06. Who's her?

55 18 4
                                    

'kira-kira kak Afandi lombanya apa ya'

Gumam Eca di dalam hati.

Kita semua tahu bahwa Eca ingin mengetahui apa lomba yang diikuti oleh kak Afandi, Eca juga sudah bertanya ke Justin, tetapi tetap saja belum ada respon darinya. Oleh karena itu, akhirnya Eca mulai menunggu dari hari ke hari sampai beberapa lomba sudah mulai terlaksanakan, mulai dari menari, PBB, estafet, serta sampai ke tarik tambang. Pada hari lomba tarik tambang berlangsung, Eca dan teman-temannya pergi menonton, karena teman laki-laki mereka sedang mewakili kelas untuk mengikuti lomba tersebut. Disaat semuanya sampai ke lapangan, salah teman Eca yang kita semua kenal yakni Michelle datang menghampiri Eca dan menyampaikan bahwa dia melihat kak Afandi di ujung lapangan.
"Woi Ca, gue ngeliat crush lu noh, di ujung lapangan." Jelas Michelle seraya menepuk bahu Eca.
"Hah, dimana?" tanya Eca seraya menoleh ke arah Michelle
"Itu loh, dia ikut tarik tambang ternyata, ga heran sih, badan dia udah pas banget itu." Sambung Michelle sambil tersenyum ke arah Eca.
"WADUH, GANTENG BGT SAYANG AKU." Ucap Eca seraya menarik-narik baju Michelle.
"CA, ASTAGA GILA YA LO." Sambung Michelle sambil menutup mulut Eca.

Seketika mereka berdua menjadi perhatian sekitar, akhirnya Eca juga menyadari hal tersebut dan langsung terdiam.

"Aduh maaf yah, hehehe ini temen gue rada-rada." Ucap Michelle sambil menutup wajah Eca dan agak menjauh dari keramaian.

"Chel, pengen deh foto kak Afandi itu, ala-ala paparazi gitu lah." Jelas Eca seraya berjalan mendekat ke arah tarik tambang.
"Yaudah, mau kan? siniin handphone lo biar gue foto." Sambung Michelle seraya mengambil telepon seluler Eca.
"Hehehe, bantuin ya chell, asal jangan keliatan banget paparazi ya." Ucap Eca sambil memberikan handphone-nya

Ternyata ucapan Michelle tidak bisa dipegang, pada dasarnya dia sudah sangat ingin Eca bisa lebih dekat, sehingga disaat dia mengambil beberapa potret tersebut, terkesannya bukan paparazi tetapi dengan sengaja untuk difoto. Eca yang berada di belakangnya juga ikut panik akibat hal itu.

"Eh, eh lo foto tapi jangan deket gitu chell." Jelas Eca seraya menurunkan arah tangan Michelle.
"Dah diem aja lo, santai aja kali wir." Sambung Michelle dengan santai.

Tetapi, sepertinya kak Afandi bersama seorang teman di sebelahnya tersadar akan kamera Michelle, sehingga di beberapa potret tertangkap mereka berdua sedang melihat dengan jelas. Eca sudah sangat panik keliatannya pada saat itu, karena cara foto Michelle yang begitu berani, membuat Eca berpikir juga untuk berada di dekatnya, bukan ingin meninggalkan Michelle, tetapi dia takut saja kak Afandi menerka-nerka bahwa dia yang meminta tolong sahabatnya tersebut, namun nampaknya kak Afandi juga sadar.
"Chell udah ah, mundur sini jangan disitu." Ucap Eca seraya menarik tangan Michelle.
"Noh laki lo, bilang apa dulu dong." Sambung Michelle dengan senyum mengejek.
"Iye makasih ya, bodo amat deh mereka mau sadar apa kagak, intinya dapet foto wir." Jelas Eca sambil berlagak dengan melihat foto tersebut.

Setelah itu, mereka semua menyaksikan lomba tarik tambang, disitu nampak bahwa kelas kak Afandi sangat kuat, mereka memiliki postur tubuh yang tinggi, tegap, serta berisi. Mereka semua terlihat mirip di mata Eca, bedanya cuman tinggi saja. Meskipun seperti itu, tentu Eca mengingat yang mana pujaan hatinya tersebut, dalam hati Eca dia ingin sekali mendukung disaat kelas kak Afandi sedang lomba, tetapi dia sedikit malu serta takut saja jika tiba-tiba kak Afandi mempunyai pujaan hati. Namun, ternyata tidak ada yang bisa menghalangi Eca, dia menjadi yang paling bersemangat untuk mendukung kelas kak Afandi dengan selalu tersenyum, seperti yang kita tahu bahwa lomba tersebut berada di lapangan, sudah pasti sangat terik disana, namun hal tersebut tidak akan menghalangi Eca dalam mendukung seseorang yang dia cintai itu.
Terhitung sudah beberapa babak kelas kak Afandi menang, dan Eca selalu setia berada disisi pendukung mereka, sempat beberapa kali kak Afandi menoleh ke belakang dan tak sengaja eye contact dengan Eca, tentunya Eca tersenyum tetapi sepertinya kak Afandi sedang sangat serius sehingga tidak menggubris atas keberadaan Eca disitu. Tetapi, buat Eca itu tidak menjadi masalah karena kak Afandi juga sedang memperjuangkan kelas mereka, namun ternyata kelas yang melawan kak Afandi disaat final terhitung curang, karena mereka meminta bantuan dari orang lain di dekat penonton mereka. Namun, tidak ada yang menyadari hal tersebut dan lomba pun terus berlanjut, sampai akhirnya kak Afandi dan teman-temannya kalah dalam babak final dan mendapat juara dua, meskipun begitu Eca sudah merasa bangga atas pencapaian lelaki tersayangnya itu, karena setelah lomba tersebut tangan mereka semua terkelupas dan luka karena gesekan dan lawan yang semena-mena terhadap mereka.
[8/23, 22:39] kirenea '15: Meskipun seperti itu, tetap saja kak Afandi adalah pemenang di hati Eca, mereka sudah melakukan yang terbaik untuk kelas mereka sendiri, dan itu sangat keren menurut Eca, sehingga dia tidak terlalu peduli atas menang atau kalah-nya, asalkan kak Afandi dan teman-temannya bisa diobati terlebih dahulu. Seusai lomba tersebut, tepat pada keesokan harinya bertepatan dengan bertambahnya umur negara tercinta kita Indonesia. Sehingga, sekolah Eca memberikan pemberitahuan bahwa mereka harus menggunakan pakaian adat, mereka semua akhirnya datang ke sekolah dengan berbagai macam motif, tentunya Eca juga datang dengan pakaian adatnya.

Sesampainya di sekolah, dia bertemu dengan Justin dan mereka memulai perbincangan.

"Woi Ca, buset bagus amat tuh baju." Ucap Justin seraya memperhatikan baju Eca.
"Aduh jadi salting deh, baju lo juga bagus, mas-mas Jawa abis sih kak." Sambung Eca.
"Wkwkwk, ini kelas kita pada kemana ya? sepi amat." Tanya Justin seraya berkeliling area jalan kelas mereka.
"Mana gue tau dah, seinget gue, ada juga yang pergi upacara di kantor gub bro." Ucap Eca.
"Oiya ya, gue lupa, cowo lu juga kesana wir." Sambung Justin dengan nada mengejek.
"Emang cowo gue sih, tau gitu gue ikut kesana aja." Jelas Eca sambil terus mengikuti Justin.
"Buset, ntar gabisa pakai ni baju adat Ca, emang mau lo?" tanya Justin sambil menunjuk-nunjuk baju Eca.
"Hehehe, gamau, mau pakainya ini, siapa tau ntar bisa foto bareng sama kak Afandi." Ucap Eca sambil tersenyum.
"Hadeh, lu udah tau belum? katanya dia udah pacaran sama anak paskib tau." Sambung Justin sambil memasang muka serius.
"Ah yang bener? jangan-jangan deket aja, soalnya kan dia friendly juga anaknya." Ucap Eca dengan yakin.
"Gue ngomong kayak gini karena gue yang tiap hari ama tu anak, lagian lu masih inget ga, temen gue yang suka sama dia? yang kata gue dipepet terus, itu udah yang anak paskib ini." Jelas Justin.

Eca seketika terdiam, dia memikirkan bahwa apakah hal tersebut benar adanya, tetapi Eca tidak tahu siapa perempuan itu, Eca sungguh ingin tahu, dia merasa cemburu karena perempuan itu bisa dekat dengan kak Afandi.

"Nyenyenye, nipu aja lo, gapercaya gue." Jawab Eca berusaha menguatkan dirinya.
"Dih yaudah, kalau ntar liat mereka fotbar ya, jangan sedih aja lo." Sambung Justin

Eca pun hanya mengangguk dengan tanda dia mengerti akan hal tersebut.

Upacara pun dimulai, mereka semua mengikuti upacara dengan sangat antusias, terlihat indahnya dimana para paskibraka masuk dan memulai baris-berbaris, serta disaat Bendera Merah Putih telah dinaikkan di atas tiang, sebagai tanda bahwa negara kita masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk menambah umurnya. Setelah itu, Eca masih terus kepikiran 'apa bener ya mereka udah jadian? kok sakit sih' gumam Eca. Disaat teman-teman Eca sedang sibuk mengambil potret foto, Eca hanya berdiri terpaku pada satu titik, dia berusaha menguatkan dirinya, tetapi ternyata kata-kata Justin itu benar adanya. Di ujung lorong sekolah, Eca melihat kak Afandi sedang foto bersama dengan seorang wanita, Eca tidak tau dia siapa, apakah mereka sudah pacaran, dan kenapa nampaknya Eca sakit hati disitu. Tidak ada satupun teman Eca yang sadar akan hal itu, karena Eca sudah terlalu jauh ke arah depan untuk memperhatikan. Nampaknya, wanita itu sungguh ceria disaat bersua foto dengan kak Afandi, begitupun sebaliknya. Sungguh sangat pedih di hati, ketika tadi dia bersenang-senang, akhirnya dia melihat hal yang belum saatnya dilihat oleh Eca, 'gue gabakal suka sama lo lagi kak, cukup.'

Semestaku, Afan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang