WANITA MISTERIUS

52 6 0
                                    


Candra melangkahkan kaki lebar-lebar menuju ke dapur untuk mencari sang kakak. Raut kekhawatitan terlukis jelas pada wajah pemuda itu. Segala pikiran negatif berkecamuk memenuhi benak.

"Kak Dev!" panggil Candra berteriak menggema memenuhi ruangan dapur agar Devi mendengar seruannya.

Devi yang ternyata berada di kamar mandi baru saja keluar dari sana menatap bingung ke arah sang adik.

"Ada apa sih, Ndra? Teriak-teriak manggil orang kayak di hutan. Emang Kamu Tarzan," ketus Devi berjalan menghampiri Candra.

Candra langsung mendekati Devi  memegang kedua lengan sang kakak sambil celingukan ke kiri dan ke kanan guna memastikan sesuatu.

"Ada apa sih, Ndra? Kamu barusan lihat setan apa gimana?"

Candra menggelengkan kepala.

"Kak Dev. Mulai sekarang, kalau lagi sendirian di rumah. Tutup semua pintu dan jendela. Jangan lupa gordennya juga ditutup," peringat Candra dengan mode serius dengan raut tampak was-was.

"Kamu kenapa sih, Ndra? Kalau ngomong tuh yang jelas. Emang ada apa sebenarnya?" tanya Devi  penuh rasa keingintahuan.

"Kayaknya nggak aman kalau Kak Dev sendirian di rumah," jujur Candra.

"Nggak aman gimana maksudnya?" bingung Devi.

"Yang jelas Kak Dev mesti hati-hati."

"Kamu hari ini aneh banget sih, Ndra."

"Emang rumah kita ada maling atau ada rampok gitu? Lagian apa yang mesti dirampok sama maling? Kita juga nggak ada barang berharga di rumah ini," papar Devi.

"Bukan soal itu, Kak Dev."

"Lantas apa?" Devi masih terlihat bingung tercetak jelas di wajahnya.

Candra masih betah memegang dua lengan sambil menggoyangkan ke kiri dan ke kanan.

"Aduh, Ndra. Ini lenganku kamu apain? Bisa lepas nih?" ketus Devi karena tingkah Candra kelewat aneh.

"Iya aku tahu ini, kan lengan kak Dev. Bukan lengan lepasan manekin."

"Enak aja lenganku disamain sama punya boneka. Bagusan juga punyaku. Udah lepasin, sakit tahu!"

"Giniloh, Kak. Rumah kita udah nggak aman."

"Nggak aman gimana maksudnya?" bingung Devi.

"Ada yang ngintai rumah ini, Kak."

"Halah palingan juga dugaanmu aja," sanggah Devi.

"Beneran Kak."

"Tahu darimana Kamu, Ndra?"

"Kayaknya ini ada hubungannya sama karya baru yang sedang aku tulis, Kak."

Devi menepuk jidat karena tidak habis pikir dengan kelakuan tingkah aneh Candra yang semakin hari semakin tambah tidak jelas menurutnya.

"Ya ampun, Ndra. Itu, kan cuma fiksi dan dunia halu. Jangan dibawa ke real life dong. Bisa-bisa kamu mengidap penyakit mental seperti deviasi akut. Apa perlu besok aku antar ke psikiater agar otakmu nggak oleng?" usul Devi.

"Aduh, Kak Dev. Aku tidak sedang berkhayal. Percaya padaku kenapa susah coba? Aku jujur apa adanya, Kak," serius Candra.

"Tapi halu-mu itu jangan diomongin sama orang lain selain aku. Nanti Kamu malah dikira sinting sama orang-orang, Ndra."

"Please deh, Kak. Aku serius," mohon Candra.

"Dengar ya, kita bahas ini besok aja. Aku udah capek nggak bisa mikir, oke." Devi menutup obrolan mereka.

PURNAMA   DI  NEGERI  DAHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang