O9

324 55 2
                                    

"Omong-omong, kekasihnya ada di bawah, haruskah kuberitahu dia kalau Jeonghan sudah tidur?" 

2.487 kata

KATANYA, Jeonghan sangat mirip dengan ibu: cantik dan kadang suka mengomel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KATANYA, Jeonghan sangat mirip dengan ibu: cantik dan kadang suka mengomel. Ketika melihat Jeonghan bersungut-sungut, ayah merasa seakan melihat ibu yang mendumal; gemas-gemas lucu―memang pada dasarnya ayah adalah budak cinta. Mewarisi netra cokelat jernih juga bibir tipis sang ibu, Jeonghan mengambil sebagian besar isi kepala serta beberapa kebiasaan dan gangguan kesehatan yang dimiliki ayah: tukang tidur, pemakan segala dan masalah pencernaan. Yah, dia bisa sembelit kalau sehari saja absen makan buah. 

Sedang Dokyeom, lelaki berhidung lancip seperti penyihir keluaran Disney itu benar-benar duplikat Tuan Yoon: kontur wajah, perangai juga cara berpikir yang kadang-kadang kaku. Mungkin karena ayah penuh cinta dan semangat menggebu-gebu ketika membuat Dokyeom. Berbeda dengan Jeonghan yang akan disebut kecelakaan andai dua orang itu bukan pasangan menikah. Sedikit miris, tetapi tak apa. Jeonghan tahu bahwa ayah dan ibu sangat menyayanginya. 

Ayah mereka sedang di lain tempat. Namun berkat aura dingin dan penampakan garang Dokyeom yang duduk bersedekap di sofa, Jeonghan dapat merasakan kehadiran pria paruh baya itu di sana. Tinggikan sandaran ranjang, sulung Yoon turunkan tangan yang memegang ponsel bersama satu desah kasar. "Berhenti menatapku begitu. Kau menyeramkan. Tidak ada kelas hari ini? Pergilah, aku akan pulang setelah infusnya habis."

"Seingatku, Kakak bukan orang yang ceroboh." Dokyeom untuk pertama kali bersuara sejak mereka tiba di rumah sakit. Amarah serta risau yang mendominasi buat anak itu memilih diam. "Aku bisa membuat daftar kecerobohanmu belakangan ini. Mau dengar?" 

Jeonghan merenggut. Badan ia paksa duduk tegak meski pusing betah bersarang. "Kau mau mengomeliku seperti ibu? Hey, aku sedang sakit," ujarnya, memelas, mengharap iba. 

Belum sembuh luka jahit di tangan, Sulung Yoon kembali timbulkan masalah. Bahkan orang-orang jahat itu belum terendus sama sekali baunya. Hari ini adalah hari pertama Jeonghan masuk kampus setelah izin rehat sampai akhir pekan. Namun, bukannya berakhir di ruang kelas, dia malah terbaring di ruang inap pasca hilang sadar akibat membentur trotoar parkiran.

Dokyeom berdiri, kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana berbahan denim warna gelap. Tubuh tegap nan kekar berbalut jaket senada itu kerap membuat Jeonghan merasa iri, tetapi rasa malas jauh lebih berkuasa sehingga ia harus berpuas diri bernapas dalam raga kurus dan seadanya. 

Dokyeom adalah jelmaan anak anjing menggemaskan kalau dia tidak sedang marah. Lihat, sorot tajam itu seumpama laser yang mampu membelah kepala Jeonghan jadi dua. Dokyeom menarik napas dalam. Yoon tertua hanya bisa pasrah mempersiapkan gendang telinganya. 

"Terantuk tangga sampai hidung berdarah. Hampir menabrak kucing, berakhir mobilmu penyok dan lecet parah. Masuk IGD karena alergi kumat. Serius, sudah biasa makan tanpa kacang, mengapa Kakak bisa teledor menelan benda itu?! Seminggu kemudian, Kakak hampir tenggelam―jangan mengelak! Jangan marahi Shua-ku juga karena aku yang memaksanya bercerita setelah Pak Shim bilang malam itu kakak pulang dari pesta dengan baju rumahan!"

the beginning | jeongcheol [slow]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang