"... siapa sebenarnya dirimu bagiku?"
2.767 kata
"KAKAK baik-baik saja?"
Tidak, Mingyu. Lelaki di depanmu tidak sedang baik-baik saja.
Pemilik marga Yoon membungkus wajah dengan telapak tangan lalu menguap sampai merembes air di ujung mata. Jeonghan tahu bila ada kalanya ia bertindak bodoh, tetapi dia tidak segila itu juga untuk menjawab, "Aku berhalusinasi melihat kakakmu di depan rumahku dan sialnya aku terus memikirkan dia hingga terjaga semalaman. Menurutmu, aku sedang baik, tidak baik, atau bagaimana?"
Choi Seungcheol semalam hanya ilusi bentukan otak yang kelelahan. Di kedipan netra sayu bercampur kantuk yang kesekian, bayangan itu hanyalah spot kosong di pinggir aspal depan rumah. Jeonghan harus membuat janji dengan ahli. Ini makin mengkhawatirkan dan ia takut warasnya benar-benar dapat terenggut.
Jeonghan mendesah kasar, berhasil pancing alis Mingyu menukik penasaran. Sialan. Mengingat ketololannya semalam sama saja menyiksa diri oleh kenyataan jika ia memang semakin dungu belakangan ini. Untuk apa pula laki-laki itu berdiri di depan rumah? Sungguh tidak masuk di akal―dan pagi ini Jeonghan mendapati fakta bahwa ia memang kehilangan akalnya tadi malam. Maaf, Mingyu. Opsi berdusta adalah pilihan Jeonghan untuk menyelamatkan diri. "Aku sulit tidur, benjolanku berkedut. Tak apa, sudah baikan."
"Seharusnya Kakak jangan dulu kuliah dan istirahat saja," tukas Mingyu. Pemuda itu membukakan jus jeruk kalengan dan meletakkannya di hadapan Jeonghan. "Mau kuantar pulang? Atau Kakak datang bersama sopir? Aku melihat sempat pengawal Kakak di luar."
Adalah perihal lumrah menemukan bodyguard atau personal assistant para warga universitas. Namun untuk Yoon bersaudara, mereka tidak terbiasa. Keduanya adalah anak konglomerat dari kalangan aristokrat dengan orang tua yang cukup merakyat—ayah bilang beliau akhirnya merasa cocok dengan ibu karena memiliki kesamaan visi: lepas dari keluarga, hidup bebas tanpa jeratan status dan cekikan etika juga tata karma—walau ada kalanya mereka sangat selektif dan ketat, selayak darah yang mengalir dalam urat. Selama berkecimpung dalam pergaulan bermasyarakat, kakak-beradik Yoon bebas dan mandiri dengan tidak melupakan hukum baik-buruk. Atau lebih tepatnya, cukup diawasi dari kejauhan. Pasca penyerangan tempo hari, ayah dan ibu pun seakan tak punya pilihan untuk memberi satu-dua orang di kiri-kanan kedua putranya demi keamanan bersama.
"Kakak melamun?"
Sinar mentari pukul sembilan menembus dinding kaca kantin jurusan, berhasil memperindah penampang sosok adik tingkat kala kulit eksotisnya terpapar cahaya kuning cerah. Surai bergelombang di atas bahu masih tampak basah meski tidak meneteskan air. Anak ini pasti buru-buru datang begitu Jeonghan mengabarkan ingin segera bertemu sebelum kelas pertama dimulai. Mingyu adalah interpretasi dari pangeran negeri dongeng. Binar matanya selalu memancarkan kehangatan juga kasih tulus tanpa pamrih.
KAMU SEDANG MEMBACA
the beginning | jeongcheol [slow]
Fanfictionsi alis tebal bermuka lempeng dengan aura misterius itu namanya seungcheol. choi seungcheol. --- semesta merestui pengajuan ikatan mati pada benang merah yang mengikat nadi. namun, semesta juga bisa marah ketika itikad baiknya dikhianati. jeonghan...