! Hadapi aku kalau kamu memang seorang pemberani."

Tawa membahana di seluruh penjuru hutan pinus hingga menimbulkan tiupan angin kencang. Kenanga menyorot tajam menyelia ke semua sisi hutan tanda waspada kalau-kalau seseorang yang mengejeknya muncul secara tiba-tiba dan menyerang dengan cara mendadak.

"Kamu itu sudah terlatih bahkan bisa dikatakan sebagai murid terpilih. Namun sayangnya hatimu dipenuhi angkara. Ketahuilah cah ayu, semua yang kau pelajari akan membuatmu hancur sendiri bilamana bara di hatimu masih tetap kau simpan di sana," ucapnya sangat bijak.

"Siapa kau sebenarnya? Berani sekali mengguruiku. Tunjukkan dirimu dan hadapi aku sekarang juga!" tantang Kenanga berseru lantang.

"Buatku meladeni bocah kemarin sore sepertimu. Itu hanya buang-buang waktu. Lagi pula kemampuanmu baru seumur jagung yang menganggap air dalam kobokan seolah-olah samudra. Satu hal yang harus kau ingat, jumawa itu bukan hal yang baik dan bisa menghancurkanmu sewaktu-waktu."

"Jangan banyak bicara, Kisanak! Keluar dan tunjukkan dirimu!" marah Kenanga sudah tidak terbendung lagi.

Dengan gerakan meringankan tubuh yang dikuasainya, dia sangat lincah membawa badannya terbang ke udara dengan ringan seperti kapas. Memainkan kelihaian jurus pedang dengan gerakan gemulai nan anggun. Terbang lalu bergerak ke depan dari atas ke bawah menukik dengan tajam. Mengeluarkan tenaga dalam yang tersembunyi dibalik jurus andalan yang mematikan hingga menimbulkan suara ledakan. Pohon-pohon seketika tumbang dan daunnya jatuh berguguran. Angin pun turut berhembus kencang diiringi suara tawa bergaung di seluruh penjuru hutan pinus seperti tadi yang berefek pada getaran pohon-pohon yang ikut bergoyang ibarat orang mabuk bergerak sempoyongan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PURNAMA   DI  NEGERI  DAHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang