MIMPI YANG ANEH

266 22 14
                                    

Di sebuah hutan belantara dikelilingi pepohonan tinggi menjulang dengan sinar mentari yang terasa terik meskipun masih pagi karena berada di musim pancaroba yaitu peralihan antara dua musim yaitu dari musim hujan berganti kemarau. Di sebuah tempat yang jauh dari pemukiman penduduk ada kegaduhan yang terjadi di antara dua orang gadis yang berpakaian serba putih nampak anggun dengan pakaian kuno ala jaman kerajaan. Mereka sedang bertikai satu sama lain.

Sebenarnya salah seorang gadis hanya berusaha membela diri dari serangan demi serangan yang tertuju padanya. Entah karena sebab apa gadis itu diserang dengan sangat membabi buta oleh perempuan yang usianya terpaut dua tahun di atasnya. Alasan apa yang melatar belakangi pun, ia tidak mengerti. Padahal mereka berasal dari perguruan yang sama. Dengan masih bersusah payah gadis yang diserang itu masih berusaha menghindari serangan yang bertubi-tubi dari kakak seperguruannya.

"Hiiiaattt ... slur ... slur ..." kakak seperguan gadis itu melemparkan selendangnya ke arah adik seperguruannya.

Adik seperguruannya itu menangkis selendang panjang yang akan membelit tubuhnya. Dengan gerakan gesit ia memainkan pedang. Sang adik seperguruan mengarahkan pedang itu tepat di tengah selendang seraya terbang bergerak lincah ke depan merobek selendang yang akan membelit tubuhnya dari kedua sisi. Selendang penjang itu sobek -sobek seukuran kain perca berhamburan. Sang kakak seperguruan menyeimbangkan tubuhnya dan melakukan gerakan memutar. Ia mengganti strategi untuk melumpuhkan lawan. Sebelum jurus ketiga akan dilayangkan pada sang adik sebuah suara menjeda perkelahian mereka.

"Hentikan pertarungan kalian! Apa-apaan ini? Apa yang sedang kau lakukan terhadap Dinda Galuh? Kenapa tiba-tiba kau menyerangnya?" tanya seseorang yang baru tiba di sana.

"Tanyakan saja pada Dinda Galuh sendiri. Tentang apa yang sudah diperbuatnya, Yunda Setyawati, " pekiknya marah.

Perempuan yang bernama Setyawati pun menoleh ke arah gadis yang bernama Galuh menatap penuh tanya karena tidak mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi. Galuh pun menghampiri kakak seperguruannya yang baru tiba di tempat itu setelah menyarungkan pedangnya.

"Saya sendiri tidak mengerti kenapa Yunda Kenanga Pusparini tiba-tiba menyerang saya tanpa alasan," bela Galuh masih dalam ketidakpahamannya.

"Masih berani, Kamu berkilah setelah apa yang Kamu perbuat mencoreng nama baik perguruan. Bahkan jika guru tahu perbuatanmu pasti beliau akan menghukummu," teriak Kenanga.

"Tunggu dulu Kenanga! Jangan tergesa menyimpulkan sesuatu hal yang tidak Kamu tahu. Lagi pula Kamu bisa bertanya baik-baik sebelum bertindak gegabah," nasehat Setyawati berusaha menengahi ketegangan yang terjadi di antara keduanya.

"Ingat pesan guru kita, bahwa semua murid di Perguruan Cempaka Putih adalah saudara. Aku berharap kalian tidak lupa akan hal itu," ujar Setyawati dengan bijak menatap bergantian ke arah dua adik seperguruannya.

"Saya harap Yunda Setyawati lebih bijak dengan tidak membela seorang pendosa seperti dirinya," geram Kenanga masih menuding Galuh.

"Tunggu Yunda Kenanga! Kenapa Yunda menuduh saya seperti itu seolah saya melakukan kesalahan besar," kilah Galuh tidak terima dituduh sembarangan.

"Masih berani Kamu mengelak. Setelah aku memergokimu memberikan mutiara keabadian untuk laki-laki yang bahkan tidak Kamu kenal," ucapnya lantang.

"Tunggu Dinda Kenanga! Jelaskan apa maksud ucapanmu?" tanya Setyawati.

"Tanyakan saja pada Dinda Galuh sendiri karena dia lebih tahu," tunjuk Kenanga dengan suara kian meninggi.

"Benarkah Dinda Galuh? Katakanlah dengan jujur?" tanya Setyawati menatap ke arah Galuh.

Galuh terdiam masih mencerna pernyataan yang dituduhkan padanya. Ia menghela napas sejenak. Perlahan mengalirlah sebuah cerita di bibir Galuh dengan begitu lancar. Ia memang baru saja menolong seseorang yang memang membutuhkan bantuannya sebab lelaki itu terkena panah beracun saat berusaha melindunginya ketika gadis itu dikeroyok oleh empat orang pendekar persilatan. Empat pendekar itu memiliki ilmu kanuragan yang tidak bisa diremehkan. Tapi dengan liciknya mereka menyerang dengan senjata rahasia.

PURNAMA   DI  NEGERI  DAHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang