25. I still love you bastard

41 4 0
                                    

Penyesalan memang selalu datang pada akhir, yang awalnya kita ingin menjadi 'obat' bagi dirinya malah menjadi penguat untuk semakin asing. Diri ini tak kuasa menahan segala kenyataan yang harus dihadapi, kita menjadi asing karena takdir atau sikap diri ini yang terlalu egois? sejujurnya tidak ada niat sedikitpun untuk membuatmu merasa tidak dihargai akan sikapku yang berlebihan, aku ingin kamu merasakan bahwa hanya aku saja yang peduli pada dirimu, hati ini terlalu ingin disayang seperti kamu berlaku pada orang lain. Jika waktu bisa diputar, aku juga tidak akan pernah berkata seperti itu kepada dirimu, aku tidak mau menjadi seburuk itu pada hubungan kita sejatinya aku memang salah dalam bersikap tidak baik kepadamu. Tetapi, aku berbuat seperti itu karena memang terdapat luka dalam lubuk hati ini, tidak ada hal yang bisa kupertahankan dari apa yang terjadi selama ini pada kita berdua, pada akhirnya jalannya tetap saja berbeda. Namun, mengapa aku harus kembali disaat hati ini sudah sembuh? aku memang naif untuk kali ini.

Pikiranku terlalu liar untuk menanggapi dirimu, aku lelah untuk mencintaimu tetapi tidak untuk melepaskanmu, rasanya terlalu susah agar aku bisa berusaha menjadi orang yang tidak peduli akan segala hal, aku hanya ingin rasa ini terbalaskan. Hati ini terlalu susah jika tidak ada dirimu, orang yang selalu bersamaku setiap harinya, tiba-tiba pergi tanpa kabar dan tidak akan kembali lagi. Apapun usaha yang aku lakukan itu hanya memperburuk pikiran dirimu terhadap pribadiku, aku minta maaf atas segala hal buruk dari diriku kepada dirimu semestaku, aku hanya sangat sayang pada pribadi indahmu.

Setelah Eca mengirim bubble chat yang terakhir, dia tidak merasa bersalah sedikitpun atas beberapa umpatan yang dia berikan, justru menurutnya hal tersebut adalah sebuah kepuasan bagi dirinya karena berani mengungkapkan apa yang sudah menjanggal hatinya selama ini. Namun, ternyata kata-katanya berdampak sangat buruk. Beberapa hari setelah Eca bersikap demikian, Justin menunjukkan layar instagramnya dan disitu ada akun Afan, terlihat lelaki tersebut sedang memposting sepeda motornya yang baru.

"Ca, liat dah motor laki lo, bagus amat." Ucap Eca seraya menunjukkan telepon selulernya.
"Eh iya? ntar gue liat di handphone gue." Jelas Eca sambil ikut melihat.

Namun, dia mulai merasa janggal, akunnya Afan tak kunjung dia temui, pikirnya mungkin saja aplikasinya sedang eror atau bagaimana, tetapi setelah dipikir-pikir ternyata sudah jarang terlihat akun Afan berkeliaran di halaman Instagram Eca.

"Udah? lama bat dah." Sambung Justin.
"Kok akunnya ga ketemu ya? gue unfollow kah?" tanya Eca.
"Hah? masa sih? coba siniin gue cek." Sambung Justin seraya mengambil telepon seluler milik Eca.

Setelah dicari-cari memang tidak terdapat akun Afan di halaman akun Eca, dan Justin juga menatap bingung pada Eca, seakan-akan dia memikirkan hal yang sama dengan Eca dan hal tersebut sangat buruk.

"Ntar deh Ca, kalau di unfollow pasti dicari lagi ada, inimah kagak, lu abis ngapain?" tanya Justin.
"Hah? kagak cok, napasi." Jawab Eca.
"Inimah di-block Ca, kok gaada dah." Sambung Justin sambil mengarahkan handphone ke depan Eca.
"Palingan eror ga sih? ntar sampe rumah deh siapa tau jaringan disini jelek." Balas Eca.

Sebenarnya, meskipun Eca membalas pembicaraan dengan begitu santai, dalam lubuk hati yang terdalam dia juga panik, dia memikirkan bahwa semua ini adalah salahnya. Dalam hati dia berpikir apakah kemarin dia terlalu kasar pada Afan, apakah kata-katanya melukai hati lelaki itu? namun Eca hanya bertanya-tanya dalam kebingungannya pada saat itu.

Seusai perbincangan tersebut, Eca pergi ke Biel dan mulai meminta pendapat temannya itu. Dalam perbincangan mereka, Biel juga berpendapat yang sama atas apa yang dikatakan oleh Justin. Bahwa pada dasarnya, memang seperti sudah di cut off dari keterangan yang mereka perhatikan. Eca mulai merasa bersalah, dia bingung akan apa saja yang dia rasakan ada bingung, sedih, takut, marah, semuanya menjadi satu. Eca akhirnya memilih menjelaskan semuanya yang terjadi kepada Biel.

"Bi, sebenarnya gue mau jujur, kayaknya ini gara-gara kemarin gue ngomong kasar deh." Ungkap Eca pada Biel.
"Apaan? lo ngapain?" tanya Biel.
"Gue kemarin ngehubungin Afan lagi, soalnya waktu itu Justin bilang sama gue dia kayak sendiri kayak galau, gue pengen nge-heal dia. Tapi masalahnya gue malah kesel duluan." Jelas Eca.
"He'eh trus?" sambung Biel.
"Ya habis itu gue rada ngomong kasar gitu, kasar banget sih." Jelas Eca seraya menunjukkan isi chat yang dimaksud.

Disaat Biel melihat, dia merasa kaget, dia memang tahu mulut Eca sebegitunya namun dia tak menyangka Eca bisa seberani itu pada Afan. Notabenenya disitu Eca adalah adek kelas, dan Afan adalah kakak kelasnya. Namun mengapa dirinya sangat biasa saja disaat jemarinya mengetik kata-kata itu.

"Woi Ca, lo udah gila ya? kasar banget itu ngomongnya." Balas Biel.
"Iyakah? biasa juga gue misuh-misuh kadang, tapi kenapa dia marahnya yang ini ya?" sambung Eca.
"Dih udah miring, ya lo mikir Eca kalian lagi serius bahasannya, masa dia nganggep bercanda?" jawab Biel.
"Justru biasanya kalau gue nganggep serius nanti dia bilang biasa aja." Jelas Eca.
"Jadi ga ngerasa bersalah? iya?." Sambung Biel.
"Ya salah Bi, udah ga dianggap guenya." Balas Eca.
"Goblok sih, emangnya kenapa lo kasar gitu?" tanya Biel.
"Ya waktu gue ngomong gitu kenapa balasnya mereka gaada apa-apa coba? jadi selama ini gue salah paham? gue berusaha move on tapi kenapa malah balik sih." Jelas Eca.
"Itu karena lo gamau, kalau mau pasti gabakal peduli Ca." Respon Biel.
"Trus ini gimana? gue minta maaf aja kah?" tanya Eca.
"Mending kasih waktu dulu Ca, seminggu kek baru dihubungin lagi, takutnya dia makin kesel sama lo." Balas Biel.
"Aduh, yaudah deh kalau gitu, gapapa deh." Sambung Eca.

Seusai Eca memberitahukan Biel, akhirnya dia melanjutkan sekolah seperti biasa, namun dia memang sejujurnya sangat kesal dengan Afan, mengapa lelaki tersebut bersikap seolah-oleh mereka tidak terjadi apa-apa? sungguh Eca sangat benci dengan hal tersebut. Namun, sejujurnya dia juga merasa bersalah dan menyesal akan apa yang dia lakukan, setelah kejadian itu setiap kali Afan melihat Eca dia menatap dengan tatapan yang kurang nyaman bagi Eca, seolah-olah dia memang tidak suka dengan Eca.

Hari-hari pun berlalu, Eca semakin asing dengan Afan namun lelaki itu malah dekat kembali dengan mantannya yang dulu, di kesempatan ini Eca merasa sangat sedih dan marah disaat yang sama, dia benci sekali atas apa yang dilakukan. Karena mereka sudah terlanjur jauh, akhirnya setelah seminggu Eca meminta maaf pada Afan. Tetapi, tentunya sesuai tebakan Eca lelaki itu tidak mau memaafkan Eca, dia tidak mau merespon apalagi melihat Eca. Pandangan itu yang awalnya berbuih cinta kini hanya terisi kebencian, tentu Eca selalu berharap Afan bisa memaafkannya. Sayangnya, semua hanya sia-sia semakin menjauh Eca malah tidak bisa melupakan Afan, tetapi hal tersebut tidak akan berdampak pada Afan, pada saat meminta maaf Eca hanya berharap suatu saat nanti Afan bisa benar-benar memaafkannya. Eca tidak ingin banyak hal, dia hanya ingin Afan tidak mem-blockir akunnya lagi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semestaku, Afan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang