12. Black bracelet

23 8 0
                                    

Hadiah pertama, hal yang Eca berikan adalah bukti bahwa dia ingin mengenal kak Afandi lebih jauh, setelah Eca memberi barang tersebut, dia dan kak Afandi melanjutkan perbincangan lewat chat akun yang Eca buat, di dalam percakapan tersebut, Eca mengungkapkan bahwa dia ingin mengobrol dengan kak Afandi, tetapi dia terkadang takut dan malu, namun kak Afandi selalu mengatakan bahwa tidak apa-apa, karena mereka bisa juga saling mengenali dan mengetahui satu sama lain.

Dalam perjalanan untuk balik ke kelas, Eca dan Renata kerap berbincang, Eca hanya tersenyum dan tidak bisa merespon Renata dengan jelas karena dia sedang salah tingkah, setibanya di kelas, Eca memberitahukan teman-temannya bahwa dia berhasil memberikan hadiah tersebut.

"CUY, GUE NGASI BARANG KE KAK AFANDI." Ucap Eca sambil membuka pintu kelas.
"WOI CA, DIKIRA SEKOLAH PUNYA BAPAK LO KAH?" balas Justin karena dia terbangun dari tidurnya akibat suara Eca.
"Wkwkwk, ya maaf dehh, habisnya lagi seneng nih guee." Jawab Eca.
"Hadeh, emangnya kenapa? ada apaan?" tanya Justin.
"Gue ngasi barang ke kak Afandi, trus dia ngajak ngobrol gitu, bilang makasih." Balas Eca dengan tingkahnya yang masih salting.
"Barang apaan dah?" tanya Justin seraya mengangkat kepalanya.
"Makanan gitulah, seneng banget gue yeyyyy." Balas Eca dengan tersenyum.

Eca terus terbayang akan kejadian tadi.

"Buset, 4 sehat 5 sempurna amat Ca." Jelas Justin.
"Wkwkwk, gapapa lah, jadi makin suka gue." Balas Eca.
"Makin suka mah gapapa, tapi hati-hati Ca, ntar kalau dia tiba-tiba ada cewe atau gimana lu bisa sakit banget, jangan terlalu dalam jatuhnya." Jawab Justin sambil meletakkan kepalanya kembali ke meja.
"Iyaa aman aja, gue gabakal kenapa-napa." Sambung Eca.

Sejujurnya, Eca juga takut akan hal tersebut, dia takut jika tiba-tiba kak Afandi mempunyai seseorang yang dia sayang, bagaimana Eca bisa merespon semuanya dengan embel-embel  baik-baik saja kalau dia harus membohongi dirinya sendiri. Tetapi, dia akan menerima saja apapun itu kedepannya, karena tidak mau memikirkan hal-hal yang membuat dia sedih, akhirnya dia pergi ke meja teman-temannya dan memberi tahu akan hal tersebut, kepada Caca, Michelle, dan Biel.

"Bro, pada mau tau sesuatu gaa?" tanya Eca sambil duduk di sebelah Biel.
"Tau apaan nih?" balas Biel.

Caca dan Michelle pun ikut memperhatikan Eca.

"Gue. Habis. Ngasi. Kak Afandi. Hadiah." Jawab Eca seraya perlahan agar teman-temannya mempunyai rasa ingin tahu lebih.

"HAH HADIAH APAAN?" balas Biel  dengan suara lantang.
"Buset dah, kebiasaan lu mah, santai aja wir." Jawab Eca sambil mengatup mulut Biel.
"Ntar dulu woy, hadiah apaan Ca? emangnya dia lagi ultah kah?" tanya Michelle.
"Gue kasih makanan hehehe, gue ngeliat kemarin lucu juga kalau dikasih, dia lucu banget." Jawab Eca dengan tersenyum.
"Buset, dipepet abis cok." Balas Caca.
"Iyalah, gue pokoknya harus gunain kesempatan sebisa mungkin, biar ga nyesel bro." Balas Eca.
"Kesempatan sih kesempatan ya, tapi ya jangan suka banget, ntar kalau dia ada cewe bisa galau berat ntar." Jawab Biel seraya menyenderkan diri di bahu Eca.
"Iya ah santai aja, tadi Justin juga bilang gitu sih, pokoknya santai aja." Jelas Eca.
"Semoga jadian deh, sekarang deketin dulu." Balas Michelle.
"WADUH DOA PALING SERIUS SIH INI." Sambung Eca tentunya dengan tersenyum.

Teman-teman Eca membalas dengan senyuman saja, mereka semua juga mendukung atas apa yang Eca lakukan, mereka percaya bahwa nantinya semua akan berjalan baik bagi Eca maupun kak Afandi, karena semuanya berawal dengan baik maka nantinya juga akan berakhir baik pula. Semenjak Eca hari itu, Eca selalu berkomunikasi dengan kak Afandi setiap harinya, dia mengatakan apa saja yang terjadi di harinya, bahagia maupun sedih yang dia rasa.

Setiap hari selalu seperti itu, sampai akhirnya Eca merasa nyaman di dekat kak Afandi, dia suka versi atas dirinya di sekitar lelaki itu, Eca tentunya tidak tiap hari bisa melihat kak Afandi, karena mereka berbeda sesi yakni pagi dan siang namun tak jarang juga Eca menangkap visual kekasihnya tersebut. Sehingga, setelah beberapa hari Eca pergi ke kelas Jordan dan memberitahukan semuanya, karena sejak dia confess meskipun mereka kelasnya berdekatan, tetapi dia tidak sesering itu bertemu dengan Jordan.

"Siang bro, pakabs nich?" tanya Eca seraya duduk di kursi sebelah Jordan.
"Tumben lu, ada apaan?" balas Jordan dengan mata sinis.
"Wkwkwk, mau cerita dong." Jelas Eca sambil menyender di bahu Jordan.
"Giliran ada maunya aja, gue dibaikin, dipeduliin, coba kalau kaga, mana ada." Balas Jordan.
"Yaudah sih, lu mau tau dari yang mana nih? dari akunnya atau langsung?" tanya Eca.
"Akun dulu dah." Jawab Jordan.
"Nah pinter, jadi gue udah confess ke kak Afandi, dan respon dia tuh kayak oke-oke aja gue suka, dan gue juga bisa ngobrol sama dia disitu." Jelas Eca.
"Buset, kagak bisa emang ni cewe, gue kirain mau bentaran dulu, eh udah ngomong aja." Balas Jordan sambil mendorong kepala Eca.
"Idih, ntar kalau kelamaan nyesel loh guenya, mendingan gue to the point masbro." Jelas Eca yang kini menggantikan tangannya sebagai tumpuan dagunya.
"Bukan masalah nyesel cok, kita baru masuk, belum juga dua bulan, udah suka aja lu sama orang baru." Balas Jordan.
"Emangnya salah? kan engga, daripada gue nge-stuck sama yang lama." Jawab Eca.
"Cih, orang kalau lagi suka emang mau dibilang sama se-indonesia, juga gabakal denger sih." Balas Jordan.
"Hehehe, trus yang kedua soal langsungnya nih." Jelas Eca.
"Hmm apaan lagi tuh?" tanya Jordan.
"Gue ngasi kak Afandi hadiah wkwkwk, kayak makanan gitu sih, trus dia makasih tapi kayak nyamperin gue gitu, kita ngobrol coyy." Jelas Eca dengan tersenyum.
"HADIAH? NGAPAIN? EMANG DIA ULTAH KAH?" respon Jordan dengan suara lantang.
"Ya kagak lah, ga ultah, gue cuman pengen ngasih aja." Balas Eca.
"Baru kali ini gue ngeliat lo secinta itu sama orang, kayak bukan Eca yang gue kenal dah." Jelas Jordan seraya memperhatikan Eca.
"Biasa aja kali, tapi emang sih, sejujurnya gue baru pertama kali sesayang ini sama orang." Balas Eca.
"Iyakan? dikira gue baru kenal lo sehari apa?gue berharap lo kalau sakit hati gegara dia, gabakal lama ya Ca." Jelas Jordan.
"Ya kalau semisal dia tiba-tiba ada cewe juga ya mau gimana, emang haknya dia itu, tapi pasti gue sakit hati banget." Balas Eca.
"Tapi sekarang kan aman-aman aja nih, bebas deh mau ngasi apaan kek, buat apa kek, terserah lo dah, tapi kalau dia udah ada cewe, berarti harus berhenti." Jawab Jordan.
"Gue tau kalau gitu, tapi takutnya pas udah kejadian gue malah gabisa lupain dia." Jelas Eca.
"Ga semua hal itu gampang, gapapa lah kalau lu nantinya bakal gitu, semuanya bakal hilang juga sih, jadi ya lu harus sabar." Balas Jordan.
"Udah pernah sih dulu, tapi gue gapernah senyaman ini sama orang, makanya gue juga jaga-jaga aja, cuman ya bodo amat lah." Jawab Eca.
"Untuk sekarang nikmatin aja Ca yang ada, masih bisa komunikasi sama dia, ngasih ini itu, syukurin aja dulu, kita gatau kedepannya kayak apa kan?" balas Jordan.
"Waduh okedeh, emang paling bisa lu bikin gue semangat wkwk." Jelas Eca.
"Yaelah, gue ngomong ya fakta ajasih, semua masanya." Balas Jordan.
"Wkwkwk, siap deh, i'll be fine." Jelas Eca.
"Sok Inggris amat lo, dah ah gamau balik kelas kah dik?" tanya Jordan.
"Buset, ngusir gue lo?" tanya Eca.
"Gue ga ngusir ego, udah jam berapa ini, apa nanti ga gigit lo sama guru di kelas?" tanya Jordan.
"Iya juga sih, dah gue balik dulu." Jawab Eca.

Jordan pun hanya membalas dengan anggukan, dalam perjalanan Eca balik ke kelas, dia terus memikirkan perbincangan dia bersama Jordan, menurutnya jika dia tidak bisa berdamai nanti maka semuanya akan menjadi sia-sia. Wanita tersebut bersyukur dengan kehadiran kekasihnya itu, tetapi disisi lain dia juga takut kalau saja orang yang dia sayang tiba-tiba membuat dia merasakan sakit hati yang paling dalam. Namun, masih lebih banyak pikiran Eca bahwa ini sebuah masih permulaan, tidak ada yang tau kedepan akan seperti apa, apakah mereka akan menjadi semakin dekat, apakah mereka akan berubah menjadi dua orang asing, atau apapun itu tidak ada yang tahu, yang bisa dilakukan oleh Eca adalah bersyukur atas segala momen diantara dia dan kak Afandi, tentunya dia berharap agar hal tersebut bisa selamanya terjadi di hidupnya.

Seperti yang sudah Eca katakan, dia akan selalu berusaha akan bisa dekat dengan kak Afandi. Sehingga, Eca berpikir agar memberikan kak Afandi gelang, karena menurutnya jika dia memberikan gelang kepada kak Afandi, barang tersebut bisa selalu dipakai, dia juga yakin bahwa kak Afandi akan menerima gelang yang dia berikan, singkatnya Eca ingin couple-an gelang dengan lelaki itu, dengan yakin Eca akan memberi apa yang dia ingin berikan. Tentunya, Eca meminta bantuan dari Tio, Eca sangat bersyukur karena bisa berkenalan dengan orang sebaik Tio, dengan hati yang lega akhirnya gelang tersampaikan di kak Afandi, dia memakai gelang itu, selalu sama setiap hari, sejauh mata Eca memandang, gelang hitam itu terpasang rapi di tangan Afandi.

Semestaku, Afan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang